"Bunda, kita mau pelgi jalan-jalan?"
Sang ibu yang sedari tadi sibuk membereskan peralatan sang anak, kini memusatkan perhatiannya pada anak sulungnya.
"Iya sayang." Sang ibu menjawab dengan lembut.
"Nenek cama kakek ikut juga?" Tanya kembali anak lelaki itu dengan suara imutnya.
"Ikut dong, ini kita mau susul nenek kakek." Jawab Caca kembali dengan penuh kelembutan.
Sorakan gembira anak sulungnya, membuat Caca juga mengukir senyumnya.
"Yuk sayang, kita berangkat."
Caca menyampirkan baby bag lalu menggendong anak bungsunya. Senyum gemas terukir saat tangan mungil anak sulungnya dengan semangat menggenggam erat tangannya.
"Seneng banget anak bunda."
"Eum." Anggukan semangat dengan senyum lebar. "Alan udah lamaaaa banet, nggak jalan-jalan cama bunda, kakek, nenek."
Caca membuang napas sesal, mengukir senyum penyesalan menyadari perkataan sang anak.
"Maaf ya sayang, bunda terlalu sibuk sama kerjaan bunda. Nanti bunda janji, kita ke taman bermain ya." Ucap Caca dengan lirih.
Gelengan cepat dengan bibir mengerucut, mata bulat menatap Caca. "Bunda no maaf, kan bunda kelja uat alan cama dedek."
Caca membuang napas lega, bersyukur akan kehadiran dua putra dan putri yang Tuhan kirimkan untuknya.
"Makasih ya sayang."
🌻🌻🌻
Suasana ruangan vip di sebuah restoran ternama dipenuhi dengan obrolan ringan. Tawa menggema karena lelucon yang dilontarkan pria dewasa.Tak lama, tawa dan obrolan terhenti dengan kedatang seorang pria muda dengan setelan jas mahalnya.
"Sore." Sapa pria itu dengan sopan pada dua orang asing untuknya.
"Sore juga, kamu yang namanya Amar?" Tanya wanita paruh baya dengan lembut.
"Iya tante, saya Amar." Jawab Mark dengan seulas senyum tipis yang sopan.
Mark menatap sang ibu yang duduk di sampingnya saat lengannya diusap lembut. Membalas senyum indah sang ibu, mengangguk mengerti dengan tatapan ibunya.
"Anakmu masih di jalan Cit?"
Mark menatap wanita-- yang ia tau ibu dari calonnya-- dengan penasaran.
"Iya, ini dikit lagi sampai katanya."
Benar saja, pintu terbuka menampilan wanita cantik dengan dua anak kecil.
"Maaf menunggu lama."
"Ah, gak apa."
Caca tersentak saat seorang wanita memeluk tubuhnya dengan erat.
"Pasti kamu Caca kan? Ini anak kamu? Aduh lucunya."
Caca duduk dengan kikuk disamping sang ibu. Begitu ia mendudukan kedua anaknya di high chair, semua pandangan terpusat padanya.
"Jadi... Kita langsung aja ya, nentui tanggal." Ucapan terlewat senang dari wanita yang duduk di samping Mark.
"Eum, gak kecepetan Mi? Mar mau mendekatkan diri sama anak- ekhm- calon Mar dulu." Mark menatap Caca yang duduk di hadapannya.
"Amar juga mau lebih kenal Caca. Gimana?"
"Ah, iya betul. Kalian harus pendekatan lebih dulu." Ibu Mark mengangguk paham. "Gimana Cit?"
"Aku sih terserah gimana kedua calon aja. Senyamannya mereka ngejalanin, Doy."
"Caca, gimana nak?"
Caca tersentak, mengalihkan tatapannya dari tatapan Mark yang tidak bisa dijelaskan.
"Iya, lebih baik pengenalan diri dulu." Jawab Caca.
Ke-empat orang dewasa di sana mengangguk setu dan paham atas keinginan anak mereka.
"Jadi, kalian perlu waktu berapa bulan untuk saling mengenal?" Tanya pria dewasa yang duduk di samping Doyna.
"Empat bulan pi." Jawab Mark dengan cepat.
"Oke."
Setelah semua keputusan yang diambil dengan cepat oleh mereka, kini mereka menyantap makanan ditemani obrolan ringan.
Caca menyembunyikan rasa takut dalam dirinya saat keputusan telah diambil, mengabaikannya dengan memilih membantu sang anak makan. Dan mengabaikan juga tatapan calon suaminya yang begitu mengintimidasi.
^^^
Introduction :
Amarka Agnibrata
( 27 tahun )
Chana Chantika
( 24 tahun )Baby :
Syahlan
( 3 tahun)
Celyn
( 1 tahun )
KAMU SEDANG MEMBACA
Parfait ✔
Fanfiction●Markhyuck Dari awal, Caca memang sudah tidak yakin dengan keputusan orangtuanya. Kedua orangtuanya menerima lamaran dari teman lama ibunya tanpa persetujuannya. Bahkan saat melihat calon suaminya, Caca sudah tidak yakin. Apalagi, Caca mempunyai dua...