3(2)

77 11 3
                                    

Masih dihar yang sama, ini kejadian waktu Jisoo menunggu Aldrich didepan gerbang yang katanya lagi main basket, duh-

-

Gua langsung berlari ke gerbang dan menunggu Aldrich di sana. Bahkan gua udah nolak ajakan Lisa untuk pulang bareng, padahal tu anak mau traktir makan. Bisa-bisanya gua nolak rezeki.

Gua ngirim Line ke Aldrich, seperti biasa enggak dibalas. Kalimat terakhirnya sih bilang sebentar lagi dia beres main basketnya. Setengah jam lebih nungguin dia, tapi enggak ada tanda-tanda kemunculannya. Layar ponsel gua masih kosong, jangankan nunggu balasan, Linenya dari tadi aja belom di baca sama anak itu. Beberapa anak basket udah balik, kebetulan gua mengenal beberapa dari mereka. 'Lah, si Al main sama siapa coba?' Batin Jisoo mulai gelisah.

'Mugkin Aldrich lagi main sama temennya kali ya. Adrian? atau Dean? atau Aldrich mungkin lagi ganti baju' Gua berusaha memikirkan semua kemungkinan yang mungkin saja terjadi. Gua mencoba menghilangkan fikiran negati, gua enggak mau jadi pacar yang terkesan posesif nantinya. Mungkin gua hanya perlu berdiri disini sedikit lebih lama lagi.

"Hoi" Sebuah teriakan cukup keras berhasil menghancurkan lamunan gua. Kayaknya gua bakalan kena serangan jantung deh kalau kayak gini mah. Gua berbalik dan mendapati Sean sedang memperhatikan gua dari motornya.

"Ngapain berdiri disitu? udah ganti profesi aja, jadi tukang jagain gerbang neng?" 

Anjir pedes amat omongan ni anak "Nungguin Aldrich, kak. Katanya lagi latihan basket"

Dia melepaskan helmnya. Kini wajah Sean dapat terlihat dengan jelas. Wajahnya tampak kelelahan dengan keringat yang menempel dirambutnya, tapi tidak mengurangi ketampanannya. Kenapa? Gua cuman berusaha jujur aja kok. 

"Udah selesai kali. Tapi tu anak tadi lagi main sama yang lain" Gua baru sadar, Sean anak basket juga. Gak cocok banget tampangnya jadi anak basket. Ia lebih terlihat cocok sebagai anak cowok yang kerjaanya nongkrong di warung sambil ngelawak garing.

Tanpa gua sadari, ekspresi gua mulai berubah. Rasa kecewa enggak bisa gua tutupin, gua nungguin Aldrich udah 1 jam lebih tapi dia malah asik main sama temennya. Setidaknya, dia bisa ngabarin gua. Gua kan juga bisa ngertiin dia kalau tau alasannya. 

"Yakin mau nungguin Aldrich yang anaknya enggak kenal waktu kalau main" Gua cuman nyengir kuda, tidak tahu harus respon apa terhadap kalimat Sean barusan. "Yaudah gua antar aja" Tawar Sean. Beberapa siswa yang baru keluar dari area sekolah memperhatikan mereka, ia tidak ingin menjadi pusat perhatian dengan cowok lain. Beberapa orang suka menyebarkan gosip hanya karena menurut mereka itu menyenangkan.

Gua mengeleng cepat berusaha mencari alasan terlogis saat ini untuk menolak tawaran Sean "Gak osah kak, gua minta jemput aj-"

"Sama siapa? Bobby? Dia mah paling sekarang lagi nongkrong sama anak-anak" Ucap Sean memotong omongan gua cepat. Gua enggak tahu kalau Sean satu tongkrongan sama Bobby, dan gua juga tidak terlalu peduli tentang fakta itu. Emang enggak guna banget Bobby mah, susah bener kalau minta tolong jemput doang.

"Yaudah ayok. Udah sore banget ini" Gua masih terdiam ditempat. Takut dengan respon Aldrich kalau tahu Ia pulang dengan cowok lain. Tapi, apa cowok itu akan perduli? persetan dengan Aldrich yang udah berkali-kali batalin janjinya.

Sean masih setia dengan pandangannya, menunggu kalimat persetujuan. Sean tidak ingin ia nantinya terkesan memaksa "Ga osah kebanyakan mikir, anggep aja gua cuman nganterin lu balik sebagai kakak kelas yang baik, kalau emang itu yang bikin lu ragu" bukannya soksoan, tapi status Sean sebagai cowok yang bisa diperhitungkan kepopulerannya membuat gua sedikit takut untuk berurusan dengan cowok ini.

Ia menarik lengan gua pelan "Gua bisa ngopi dulu ini sambil nunggu sunset, sekalian bantu nyariin dragon ball. Lama lu" 

Gua terkekeh pelan mendengar ucapan Sean. Motor Sean yang besar membuat Gua harus memegang lengan cowok ini. Gua enggak terlalu terbiasa naik motor ninja, biasanya kalau pulang sekolah atau mau pergi bareng Aldrich, cowok itu akan membawa mobilnya. Katanya biar gua enggak masuk angin kalau Ia ngebut-ngebutan dijalanan menggunakan motornya. 

Aldrich. Disaat-saat seperti ini, gua masih aja mikirin Aldrich. Bego emang.

tbc

Note

Hai all, Maaf kalau alurnya sedikit kurang jelas dan konfliknya juga kurang dapet. Aku masih berusaha ngembanginnya, takutnya kalau langsung dikeluarkan pada kaget. Anggep aja ini sebagai pengenalan tokohnya juga.
Semoga kalian enjoy ceritanya ya. Kritik dan saran bakalan berguna banget buat aku. Thanks all.

XOXO
Michiskylar

SpoilerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang