"Mana bisa kayak gitu, Nau! Yang namanya kerja kelompok jelas harus semua anggotanya dong yang kerja. Jangan lo pikir karna lo udah bayar, lo gak ada ngerjain apapun!" gadis dengan name tag Prisila Felsha itu tak henti-hentinya berdebat dengan teman sekelompoknya, Naura.
Naura membelalakkan matanya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dengan angkuh. "Gila aja lo! Maksud lo gue harus bayar dua kali gitu? Bayar materi sama fisik? Ogah banget."
Tak ada satupun murid-murid yang berniat memisahkan keduanya, seolah pertengkaran Prisila dan Naura adalah suatu pertunjukkan yang sangat layak untuk ditonton.
Andai saja Bu Kaila - guru Kimia X IPA 3 tidak ada urusan yang harus membuat dirinya tidak bisa berada di kelas mereka, mungkin pertengkaran ini tidak akan terjadi. Bukannya melakukan tugas yang disuruh, malah marathon orang berantem.
"Kenapa ini?" pertanyaan dari Juan yang baru saja memasuki kelas membuat seluruh murid yang ada di kelas itu menatap ke arahnya.
"Berantem, Ju." jawab salah satu siswi di kelas itu.
Juan menaikkan sebelah alisnya dan kembali melanjutkan pertanyaannya. "Siapa?"
"Isil sama Naura." siswi tadi kembali menjawab pertanyaan dari Juan sambil menunjuk ke arah Prisila dan Naura.
Mata Juan mengikuti arah jari telunjuk dari siswi itu. "Kenapa lo berdua?"
"Lo lihat nih teman sekelompok lo. Mentang-mentang udah kasih duit buat beli bahan, malah gak mau dikasih tugas apa-apa." Prisil buka suara, menyuarakan kekesalannya terhadap Juan yang kebetulan satu kelompok dengannya dan Naura.
"Duit buat beli bahan bukan cuma duit lo aja, Nau. Semua anggota kita juga kasih. Lo begini, kenapa?"
"Ya 'kan, uang gue yang paling banyak!" ketus Naura.
"Yaudah, ambil balik uang lo biar ganti pakai uang gue aja." kata Juan singkat.
Naura menatap Juan dengan raut wajah kesal.
"Mampus lo." gumam Prisila puas dengan pelan, namun masih dapat di dengar oleh Naura.
Juan kembali berbicara, "Kalau lo tetap gak mau dikasih tugas apapun, gue gak bakalan tulis nama lo di kerjaan hasil kelompok kita dan gue laporin juga ke Bu Kaila. Konsekuensinya sih nilai lo gak ada. Jadi, semuanya terserah lo." setelah selesai mengatakan hal yang membuat Naura takut dan kesal, Juan kembali berjalan ke tempat duduknya.
Dirasa tontonan sudah selesai, semua murid di kelas itu kembali ke bangkunya masing-masing dan melanjutkan tugas kelompok mereka.
Prisila berdehem. Di wajahnya terpapar senyuman yang sangat bahagia sekali. "Nah, jadi teman-teman kelompokku sekalian, bagaimana jika kita langsung membagi tugas aja?"
"Langsung bagiin ajalah. Kalau gak mau kerja, protes langsung aja ke Bu Kaila. Namanya juga kerja kelompok, ya, semua harus kerjalah. Heran gue, seneng banget jadi beban." ucapan pedas tersebut diucapkan oleh Kania yang daritadi sudah muak melihat tingkah Naura.
"Oke, buat yang beli bahan-bahannya itu Putra aja, ya, karna dia punya motor sendiri."
"Yang pu - "
"Ah, diem lo! Nurut aja udah." potong Prisila sambil menatap Putra dengan tajam.
Sadar bahwa dia akan kalah jika berdebat dengan Prisila, Putra bukan putra mahkota ini pun memilih untuk mengalah.
"Yang nulis teksnya Kania bersama dengan Naura. Terus yang nempelin gambarnya, siapa sih nama lo?" Prisila mendadak lupa nama Juan, lelaki yang berada di hadapannya sekarang. Habisnya jarang berinteraksi sih walaupun teman sekelas. Prisila mah mana ingat-ingat itu.
"Juan." jawab Juan singkat.
"Oh, iya, Juan namanya! Nah, yang nempelin gambarnya nanti Juan, ya." kata Prisila dan dibalas anggukan oleh Juan. "Oh, ya, Putra mahkota, kamu jangan lupa sekalian print gambar yang udah aku kirim, ya."
"Siap, Ratu!"
"Terus, lo ngapain, Sil?" tanya Kania.
"PRESENTASI DONG!" Prisila menjawab penuh semangat sekali.
"Yang presentasi emang cuma satu orang, ya?" kali ini Juan yang bertanya.
Prisila mengangguk. "Iya, tadi begitu kata Bu Kaila! Mungkin karna cuma sedikit sih yang mau dipresentasikan."
"Seneng banget lo presentasi." kata Kania heran.
Prisila tertawa kecil. "ENAK TAU PRESENTASI! Gue seneng bisa bicara di depan banyak orang, soalnya jadi ngerasa kayak orang keren gitu, yang lancar itu lho public speaking-nya! Nah, gue juga mau kayak gitu. Waktu presentasi nanti, sekalian aja gue improve public speaking skill gue! Manatau udah naik level, hehe."
Kania tersenyum gemas mendengar nada bicara Prisila yang sangat tidak sabar dan senang sekali untuk tampil presentasi.
"Kalian semua nanti harus perhatiin gue, ya! Pasti nanti kalian terkagum-kagum sambil bilang, ih, Prisil keren banget, ya! Untung aja dia sekelompok sama kita." begitulah kata Prisila dengan penuh percaya diri.
Juan tertawa kecil melihat cara bicara dan ekspresi Prisila. Lucu sekali! Seperti anak kecil ketika disuruh menceritakan liburan yang sangat menyenangkan dan berkesan untuk mereka.
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ──── ⋆˚₊⋆ ๑
HALOO HALOO, TANIA TALKS HEREE! 🧚🏻♀️💭
wuah, sepertinya sudah lama sekali yaa
kita tidak bertemu! 😱 tbh, i really
really missssssssssss y'all :( 🤍anyway, ini cerita jungwonnya aku ganti
alur yaa! 🤩 soalnya yang kemarin
aku sudah buntu alur t___t tapi
pasti yang kali ini tidakkk! 🦸🏻♀️💪🏻💪🏻y'all can correct me if i make a mistake
like typo in this story yup ^ 0 ^ 🙇🏻♀️okay, see u soon in next chap! 🧸💐
pleaseee ~ take care of urself and ur
health! be happy to sweetie <3 💌
papayyy! 👋🏻👋🏻👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ finally, i found you! ❞ ✓
Teen Fictionft. enhypen's jungwon ❝ Finally, i found you! ❞ ━ completed » plagiarism and hate comments are not allowed! ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ©dowlette