Cupid Lantai 1

7.1K 1.7K 331
                                    

Some people are loud saying their love
But there are people who choose to love in silent too.

-Troubling the Cupid-

.
.
.

Jam di dinding menunjukkan pukul 7 lewat delapan menit. Harusnya mereka berempat akan berkumpul di ruang makan sebentar lagi. Kecuali Juna yang sudah pergi pagi-pagi; mau ada acara di tempat Ibadahnya.

"Yang lain belum pada naik?" Ibuk nanya dari arah dapur. Bau sop ayam yang di masak Ibuk menguar sampai ke meja makan; menu favoritnya Juna.

"Juna ada kebaktian, yang lain gatau deh."

Ibuk berjalan ke arah meja makan dengan satu mangkok besar berisi sop, "Loh, padahal Ibuk sengaja masak banyak soalnya Juna suka."

Gue melirik ke arah sop dengan uap yang masih mengepul di atas meja, "Disisihin aja dulu ya Buk, buat Juna. Nanti Lea anterin kalo dia udah pulang."

"Nah gitu aja, gapapa."

"Bentar, aku ambil mangkok dulu."

Ibuk anggukin kepalanya dan menarik satu kursi untuk duduk. Gue jalan pelan ke arah dapur untuk ambil satu mangkok kaca; berwarna bening hadiah dari pembelian deterjen.

"Loh, Alea kamu ngapain?"

"Eh, Mas Jeno," Gue otomatis senyum semanis mungkin--ini udah jadi habbit tiap kali liat Jeno. "Ini Mas, mau ambilin mangkok. Mau nyisihin sop buat Juna."

"Oohh, kirain apa."

"Mas ngapain di dapur?"

Jeno ngegaruk bagian belakang lehernya, "Mas tadi gak liat kamu di meja makan, Mas pikir kamu lagi sibuk di dapur makanya Mas kesini."

"Emang aku bakal sibuk apaan coba di dapur?"

"Nyuci piring? Mas kepikiran tadi mau bantu  kalo emang kamu lagi cuci piring abis Ibuk masak."

Lihat. Betapa indahnya dunia ini kalau semua penghuninya kaya Jeno. Cakep iya, tinggi iya, baik juga iya.

Sayangnya gampang di begoin.

"Enggak kok Mas, ini mau ambil mangkok doang."

Jeno ngeraih mangkok di tangan gue, terus jalan duluan, "Mas aja yang bawain."

Gue agak mempercepat langkah buat bisa ngesejajarin langkah Jeno, "Padahal bawa mangkok satu doang mah sambil merem juga aku bisa Mas."

Jeno berhentiin langkahnya, "Gak boleh dong Alea."

"Apanya?"

"Bahaya," Jeno ngomong sambil melirik gue, "kalo lagi jalan, apalagi bawa mangkok tuh kamu gak boleh merem ya. Ntar nabrak."

"Mas-"

"ya?"

"Gak jadi deh, dah gak niat ngomongnya."

Gak tega gue kalo harus bilang tadi niatnya cuma bercanda ngomong begitu; jadi kalo di respon serius begitu malah gue yang mati kutu. Lagian sesekali di perhatiin Jeno, masa ditolak.

Troubling the CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang