BAB 5~ kami ingin makan dengan tenang

62 9 1
                                    

Masih cukup canggung bagi kami untuk banyak bercerita hal - hal yang sensitif. Aku memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan. "Anak tiktok apakabar nih endorsenya? Ciee fansnya banyak ya sekarang?" godaku. Pesanan datang, kami makan sambil melanjutkan obrolan ringan.

"Hahaha... Awalnya aku tuh cuma iseng lo sama Bryan Evan eh sekarang jadi keterusan." aku bisa melihat seberapa besar rasa sukanya dengan tiktok dari matanya ketika bicara. "Oiya kamu punya tiktok? Sini biar aku follow?"

"Enggak punya kok,"

Jason melirikku dengan wajah heran. "Ig?" tanyanya sekali lagi. Kujawab dengan sekali menggelengkan kepala. "Bohong!" lalu Jason mengambil handphone ku yang berada di meja, menyusuri aplikasi - aplikasi milikku dan menemukan logo instagram.

Aku tidak marah, tidak juga ketakutan karna memang aku tidak menyimpan sesuatu yang aneh - aneh. Jason masih mengutak atik handphoneku sedangkan aku mulai bosan. Ingin sekali aku mengambil handphone Jason dan mencari - cari sesuatu, tapi aku tidak bernyali.

Aku masih asik dengan imajinasiku sendiri, sampai tidak sadar kalau ada dua orang perempuan sedang mengamati kami, tapi Jason menyadarinya. "Jes, pulang yuk nggak enak nih ada yang nglihatin." Jason mengajakku pulang dan aku menurutinya. Dia berjalan lebih cepat dari aku sampai kami seperti dua orang asing yang sedang berjalan sendiri - sendiri.

Lalu setelah masuk mobil Jason menghela nafas panjang. Aku yang khawatir langsung bertanya, "Kenapa?"

"Ya gini nggak enaknya banyak dikenal orang. Hidup jadi nggak ada privasi. Tapi yaudah lah mau gimana lagi." Jason memandangi kemudi mobilnya. "Kamu risih nggak?"

"Mmm... belum tau sih Je kan baru sekali ngerasain kaya gini." sepertinya jawabanku bukan jawaban yang diinginkan Jason melihat wajahnya yang semakin sedih. Kuputuskan untuk sedikit meralat jawabanku, "Tapi gapapa kok, asal sama kamu aku seneng."

Seketika Jason menengok ke arahku dan memandangiku. Belum ada kalimat yang keluar, ia hanya tersenyum. Lalu aku diantar pulang dan dia pun langsung pulang karena sudah jam 10 malam.

***

Sabtu pagi di Kota Semarang. Aku sudah siap untuk berangkat bekerja. Aku keluar dari kamar kost ku, dan ketika akan mengunci pintu aku menemukan sebuah surat di kursi. Apa Jason? Lalu kubuka dan kubaca isinya dalam hati, "Des13. Kamu siapa berani dekat - dekat Jason? Sebelum bertindak itu ngaca dulu dong, udah pendek dekil masih aja berani aneh - aneh. Pulang sana lu!" siapa yang tangannya sejahat ini? Apa cewek yang kemarin ketemu kita pas makan? Des13? Apa ini akun sosial medianya ya? Walaupun masih penasaran, kuabaikan surat ini untuk semetara karena aku sudah hampir telat bekerja.

Aku tidak bisa fokus bekerja, aku terus memikirkan dari mana asal surat itu. Ingin sekali aku bertanya pada Jason tapi kuurungkan niatku. Bukan surat yang membahayakan nyawa jadi buat apa aku cerita, lebih baik disimpan sendiri. Karena sudah mulai sepi aku iseng - iseng mengecek handphoneku. Yang ditunggu - tunggu tidak muncul di depan mata tapi muncul di layar hp.

Jas: Sementara akun instagrammu jadiin privasi dulu ya.

Jas: Nanti kalau ada waktu aku jelasin

Jas: Kamu masih kerja ya? Semangat cantik ^.^

Tanpa bertanya aku menuruti permintaan Jason. Kuubah pengaturan instagramku menjadi privat account. Sekali lagi kubuka whatsappku karena tadi sekilas aku melihat ibuku mengirim pesan

bundahara <3 : Jes, minggu depan mama mau menikah, kamu nggak mau pulang? Ini hari bahagia mama, dan mama harap kamu juga ikut bahagia.

