Jakarta terlalu ramai untuk mendengar nada dari jarum jam yang berputar dengan rapih. Jakarta terlalu sibuk untuk aku yang suka memotret jalan - jalan kosong. Terlalu berisik untukku menikmati rinduku pada kota kelahiranku, Semarang. Apa yang langsung terlintas dibenakmu setelah mendengar Semarang? Tidak ada yang istimewa. Baiknya adalah Semarang tidak sepadat Jakarta jadi aku punya banyak waktu untuk memotret jalanan yang indah dengan kekosongannya. Aku Jesika, gadis kelahiran Semarang yang baru saja menyandang status menjadi pengangguran. Aku baru lulus SMA dan tidak tahu mau kemana. Tidak ada cukup biaya untuk kuliah, tidak ada usaha keluarga untuk dikelola, pun tidak ada hobi lain kecuali memotret. Luntang - lantung kabur dari Jakarta (lebih tepatnya dari orang tuaku) ke kota kelahiranku yang sudah 3 sampai 4 tahun ini kutinggalkan. Benar - benar tinggal sendirian dan harus mencari kerja demi kelangsungan hidup.
Aku mulai menghubungi relasiku di Semarang yang mungkin membutuhkan jasa fotografer. Untung saja selama SMA aku punya beberapa pekerjaan sambilan sampai akhirnya aku mampu membeli camera canon ini. Seminggu dua minggu berjalan normal, ada beberapa orang yang memakai jasaku dan akhirnya aku bisa makan. Tapi tidak boleh seperti ini terus, setidaknya aku harus punya gaji tetap. harus!
***
Pagi ini aku berencana survey lowongan kerja di daerah kosku, apa saja lah yang penting gajinya cukup untuk makan dan menabung. Berjalan kaki di pagi hari ala - ala turis menggunakan kaos putih oversize gambar shinchan dipadukan dengan celana pendek warna pink dan topi buket senada dengan celanaku. Style yang tidak bisa aku pakai saat SMP karena aku terlalu gendut. Metamorfosis tubuhku menunjukkan peningkatan, dari yang dulunya aku gendut seperti bola berjalan sekarang tubuhku ideal walaupun masih pendek seperti anak SMP. Tinggiku hanya 155 cm, bukan hal yang patut dibanggakan tapi tetap harus disyukuri karena katanya beberapa cowok suka cewek mungil sepertiku, katanya menggemaskan.
Perjalananku tidak banyak membuahkan hasil, hanya ada satu restoran -mungkin bisa disebut kafe juga- yang membuka lowongan kerja menjadi waiters dan bisa menjadi pilihan. Baru saja ingin kutulis alamat emailnya, tiba - tiba ada mobil putih menutupi pamflet lowongan kerja itu. Pemiliknya turun dari mobil, aku tidak tahu pasti apakah ia melihat ke arahku atau bukan karena ia memakai kacamata, tapi arah kepalanya memang menghadap aku. Lalu aku baru menyadari bahwa ia adalah sosok yang kukenal, dan ia pasti juga mengenaliku!
"Ko Evan!!" aku berlari menghampirinya seperti anak - anak yang bertemu dengan ayahnya. Raut bahagia dan langkah kecilku disambut dengan lambaian tangan tak yakin darinya. Sedih sekali sepertinya dia tidak mengenaliku!
"Jesika?" benar kan dia mengeja namaku dengan nada tanya artinya dia lupa. Kubalas dengan anggukan sekali namun pasti. "Jesika yang satu kelas sama Jason, yang pas SMP absennya sebelahan sama Jason? Yang kalau baris ama Jason kayak angka 1 sama 0 itu?" tampang tidak percayanya membuatku berfikir apa dulu aku segendut itu?
"Iya ko!" kujawab dengan bangga karena ini artinya dietku berhasil.
"Kamu kemana aja sih? Pas lulus tiba - tiba ngilang ga ada kabar." tanya Ko Evan.
Untuk saat ini tidak mungkin aku menceritakan alasanku pindah dan kembali kesini, butuh banyak waktu untuk memahaminya, dan tidak di pertemuan pertama kita. "Aku sekeluarga pindah ke Jakarta, terus karna kangen Semarang jadi aku balik ke sini deh, hehe..." jawabku.
"Temenin aku sarapan yuk, lanjutin ceritanya di dalem aku kangen banget sama kamu!" Ko Evan tidak meminta persetujuanku dan langsung merangkulku membawaku masuk ke kafe yang ku incar lowongan kerjanya. Badanku semungil ini sangat mudah dikuasai oleh cowok - cowok tinggi macam Ko Evan.
"Ooo... jadi kamu mau cari kerjaan to," sahut Ko Evan setelah mendengarkan ceritaku, cerita singkatnya saja bukan cerita tentang keluargaku dan segala kerumitannya. Aku hanya mengangguk malu, entah kenapa aku malu. Yasudah lah pokoknya aku malu. "Aku kenal sama yang punya tempat ini, aku bisa kok masukin kamu kerja di sini. Tapi ada syaratnya!"
"Apa ko?" kutanyakan dengan nada ringan.
"Kamu harus mau jadi fotografer pribadiku!" sahut Ko Evan dengan lirikan dari matanya yang minimalis tapi indah. "Gimana?"
Aku menghela nafas panjang sambil tersenyum. Kalian salah kalau mengira aku kesal, aku hanya sangat senang tapi tidak ingin berjingkrak, jaga image! "Oke!"
Setelah puas berbincang dan bernostalgia, kami harus berpisah. Sebelum pulang Ko Evan benar - benar menitipkanku pada pemilik resto, bahkan aku bisa kerja mulai besok. Sebenarnya Ko Evan ingin mengantarku sampai ke kos, tapi aku tidak mengijinkannya. Sudah cukup kebaikannya hari ini, memberiku pekerjaan, menraktirku makan, membuatku tertawa. Sungguh dia orang yang sangat baik, dari dulu dia baik.
***
Kususuri jalan Semarang yang semalam gerimis untuk menuju ke tempat kerjaku. Hawanya sangat sejuk. Inginnya aku berjalan sambil menari mengikuti alunan lagu Bentuk Cinta yang sedang kunyanyikan. Hari ini aku dapat shif pagi yang artinya aku akan pulang jam 1. Setelah itu aku ingin jalan - jalan menikmati sore di Semarang.
Resto cukup ramai sehingga aku tidak sempat untuk mengeluh lelah. Tapi ada satu hal yang dari tadi mengusik kedamaian otakku, aku belum sempat bertukar nomor dengan Ko Evan! Bukannya apa - apa cuma kan dia minta aku jadi fotografernya, jadi boleh lah kalau kita bertukar nomor supaya mempermudah pekerjaan. Oke mari kita positif thingking nanti dia akan kembali menemuiku di resto, jadi tunggu sampai jam pulang tiba.
~Haloo teman - teman, jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak setelah membaca yaa ^.^
KAMU SEDANG MEMBACA
Desember 13
RomanceTeruntuk semua wanita yang sedang mengincar posisi menjadi jodoh Jason William Winata, saya harap kalian adalah wanita kuat. Kalian tidak boleh marah ketika dicaci, dibandingkan, dibenci, dan semua hal yang sebenarnya menyebalkan. Kalau boleh saya...