Bagian Kedelapanbelas

23 16 1
                                    

Sejak kejadian kemarin malam, Dorothea mengunci dirinya di kamar. Tak membuka pintu walau satu celah. Amoretta, Yolanda, pula Gwendolyn berusaha sekuat tenaga untuk membujuk Dorothea. Namun, semua itu hanya berakhir dengan kesia-siaan. Jua makanan yang sengaja diletakkan di depan pintu sama sekali tak disentuh, membuat kedua ibunya semakin khawatir.

Dorothea meringkuk di sudut kamar; menangis sedari semalam. Rasa sakit pada perut tak lagi dihiraukan. Bengkak di dapat pada kedua mata. Bahkan dirinya terlelap dalam posisi duduk di pojokkan. Hingga fajar mulai mengintip, tidak ada terbesit niat dalam atmanya untuk beranjak keluar. Untuk apa? Semua orang menyalahkan dirinya, hanya tatapan bengis yang mungkin ia dapat bila melangkah keluar.

Sebuah ketukkan pintu kembali terdengar. Lagi, tak dihiraukan oleh Dorothea. Hingga bahana milik orang yang mengetuk tertangkap indra, Dorothea sedikit terbelalak.

"Dorothea, ini aku Cuthbert," tukas Cuthbert dengan suara serak; seperti habis menangis.

Perlahan bangkit dari pojokkan, membuka kunci pintu lalu menampakkan dirinya di hadapan Cuthbert.

"Apa aku boleh masuk?"

Dorothea beranjak menuju ranjang, seakan mengisyaratkan bahwa ia memperbolehkan Cuthbert masuk. Cuthbert melangkah masuk dengan sepiring makanan di tangan. Duduk di tepi ranjang; tepat di sebelah Dorothea. Meletakkan piring makanan itu di bagian kosong di ranjang, lalu Cuthbert mengelus punggung Dorothea dan menatap adiknya itu lamat-lamat seraya berkata, "Dorothea. Aku minta maaf atas kejadian semalam. Harusnya aku tidak berkata demikian."

Dorothea menoleh, memegang tangan Cuthbert lalu menggeleng. "Tidak kak. Tidak perlu meminta maaf. Aku juga sadar bahwa aku salah karena meninggalkan kak Egbert begitu saja."

Cuthbert menggeleng. "Tidak, kau tidak salah. Bila kau kembali lagi ke istana, mungkin sekarang aku tidak bisa menatapmu seperti ini Dorothea."

Lalu sang tuan mengambil sepiring makanan, menyuapkan satu sendok kepada Dorothea.

"Ibu bilang bahwa kau tidak makan sejak semalam. Makanlah, nanti kau sakit."

Dorothea mengangguk, menerima suapan dari Cuthbert. Memang benar, dirinya merasa lemas akibat tak mendapat asupan energi. Dengan telaten Cuthbert menyuapi Dorothea, sesekali membantu Dorothea untuk membersihkan sisa makanan yang menempel.

"Dorothea, aku, Awarnach, ibu Gwendolyn, ibu Yolanda dan Olet akan menuju istana untuk membebaskan Egbert. Apa kau ingin ikut atau beristirahat?"

Dorothea mengernyit, belum membalas pertanyaan, malah melontar pertanyaan. "Kenapa kau memanggil ibu Yolanda sebagai ibu?"

"Entahlah? Mungkin karena beliay sudah mengurusmu selama ini."

Dorothea sedikit terkekeh, "Kau … aneh ya kak?"

Wajah Cuthbert sedikit memerah, lalu mengalihkan pembicaraan ke topik awal. "Jadi … kau ingin ikut atau beristirahat?"

Raga Dorothea berkata untuk beristirahat, akan tetapi nuraninya berkata untuk ikut menyelamatkan. Tak dapat dipungkiri, lelah terasa pada raga; seakan seluruh tulangnya sekarang remuk. Namun walau begitu, ia tidak akan membiarkan Egbert tewas begitu saja. Ia akan pergi menyelamatkannya.

Dorothea menatap netra Cuthbert lalu dengan mantap menjawab, "Aku akan ikut."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dorothea [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang