"Begini bu, berdasarkan hasil tes ini menunjukkan kalau Jelita menderita AML atau disebut juga dengan Leukemia Mieloblastik Akut. Penyakit ini sudah merusak jaringan-jaringan yang ada di tubuh anak Ibu, kemungkinan untuk sembuh persentasenya kecil tetapi kita bisa menghambat pertumbuhan kanker tersebut untuk tidak menjalar ke bagian lainnya." Jelita masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan dokter tersebut. Bagaimana bisa Jelita yang sebelumnya sehat-sehat saja tiba-tiba menderita penyakit yang sangat berbahaya. Mungkin saja dokter tersebut salah makan hari ini atau hasil tes nya tertukar dengan orang lain. Sungguh Jelita tidak terima dengan kenyataan ini.
Jelita dan Soraya pergi dengan harapan yang sudah hancur. Berharap dirinya hanya mengalami kecapekan tetapi dirinya malah di diagnosis mempunyai penyakit yang sangat berbahaya. Jelita masih ingat jelas semua perkataan dokter barusan dan tanpa sadar dirinya mengeluarkan air mata. Soraya yang menyadari hal itu mencoba untuk menyemangati anaknya yang saat ini sedang terluka. Menenangkannya dengan sebuah pelukan yang hangat. Soraya seperti berkata 'Ada mama disini, kamu tidak perlu khawatir. Mama akan selalu menemani kamu sampai kamu sembuh.' Tentu saja pelukan hangat ini membuat tangisan Jelita pecah seketika. Jelita menumpahkan semua air matanya yang ia pendam sejak tadi. Soraya semakin mengeratkan pelukannya dan meredakan tangisan Jelita yang pecah.
****
Windy, Rani, serta teman-teman perwakilan kelas beramai-ramai pada menjenguk Jelita. Mereka memakai kendaraan pribadi masing-masing dan pergi bersama ke rumah Jelita. Sesampai di depan rumah Jelita, mereka memarkirkan kendaraan dengan cantik dan rapih. Soraya pun menyambut mereka dengan riang, tanpa mengingat kejadian sebelumnya.
"Assalamualaikum tante." Salam Rio yang merupakan ketua kelas.
"Walaikumsalam, ayo masuk semuanya. Maaf ya rumah tante kecil."
"Iya tante, gak apa-apa kok." Jawab Cinta
Mereka masuk ke dalam rumah Jelita dan duduk di sofa panjang yang ada di ruang tamu. Tak lama mereka berbincang, Jelita datang menuju mereka. Jelita membasuh wajahnya karena dirinya yang menangis. Ia tidak mau kalau teman-temannya mengetahui sakitnya dan ikut khawatir. Cukup dirinya dan Soraya yang merasakan rasa tak enak ini.
"Gimana kabar mu Ta?" Tanya Windy yang sangat khawatir pada Jelita.
"Baik kok, Cuma demam saja kok."
Percakapan mereka terus berlangsung tanpa ada jeda sama sekali. Mereka seperti orang yang berpuluh-puluh tahun tidak bertemu saja. Terlalu banyak yang mereka bicarakan satu sama lain. Waktu terus berjalan-jalan tanpa henti sama sekali. Waktu menunjukan pukul 15:00 yang menandakan mereka harus pulang. Rio, Cinta, Windy, dan Rani pamit dan mereka pulang. Rumah Jelita kembali sepi dan Jelita kembali ke kamarnya. Jelita menangis sekencang-kencangnya, sedangkan Soraya hanya mendengarkan tangisan Jelita berharap Jelita menjadi tenang setelahnya.
Bersambung.....
*****
Kali ini aku bingung mau ngomong apa... sing penting kalian menikmati huhu
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelita
Short StoryKisah tiga orang sahabat yang salah satu dari mereka mengalami penyakit yang membahayakan. Apa dia akan selamat atau akan meninggalkan kedua sahabatnya.