5. Penyerangan Devan
⋆ 💜 𝒟𝑒𝓋𝒶𝓈𝓂𝒶𝓇𝒶 💜 ⋆
Sebelum bel masuk berbunyi. Asmara pergi ke wc untuk membasuh mukanya, tadi pagi saat berangkat sekolah Asmara lupa tidak memakai facial wash karena itu dia melakukannya di toilet sekolah. Cewek itu memang tidak memakai apapun selain facial wash dan sunscreen sebagai pelembab, jujur saja Asmara tidak bisa memakai maskara, pensil halis, dan alat make up lainnya. Meskipun Marta kadang menjelaskannya tapi tetap saja Asmara merasa bingung kegunaan alat-alat itu untuk apa.
"Lo masih jadi benalunya Devan?"
Asmara yang baru saja selesai membasuh muka langsung melihat Fanya dari pantulan kaca. Gadis itu berjalan ke arah wastafel mengambil jarak satu meter dari Asmara seakan tidak mau berdekatan.
"Ternyata keadaannya masih sama. Lo jadiin Devan tameng supaya nggak ada yang berani sama lo," ujar Fanya tanpa menoleh pada Asmara.
Asmara hanya diam tanpa berniat membalas perkataan Fanya.
"Waktu SMP lo sama Devan pindah sekolah kemana?" tanya Fanya kemudian membahas masa lalu.
"Bukan urusan lo."
"Iya emang bukan urusan gue," jeda Fanya, "Setelah lo aduin Kakak gue sama temen-temen gue ke kepala sekolah, apa menurut lo gue bakalan diem aja?"
Asmara tercekat di tempatnya, kilasan memori itu kembali lagi membuat dadanya kembali terasa sesak. Fanya seolah memancing Asmara agar dia tidak dapat melupakan kenangan menyakitkan itu padahal selama ini Asmara hampir melupakannya.
"Apa dulu lo nggak cukup nge bully gue?" tanya Asmara berusaha agar suara getarnya tidak terdengar.
Fanya tertawa menyeramkan, tawa yang sama seperti dulu saat gadis itu berhasil membuat mental Asmara terganggu. Asmara tidak pernah tahu mengapa Fanya membencinya sampai sekarang.
"Gue nggak pernah nge bully lo, lo aja yang ngerasa terbully padahal gue cuman main-main."
Main-main?. Asmara menyunggingkan bibirnya sinis. Bagaimana bisa itu disebut main-main? Bahkan Asmara saja tidak pernah merasa senang karena permainannya.
"Kayonna, dulu itu cuman permulaan," ada jeda dalam kalimat Fanya membuat Asmara menatap cewek itu, "sekarang lo liat permainan yang sebenarnya."
Asmara melangkah keluar melewati Fanya, tidak mau mendengar apa-apa lagi yang diucapkan oleh cewek itu. Asmara hanya tahu bahwa Fanya membencinya sejak dulu sampai sekarang.
Di lorong, Asmara bertemu dengan Devan, cowok itu berjalan berlawanan arah dengannya tapi begitu melihat Asmara di depan, cowok itu langsung tersenyum lega. Sepertinya ada yang mengganggu pikiran Devan sampai Devan tampak mengkhawatirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVASMARA
Teen FictionKatanya cuma teman tapi kok pulang-pergi bareng? Katanya cuma teman tapi kok baju sama sepatu couple? Katanya temen tapi kok perhatiannya berlebihan? Yakin cuma temenan? __________________________________________________ "Coba tanya sama hati lo sen...