6 (1)

91 6 0
                                    

LINE
Bang Babi

15.30

Bobby, jemput gua ya

Gak bisa. Ada urusan

Gaya lu ada urusan
Kali ini aja woi, buruan

Knp ga balik bareng pacar lu?
Atau temen lu
Tu temen apa gunanya kalau g bisa nebeng

Udah pada pulang is

Oiya, maap gua lupa
Lu gak punya temen, kan?

Anjir lu
Gak guna banget jd abang

Emng lu pernah guna jd adek?

Wah parah lo!
Emang siapa dulu yg nyariin ID linenya kak Nayeon?

Maap dah gua bener-bener g bisa

Ah, jijik lah
Read

'Dasar abang Tiri, ada gak sih tempat buat nyewa abang' gerutu Jisoo, bertahun-tahun besar sama Bobby yang dilabeli sebagai abangnya itu, bisa dihitung pakai jari kebaikan yang pernah tu anak kasih ke Jisoo. Jisoo juga udah janji dengan dirinya kalau ia enggak akan minta sesuatu lagi dengan Aldrich, termasuk minta antar atau jemput.

Bunyi clakson motor membuyarkan lamunan gadis berparas cantik itu, ia menggeser tubuhnya ke pinggir agar motor dibelakangnya bisa lewat "Hoi, belom pulang?" Jisoo berbalik untuk melihat siapa yang barusan meneriakinya. Sean. 

Jisoo menggeleng pelan "Belom, lagi nunggu bus" Jawab Jisoo seadamya, ia benar-benar tidak ada selera untuk menanggapi orang lain saat ini.

Sean melempar helemnya dan dengan sigap ditangkap oleh Jisoo sebelum helm mahal itu terjatuh "Pakai, ayo naik. Biar gua antar" Ucap Sean seraya memukul jok belakang.

Jisoo hanya mematung, bukan karena enggak mendengar. Hanya saja gadis itu masih berusaha mencerna perkataannya tadi. 'Apa ia baru saja menwarkan buat balik bareng?' 

"Woi melamun aja. Ayok, keburu gelap entar" Tangan Sean terulur untuk membantu Jisoo naik, yang menandakan kalau tak ada lagi penolakan. Jisoo memakai helm yang tadi dilempar kearahnya dan menaiki motor besar Sean. Naik motor sean membuat tubuh Jisoo harus sedikit mencondongkan tubuhnya kedepan, sepertinya abis ini ia akan encok.

Selama di jalan, Sean tampak fokus dengan motornya sementara Jisoo sibuk dengan pemikirannya sendiri, tidak ada yang berniat berbasa-basi untuk sekedar memecah keheninga. 

Setelah kurang lebih 15 menit menikmati hiruk pikuk jalanan kota disore hari, Sean berhenti disalah satu cafe yang tidak terlalu ramai tapi memiliki gaya yang cukup unik "Kita berenti dulu ya, gua lapar" Jisoo hanya mengangguk.

'Buat apa nanya bangke, orang lu udah berhenti duluan. Kalau gua nolak yang ada gua ntar yg ditinggal' Batin Jisoo ngedumel.

Sean memberikan daftar menu kearah Jisoo "Gua enggak kak" Tolaknya, pasalnya saat ini gadis itu memang benar-benar tidak selera makan. Padahal dari tadi pagi belom ada makanan yang masuk ke perutnya. Entah lah saat sedang banyak fikiran, Jisoo akan sangat menolak untuk makan. Kalaupun dipaksa, makanannya akan terasa hambar dilidahnya.

"Gak mungkin gua ngebiarin cewek cuman liatin gua makan. Lu enggak lagi nontonin acara mukbang Jis" Ucap Sean seraya tersenyum manis dan memamerkan deretan gigi rapihnya "Pesen aja, gua yang traktir" Kalau sedang tidak badmood, Jisoo akan dengan senang hati memesan makanan saat mendengar kalimat terakhir cowok itu

"Yaudah samain aja sama kakak" Sean mengangguk mantap dan memberikan kertas pesanannya kepada pelayan.

"Aldrich tadi udah balik sama gengnya, kenapa enggak bareng?" Tanya Sean berusaha memecahkan keheningan. Bagus sih niatnya baik, tapi dari sekian banyak topik, kenapa harus itu yang keluar dari mulutnya.

Jisoo tertawa hambar "Emang harus sama dia terus baliknya, kak?" Tanya Jisoo yang lebih terdengar seperti pernyataan.

"Ya jujur sih, kayaknya emng jarang sih. Tapi ya apapun itu, urusan kalian sih" Jisoo hanya bisa tertunduk. Belakangan Aldrich memang jarang punya waktu bareng Jisoo. Bahkan untuk sekedar pulang bareng atau berangkat bareng saja sudah tidak pernah lagi. Cowok itu terlalu sibuk dengan duniannya sendiri.  Apa Jisoo bukan lagi bagian dari dunia Aldrich?

Pelayan yang datang membawa makanan menyelamatkan Jisoo dari rasa canggung. Mereka berdua fokus dengan makanan masing-masing. Hampir tidak ada suara, hanya bunyi sendok yang merdecit mengenai piring. Tapi diam mereka kali ini bukan diam seperti trakhir kali gadis itu pergi dengan Aldrich. 

Sadar akan kehenginannya, Sean memecah suasana dengan sesekali bercanda. Tidak ada ponsel diantara mereka berdua. Tidak ada yang asik dengan dunianya sendiri. Mereka sama-sama dengan bertukar cerita masing-masing. 

Sean mengantar Jisoo pulang, bahkan cowok itu menawarkan untuk mengantarnya sampai benar-benar di depan rumah. Entah itu hanya sekedar bercanda atau memang itu bagian dari sikap menghormatinya Sean, tapi Jisoo tetap menolaknya secara halus. Sebelum benar-benar pergi, Sean meminta ID Line gadis itu. Untuk point terakhir cukup membuat Jisoo bingung.

Jisoo sebenarnya merasa bersalah dengan Aldrich. Seharusnya ia mengabarinya dulu kalau Jisoo pulang dengan Sean dan mampir untuk makan sebentar, atau apapun itu setidaknya ia mengirim pesan. Bagaimanapun, ia harus menghargai Aldrich.

tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SpoilerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang