Jangan lupa follow, vote and Coment 💜
Love dulu buat part ini ♥️
Selamat membaca kesayanganku 💜
****
Zara tersenyum mendengar rekaman suara Arga. Setiap mendengar perkataan Arga yang merindukannya lewat rekaman itu membuat Zara yakin Arga tidak akan meninggalkannya. Ketiga anaknya juga senang setiap kali ia memutar suara ayah mereka. Mungkin naluri anak yang merindukan ayah mereka.
Tinggal dua puluh hari lagi, Arga akan kembali. Mereka akan berkumpul menjadi keluarga yang lengkap. Zara tidak sabar menyambut hal itu. Saat ini ia berbaring di sebelah ketiga anaknya yang nampak pulas tidur. Mereka nampak menggemaskan, Zara bisa melihat fotokopian Arga pada wajah mereka. Padahal Zara yang berjuang keras melahirkan dan mengandung ketiganya tapi tak ada satupun gen darinya yang menurun kepada mereka. Sungguh tidak adil!
"Mas Arga coba lihat, anak kita mirip sekali dengan kamu." Gumam Zara seolah Arga dapat mendengar suaranya.
Ketiga anaknya jarang rewel. Zara sangat bersyukur akan hal itu. Bayangkan saja harus merawat 3 anak sekaligus, apalagi kalau mereka lapar berebut minta ASI. Maka dari itu Zara berinisiatif menyiapkan cadangan ASI agar mereka tidak saling rebutan.
Ketukan pintu menyadarkan Zara. Buru-buru ia mematikan ponselnya lalu membuka pintu. Aurel berdiri di depan pintu tersebut dengan pakaian rapi. Zara tersenyum menyambut kedatangan Aurel. Ia beruntung memiliki ipar seperti Aurel, karena gadis itu selalu ada disisinya.
"Mbak ikut aku yuk ke rumah sakit. Biar si kembar di jaga mama sama papa." Aurel sudah mendiskusikan untuk mempertemukan Zara dengan Arga kepada kedua orangtuanya. Semoga saja keputusannya ini tepat. Ia akan membawa Zara ke rumah sakit.
"Loh, memang siapa yang sakit?" Tanya Zara bingung.
"Temen mbak, aku nggak ada temannya kesana. Ikut ya mbak bentar aja." Zara menimbang-nimbang, ia juga tidak ada jadwal penting. Dia mengajukan cuti dua semester kuliah karena hamil. Zara kemudian mengangguk, ia tidak enak menolak Aurel yang selalu menolongnya.
"Mbak ganti baju dulu ya." Zara memutuskan untuk pergi. Selama ini ia juga terus-terusan dirumah merawat si kecil. Sepertinya dia butuh udara luar agar tidak mengingat Arga. Ia lelah merindukan pria itu.
"Oke mbak aku tunggu di ruang tamu."
***
Tiba di rumah sakit, perasaan Zara jadi tidak enak. Seperti ada sesuatu yang mengganjalnya. Ia jadi penasaran siapa teman yang Aurel jenguk. Apakah orang itu Abi? Zara hanya bisa diam mengikuti langkah kaki adik iparnya itu. Mereka berhenti di sebuah ruangan rawat inap.
"Ayo mbak kita masuk."
Ketika mereka masuk ke ruangan tersebut, Zara terkejut menatap Aurel tak percaya. Matanya berair melihat sosok yang dikenalnya terbaring di ranjang. "Dia?" Apakah orang itu benar-benar Arga? Argagaknya yang tampan? Rasanya Zara tidak sanggup melihatnya. Zara tertekan dan hatinya berkedut menahan perih berulang kali.
"Maaf mbak." Tangis Zara pecah namun ia berusaha menahan isaknya meski gagal.
Zara menghampiri Arga dengan kaki yang bergetar. Kalau saja ia tidak berpegangan dengan sudut ranjang mungkin ia akan jatuh. Arga terbaring tidak berdaya, hidungnya diselimuti tabung gas oksigen, kepalanya dibalut perban. "Mas Arga, apakah luka-luka ini rasanya sakit?" Zara merindukan wajah tampan Arga, tapi ia tidak mengira jika Arga akan kembali dengan cara seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGANTA - Embracing The sun (Tersedia di gramedia)
Roman d'amourFOLLOW DULU SEBELUM BACA, Privat!! Spin off Arsena Cover by @putri_graphic Jangan baca kalau nggak mau jadi Sarjana Bucin 😜 Mengabdi adalah bukti cintaku.... Dan kamu adalah tempat mengabdikan seluruh jiwa dan ragaku... Lalu masihkah ada ragu untuk...