18. Bunda Sakit

28 3 3
                                    

Pukul 4 sore, Nadila dan Bang Dzul baru saja tiba di bandara Soekarno-Hatta, Nadila menarik nafas dalam-dalam sekedar mencium aroma Indonesia kembali, ntah kenapa rasanya hawa di Indonesia dengan Korea berbeda, mungkin karena disana selalu saja lebih sejuk meskipun musim panas jadi bau-bau matahari tidak terlalu menyengat, tapi ini salah satu yang membuat Nadila rindu dengan negara kelahirannya

Mereka berdua lalu menuju parkiran buat ngambil mobil bang Dzul, karena bang Dzul kan juga baru kemarin ke Korea nya jadi bawa mobil aja mengingat dia juga ga lama kan disananya, mereka berdua ga lupa mampir ke toko buah buat beliin bunda buah kesukaannya, Apel merah di kedai buah langganan bunda

Nadila mengerjap pelan, menyisir jalanan ibu kota yang masih tetap sama saja sejak ia pergi ke negeri gingseng tersebut, jam pulang kantor yang selalu jadi langganan macet pun menghiasi sekeliling Nadila sekarang, dengan bingkisan buah yang ada dipangkuannya, Nadila benar-benar tidak sabar untuk bertemu Ayah, bunda dan Aidil

Seketika saja ia kepikiran sama Arlina, sahabatnya itu memang juga sedang sibuk dengan kuliahnya, dan ya kalian tau telfon seluler keluar negeri mahal, jadinya mungkin mereka hanya chat atau panggilan video kalo memang dua-duanya mempunyai waktu. Nadila mau ngasih surprise nanti, tapi pas udah dirumah aja, bentar lagi juga udah mau sampai rumah

"Bang, semuanya ada dirumah kan?"

"Iya ada kok, minggu kemarin sih ayah habis pulang dari bandung, tapi cuma 2 hari terus pulang, karena bunda juga udah sakit waktu itu"

"Bunda udah cek ke dokter kan tapi?"

"Bunda udah di cek dokter langganan kita, buat disuruh ke rumah, dokter sih saranin buat opname biar ga makin lemes bundanya, tapi ya tetep bunda gamau, katanya gejala tifus sama darah rendah"

"Kok lo gak bilang sih bang!?" Nadila kaget, soalnya kemarin pas dia nanya, cuma dijawab demam doang

"Ya maap lupa, orang panik kok mau cepet-cepet bilangin lo dek, yang penting kan dah gue kasih tau"

"Huhh, iya iya"

Mobil bang Dzul udah masuk keperkarangan rumah kediaman mereka, mereka lalu turun, bang Dzul mengeluarkan koper bawaannya Nadila dan Nadila berlari kecil buru-buru banget masuk kedalam rumah, sampe lupa belum copot sepatunya, "Ehh lupa sepatu"

"ASSALAMUALAIKUMMMM, NANAD PULANG"

"Nad! Jangan teriak heh, Aidil masih les kayaknya, ayah mungkin di kamar nemenin bunda. Lo bersih-bersih dulu baru ketemu bunda"

"Yahh padahal pengen langsung ketemu"

"Bunda lagi sakit, lo dari luar peak, kuman semua noh, mandi ga lama juga"

"Iye-iye bawel amat akang"

Nadila masuk ke kamarnya, ia terdiam beberapa saat, sudah lama sekali tidak masuk ke ruangan favoritenya ini, kenangan dari semua kenangan paling indah, ya kalian tau lah berdiam diri dengan fikiran yang sudah tak karuan kemana adalah hal paling seru yang ada, mungkin tidak semua hanya Nadila merasa seperti itu

Ia mencopot semua atribut yang dikenakannya dan langsung mandi, sejujurnya udah lengket dianya, tapi rasa pengen ketemu bunda itu jauh lebih besar. Selang 10 menit Nadila pun keluar dari kamar mandi, dengan wajah yang sudah segar kembali, ia lalu mengambil piyama di lemari, baju mah dirumah masih se abrek, orang bawa cuma beberapa doang, banyakan juga beli di sana semua

Nadila membuka knop pintu kamar orang tuanya, ternyata bunda lagi tidur dan ayah yang sedang berada di meja kerjanya, sedang membaca berkas mungkin. Lalu ia menghampiri ayahnya terlebih dahulu, ia juga rindu dengan sosok laki-laki yang selalu menyayangi setulus hati itu

Dreams Come True || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang