Selasa

307 22 0
                                    

Hinata makan siang bersama Sakura di restaurant dekat kantor.
Gadis itu memesan cinnamon roll, roti gulung yang berisi krim rasa kayu manis dan pala. Sedangkan, Sakura memilih kue bola anko berlapis sirup.
Keduanya menikmati makanannya dengan tenang. Tidak ada yang berbicara, hanya terdengar gesekan pisau stainless yang beradu dengan piring ketika Hinata memotong roti gulungnya serta suara dari pelanggan yang mengobrol dan memesan makanan.

"Hinata," Suara Sakura membuat tangan Hinata berhenti bergerak. Mata lavendernya memandang Sakura yang duduk bersebrangan dengannya.

"Ada apa, Sakura-san?"

"Bagaimana hubunganmu dengan Naruto?"

"Baik-baik saja, Sakura-san."

Sakura mencolok kue ankonya dengan garpu, lalu memasukkannya dalam mulut, "Syukurlah. Ku pikir sebentar lagi kalian akan menikah."

Hinata diam. Menikah dengan Naruto-kun? Apa itu mungkin? Tanyanya dalam hati. Ia tidak yakin dengan itu.

Sakura yang melihat Hinata diam saja juga diam. Gadis dengan rambut merah muda mengatakan seperti itu bukan tanpa alasan. Sakura mengenal Naruto dan Hinata sudah sangat lama. Bahkan, sejak mereka masih anak-anak.

Tidak salahkan kalau Sakura berpikiran seperti itu? Apalagi, Naruto yang selalu mengantar dan menjemput gadis Hyuuga itu ke kantor.

Sakura tersenyum. Mungkin ia berlebihan mengatakan itu pada Hinata. Tubuhnya sedikit di condong kan kedepan mendekat pada Hinata, "Tidak usah di pikirkan, Hinata." Ujar gadis itu. Badannya kembali tegak, "Aku hanya ingin mengatakan apa yang aku lihat," Sakura tertawa, lalu kembali memakan kue ankonya.

Hinata kembali memotong roti gulungnya, sambil memikirkan apa yang di katakan oleh Sakura.

Menikah dengan Naruto-kun?

*****

Naruto melirik samping kanannya, melihat Hinata yang diam saja. Mata lavender gadis itu menatap lurus kedepan. Membuat Naruto penasaran. Sejak, ia menjemput gadis itu, Hinata tidak mengeluarkan kalimat apapun. Ini tidak seperti biasanya. Walaupun, Hinata tidak begitu banyak bicara. Bahkan, Naruto sengaja mematikan radio mobilnya agar tidak mengganggu Hinata.

Gadis itu seperti memikirkan sesuatu.

"Hinata."

Hinata tersentak, lalu menoleh ke arah Naruto, "Ada apa, Naruto-kun?"

"Apa kau ada masalah?" Tanya Naruto, tangannya menyetir roda mobil.

Hinata menggeleng, "Tidak ada apa-apa, Naruto-kun."

Naruto tidak bertanya lagi pada Hinata. Walaupun, sebenarnya ia penasaran. Tapi, untuk apa Naruto bertanya, jika Hinata tidak ingin menjawabnya.

Hinata pasti akan menceritakannya sendiri nanti.

*****

Mobil Naruto berhenti depan pintu pagar kediaman Hyuuga. Hinata turun dari mobil, ikuti oleh Naruto.

Seorang pria membuka pintu pagar tinggi, lalu membungkuk. Kou. Pria dengan rambut cokelat gelap dan mata berwarna putih.
"Hinata-sama."

"Ayah sudah pulang, Kou?" Hinata bertanya. Mengingat ayahnya berangkat kerja pagi dan pulang sering larut malam.

"Sudah, Hinata-sama."

Hinata tersenyum. Lalu sedikit berbalik berhadapan dengan Naruto yang diam di tempat, "Mau masuk dulu, Natuto-kun?"

Naruto menggeleng, "Aku harus pulang, Hinata."

"Tidak mau masuk dulu? Ayah pasti senang melihatmu datang," Ujar Hinata lagi.

Naruto menggeleng lagi, "Sampaikan salamku untuk Paman Hiashi saja, Hinata," Naruto berkata. Sebenarnya ia ingin masuk kediaman Hyuuga. Tapi, ia tidak bisa membiarkan rumahnya dalam keadaan berantakan.

Tadi pagi, Naruto terlambat bangun dan mengantar Hinata ke kantor. Dan lagi, ia di ceramahi oleh atasannya karena kecerobohannya.

Naruto membungkuk, lalu membuka pintu mobil, dan duduk di depan setir rodanya.

"Sampai jumpa besok, Hinata," Ujar pria bermata biru itu lalu menutup pintu mobilnya.

Hinata mengangguk.

Naruto menjalankan mesin mobilnya, meninggalkan kediaman Hyuuga. Seperti biasa, Hinata melambaikan tangannya hingga mobil biru dongker itu menjauh.

Hinata berjalan menuju gerbang dan Kou yang menunggu majikannya itu masuk kedalam kediaman Hyuuga.

Kou menutup gerbang dan berjalan di belakang putri sulung Hyuuga itu.

*****






7 Days with Naruto-kunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang