4

78 7 0
                                    

LINE
Mas Pacar

15.30

Aldrich
Aku di gerbang

Otw

Tumben cepet balesnya

-

Aldrich memarkirkan mobilnya disebuah cafe disekitar pantai, tempat mereka berdua biasa menghabiskan waktu, yah, setidaknya dulu seperti itu. Mereka memilih duduk dimeja pojok. Pas menghadapat kearah pantai. Jisoo membiarkan Aldrich yang memilih makanan dan minumannya, entah apa yang ia pilihkan tapi yang jelas Jisoo selalu suka pilihannya.

Ponsel Aldrich berdering, lagu band favoritenya Aldrich. Terakhir kali Jisoo yang mengganti lagu nada dering itu menjadi lagu 5SOS, tapi kali ini terdengar berbeda. Jisoo tak mengenal suara dari penyanyi ini. 'Kapan ia menggantinya? Kenapa harus diganti? sebelumnya ia tak pernah protes dengan lagu yang gua buat' Batin Jisoo. Alih-alih bertanya, Jisoo lebih memilih diam. Entahlah, hanya saja ia merasa bertanya pun ia tetap tidak akan mendapat jawaban yang ia inginkan. 

Aldrich menekan tombol merah. Jisoo tersenyum melihatnya, ini terlihat seperti Aldrich lebih mementingkan waktu bersama gadisnya. Bunyi notifikasi dari ponsel Aldrich lagi, Jisoo tidak bisa melihat siapa yang mengirimnya pesan, yang jelas ekspresi Aldrich tampak berubah saat membaca pesan itu

"Siapa?" Tanya Jisoo, tapi tidak mendapat jawaban. Ia yakin kalau suaranya sudah cukup besar untuk terdengar oleh cowok dihadapannya ini.

"Al, kenapa?" Tanya Jisoo sekali lagi yang hanya dijawab gelengan. "Kalau penting angkat aja telepon tadi"

"Hah, enggak. Dari temen" Jawab Aldrich singkat tapi jelas saja kalau ekspresinya menunjukkan ketidak nyamanan. Bahkan cowok itu tidak melihat Jisoo sedetikpun, apa ponselnya terlihat lebih menarik dibandingnya?

 Bahkan cowok itu tidak melihat Jisoo sedetikpun, apa ponselnya terlihat lebih menarik dibandingnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ponsel Aldrich kembali berdering, kali ini ia mengangkatnya dan pergi ke luar. Entah kenapa Jisoo takut. Telepon dari siapa, sampai ia memilih keluar agar tidak terdengar. Tapi gadis itu memilih untuk menghancurkan pikiran negatifnya. Mungkin itu telepon dari keluarganya atau apa. Yang Jisoo tahu, Aldrich memegang sebuah usaha, mungkin itu telepon penting.

Aldrich kembali masuk saat makanan telah datang. Entah kenapa suasana terasa berbeda. Tak ada diantara mereka yang mau membuka suara. Dan entah kenapa, Jisoo juga tak berani untuk sekedar bertannya. Gadis itu sebenarnya sangat membenci suasana seperti ini. Yang ia inginkan adalah mereka makan berdua, dan membicarakan banyak hal dan bercanda. Bukan seperti ini, malah diam. Bahkan Aldrich sedari tadi asik dengan ponselnya, seolah gadis dihadapannya itu hanya tembok.

"Cepet banget makannya? Enggak nambah?" Tanya Jisoo mencoba mencairkan suasana. Ia sadar cowoknya itu makan dengan sedikit terburu-buru, padahal biasanya Aldrich akan menunggu Jisoo untuk menghabiskan makanannya terlebih dahulu.

Aldrich hanya tersenyum tipis "Makan cepet, ntar keburu dingin. Biar kita langsung pulang" Ujar cowok itu santai yang justru membuat gadis dihadapannya itu kecewa mendengarnya.

Setelah dari cafe Aldrich langsung mengantar Jisoo pulang. Bahkan saat sampai di depan rumah, ia tak mengatakan apa-apa . Biasanya cowok itu selalu mengelus rambut sang pacar atau sekedar mengatakan 'selamat malam' Bahkan tak ada lagi kecupan dikening Jisoo. Gadis itu berlalu tanpa menunggu kepergian Aldrich, ini benar-benar bukan yang Jisoo harapkan. Kalau tahu akan seperti ini, lebih baik ia tak osah jalan dengan Aldrich dan menghabiskan waktunya bersama teman-temannya. Toh cowok itu tidak akan perduli, mungkin justru ia akan senang karena tak perlu repot-repot membawa Jisoo. 

Jisoo menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur berukuran besar itu. Membuang ponselnya kesembarang tempat dan membiarkan mukanya yang masih kusut terbenam dibantal beruang putih besar yang ia labeli sebagai bantal kesayangannya. Hadiah pertama dari Aldrich. 

tbc


SpoilerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang