Naruto menutup pintu mobilnya lalu berjalan menuju gedung kantor. Suara langkah kakinya bergema ketika ia berjalan. Kemeja warna abu-abu, dipadukan celana hitam, serta oxford hitam yang menutupi kakinya. Naruto menyapa temannya-temannya, lalu masuk dalam ruang kerjanya.
Naruto mengalungkan kartu identitasnya pada leher. Tangannya mulai menyalakan komputer, lalu meraih salah satu dokumen dan mengetik kalimat yang harus di perbaiki.
Sasuke masuk dalam ruangan yang sama dengan Naruto. Pria itu duduk di meja berseberangan dengannya.
Naruto menghentikan aktivitasnya, lalu menyapa pria Uchiha itu, "Oh. Kau baru datang, Sasuke?"
Sasuke duduk. Matanya hitamnya menatap Naruto, "Kenapa?" Tanyanya balik.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin menyapamu saja," Ujar Naruto lalu kembali pada pekerjaannya. Sudah biasa Sasuke membalas sapaannya seperti itu. Dan Naruto juga tidak terlalu ambil pusing.
Sejak kuliah mereka sudah berteman. Mereka mengambil jurusan dan tingkatan yang sama. Walaupun, Sasuke memiliki sifat dingin tapi ia baik hati. Ketika Naruto mencari kerja, Sasuke yang mengajak Naruto untuk bergabung di kantor ayahnya.
"Hei. Sasuke," Naruto memanggilnya.
Masih dengan ketikan di papan keyboardnya, Sasuke menjawab, "Apa?"
"Menurutmu... Bagaimana tentang pernikahan?" Tanya Naruto. Sejak Hanabi berbicara tentang pernikahan. Naruto tidak bisa berhenti memikirkannya.
Sasuke menghentikan ketikannya, lalu memandang temannya itu, "Kau mau menikah, Naruto?" Bukannya menjawab, bungsu Uchiha itu malah bertanya balik.
Naruto menggaruk belakang lehernya. Tidak tau harus menjawab apa. Sebenarnya, iya. Naruto ingin menikah dan memiliki keluarga. Tapi, mengingat hidupnya yang juga pas-pasan, membuat Naruto ragu.
Apa ia bisa menafkahi Hinata?
Naruto bangkit dari kursinya, lalu berjalan mendekati Sasuke yang masih menatapnya. Naruto meletakkan kedua telapak tangannya pada meja Sasuke.
"Bagaimana menurutmu?"
Sasuke diam. Ia juga tidak tau apa itu pernikahan. Tapi, ia harus menjawabnya.
"Pernikahan itu sesuatu yang sakral, di lakukan atas dasar cinta antara perempuan dan lelaki."
"Begitu, ya," Ujar Naruto pelan.
Apa dirinya mencintai Hinata? Kalau di tanya seperti itu, Naruto menjawab iya. Naruto mencintai Hinata. Naruto menyukai kebaikan hati Hinata.
Lalu, Hinata apa ia juga mencintai Naruto?
Naruto tidak tau. Pria Uzumaki itu tidak pernah bertanya pada Hinata, gadis itu mencintainya atau tidak. Karena, sepertinya Hinata menganggapnya sebagai teman.
"Kau mau menikah dengan siapa, Naruto?" Pertanyaan Sasuke membuat Naruto tersentak.
"Eh... Em... em..." Naruto tidak berani memberi jawaban pasti pada Sasuke.
"Siapa?" Tanya Sasuke lagi.
Naruto tertawa canggung, ia kembali menggaruk belakang lehernya lagi, "Kau akan tau nanti, Sasuke."
Tepat setelah Naruto mengatakan itu, pria dewasa masuk keruangan mereka, membuat Naruto terkejut lalu berlari ke depan mejanya, sedangkan Sasuke, ia berdiri. Keduanya membungkuk hormat kepada pimpinan Gold Office.
Uchiha Fugaku tidak mengatakan apa-apa. Ayah Sasuke itu membuka pintu hitam yang ada di ruangan Naruto dan Sasuke, lalu masuk dan menutupnya.
Naruto kembali ke meja kerjanya, lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
*****
Suara bunyi gemerincing dari atas pintu masuk, membuat pelayan restoran menyambut kedatangan tamu.
"Selamat datang."
Naruto dan Hinata mencari tempat yang kosong. Restoran yang mereka kunjungi banyak pelanggan yang datang.
Restoran yang menjual khusus ramen.
"Disana. Hinata," Ujar Naruto. Keduanya berjalan menuju bangku yang kosong. Tempat yang tidak terlalu jauh dari jendela.
Setelah keduanya duduk dengan nyaman, seorang pelayan dengan buku catatan kecil di tangan, siap mencatat makanan.
Naruto membuka menu yang ada di atas meja. Ada berbagai macam ramen di sana. Harganya juga tidak terlalu mahal, "Miso ramen dan jus jeruk satu."
Pelayan mencatat.
Naruto beralih menatap Hinata yang memilih ramen. Hinata terlihat bingung. Ia tidak tau harus memilih ramen yang mana.
"Kau bisa mencoba yang Soyu, Hinata," Perkataan Naruto membuat Hinata memandangnya.
Hinata belum pernah datang ke restoran ini sebelumnya. Jadi, ia tidak tau. Naruto juga belum pernah mengajaknya.
Hinata menggangguk, "Shoyu ramen satu dan cokelat panas."
Pelayan kembali mencatat. Lalu pergi meninggalkan Naruto dan Hinata dalam kebisingan pelanggan yang berkunjung.
"Bagaimana pekerjaanmu, Hinata?" Tanya Naruto.
"Menyenangkan, Naruto-kun."
"Aku dan Sasuke sangat sering makan disini," Ujar Naruto. Bahkan sejak mereka kuliah, Sasuke mengajak Naruto makan di restoran ramen di situ. Tempatnya tidak berubah.
"Naruto-kun tidak pernah mengajakku ke sini," Ujarnya sedikit merajuk.
Naruto tersenyum. Iya. Ini pertama kalinya, Naruto mengajak Hinata ke sini.
"Maafkan aku, Hinata."
Pelayan meletakkan dua buah ramen dan minuman pada meja Naruto dan Hinata.
"Terima kasih," Ujar Naruto pada pelayan. Pelayan itu membungkuk, lalu pergi melayani pengunjung lain.
"Selamat makan," Ucap Naruto dan Hinata serentak.
Hinata menyeruput kuahnya terlebih dahulu, "Enak sekaliiiiiii," seru Hinata gembira. Rasa kaldunya benar-benar terasa. Hinata pernah makan ramen sebelumnya, tapi rasa ramen di sini berbeda, jauh lebih nikmat.
"Benar, 'kan?" Tanya Naruto senang.
Hinata menggangguk. Lalu melanjutkan suapan pada mienya. Di ikuti Naruto. Pria itu mulai makan ramen miliknya. Sambil sekali-sekali melirik Hinata makan.
Gadis itu terlihat bahagia. Pipinya merona. Dan ketika gadis di depannya itu meniup ramen agar dingin, Naruto tersenyum.
Hinata sangat cantik seperti itu. Gadis itu memegang helaian rambutnya agar tidak terkena cipratan kuah ramen.
Naruto menyukai Hinata. Tapi, apa gadis itu juga menyukai dirinya?
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days with Naruto-kun
RomanceApa yang di lakukan Naruto dan Hinata selama 1 minggu?