°°°
Jika jarak sedekat ini kita bisa menjadi asing. Bagaimana nasib kita bila menjadi matahari dan bulan?—esperando—
°°°
***
Killa sedari tadi hanya diam menatap kearah tempat duduk keempat pemuda. Ah! lebih tepatnya hanya satu orang yang Killa perhatikan.
"Lo kenapa Kil?" Tanya Anes yang melihat Killa sedari tadi diam biasanya ia akan semangat jika sudah jam istirahat.
Ya, mereka sedang dikantin.
"Tau tuh, dari tadi diem aja! efek abis dihukum kali ya." Ujar Jeje.
Killa masih tidak menatap kearah kedua temannya. Ia fokus menatap kearah sembrang.
"Lo liatin apaan sih?" Tanya Jeje kesal tudak biasanya Killa seperti ini. Anes yang melihat itu pun mengikuti arah pandangan Killa.
"Ka Gamma, ka Ray, ka Nando. Ekhm ka Langit dia udah balik?" Kata Anes.
Jeje mengangguk, "Ka Langit tambah ganteng aja!"
Killa menatap Langit dengan tatapan yang sulit diartikan. Anes yang melihatnya pun heran.
"Lo kenal ka Langit Kil?" Tanya Anes hati-hati.
"Jeje bener," Ucap Killa pelan.
Jeje yang merasa namanya disebut pun menatap Killa penasaran.
"Dia Sky! Sky dan Langit orang yang sama." Ucap Killa lirih tanpa memutuskan pandangannya dari Langit.
"WHAT THE--" Teriak Jeje tidak percaya sampai berdiri dari duduknya sambil menutup mulutnya dengan tangan.
Anes menajamkan matanya kearah Jeje. Jeje yang ditatap seperti itu pun kembali duduk sambil menyengir.
"Kil?" Panggil Anes.
"Sky lupa sama Killa," Ucap Killa menundukan kepalanya.
Jeje mengelus bahu Killa menenangkan.
"Walaupun ganteng tapi gak ada akhlak skip deh!" Ujar Jeje kesal yang sudah mendengar cerita dari Killa waktu itu.
Anes memghela nafasnya, "Terus mau lo gimana?"
Killa menatap Anes sambil tersenyum. "Killa bakal bikin Sky inget sama Killa lagi!" Ucapnya semangat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ESPERANDO
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Kalau kamu sudah mau menyerah, benar-benar memang sudah lelah dan mau mengakhiri. Setidaknya, tolong beri aba-aba. Jangan pergi begitu tiba-tiba. Mendadak beku dan asing meninggalkan tanda tanya. "Aku memangnya salah apa? Me...