Aku menghela nafas panjang, mencoba melancarkan sirkulasi oksigen menuju otak dan mencerna semua yang terjadi pagi ini. Tak satupun pesan kubalas, baik Jason maupun mama. Aku melanjutkan pekerjaanku. Banyak sekali pikiran menggangguku, mulai dari surat itu, Jason, hingga pernikahan mama.

Sedikit cerita supaya kalian paham. Ketika aku kelas dua SMP ayahku masuk penjara karena mencuri banyak uang dari tempat kerjanya. Setelah aku lulus SMP aku pindah ke Jakarta karena mama mendapat pekerjaan sekaligus mendapat teman pria, namanya Om Putra. Mama bekerja sebagai koki di restoran Om Putra. Hari demi hari mama dan teman prianya itu semakin dekat dan akhirnya entah kapan mereka berpacaran. Om Putra adalah duda kaya pemilik restoran terkenal di Jakarta dengan banyak cabang. Om Putra memiliki satu anak laki - laki yang umurnya 5 tahun lebih tua daripada aku, namanya Kevin dan dia pilot. Sama sekali tidak ada keinginan untuk menghalangi kisah cinta mama, mama pantas bahagia dengan pilihannya. Om Putra baik, mapan, perhatian, dan tidak banyak tingkah. Aku hanya tidak siap tinggal bersama keluarga baru, maka dari itu aku memutuskan untuk mencari kehidupanku sendiri.

Hari ini jam kerjaku terasa lama sekali, yang paling menarik diantara yang tidak menarik pada hari ini hanyalah aku yang menebak - nebak apakah Jason akan menjemputku atau tidak. Mari kita tunggu setengah jam lagi ketika jam kerjaku berakhir.

Hingga setengah jam berlalu tak satupun pengunjung adalah Jason, namun aku masih berharap dia menjemputku. Bisa jadi dia sedang menungguku di luar? Aku berjalan keluar dari kafe setelah selesai berganti pakaian, tidak ada mobil Jason. Entah beruntung atau tidak aku menemukan Ko Evan sedang keluar dari mobilnya menghampiriku.

"Hai, Jes." Ko Evan melambaikan tangan dengan ramah. Lalu kutanggapi dengan senyum tipis. "Aku anter pulang, yuk."

Ku amati sekali lagi siapa tahu Jason datang menjemputku, namun ternyata tidak. Karna sudah lelah berharap akhirnya aku mengiyakan ajakan Ko Evan. Ko Evan mengajakku makan, namun aku tidak dalam keadaan ingin makan. Aku hanya ingin pulang.

"Kamu sedih gara - gara foto itu ya?" tanya Ko Evan yang ternyata sudah menyadari ada yang tidak beres denganku. Tapi tunggu, foto apa?

Aku memandangi Ko Evan minta penjelasan soal kata - katanya, "Maksudnya?"

"Loh kamu belum tahu ya? Jason belum bilang?" sungguh menyebalkan! Kenapa sih nggak langsung aja bilang ada apa.

Aku mengerutkan dahi tanda belum paham, lalu Ko Evan menghentikan mobilnya, mengambil handphone dan menunjukkan konten tiktok entah milik siapa yang jelas di situ ada fotoku dan Jason sedang makan bersama. Foto ini diambil kemarin ketika kami sedang makan, dan aku memakai piyama. Aku menggaruk kepala tanda tak mengerti kenapa hal seperti ini harus dibuat konten?

Akhirnya kuputuskan untuk menceritakan soal surat kaleng itu kepada Ko Evan. Aku sangat mempercayainya. Bahkan dibanding Jason yang terkadang masih kekanak - kanakan aku lebih percaya pada Ko Evan ketika harus berbagi hal - hal berat.

Mendengar itu semua Ko Evan tampak tidak terima. "Mending kamu jaga jarak sama Jason. Fansnya Jason itu banyak yang nggak suka kalau Jason punya temen cewek, pasti dikirain pacarnya."

"Dia ada pacar sekarang?"

"Ada gebetan sih kayaknya."

Desember 13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang