"Selamat pagi, Biru~" teriak Lintang di ujung lorong sekolah. Melihat itu, Biru hanya bisa menghela napas.
"Nana, Echan.." desah Biru kencang dari ujung lorong satunya. Biru sudah datang di sekolah sejak 20 menit yang lalu. Jadi dia kini tengah berdiri di depan kelas, menonton siswa lain yang baru datang. Sedangkan Lintang baru saja memasuki lorong sekolah, sudah menggoda Biru dengan meneriakkan namanya.
"Biru~~"
Biru hanya terdiam. Kembali mengalihkan atensinya pada lapangan yang masih kosong. Berusaha mengabaikan panggilan-panggilan dari Lintang.
"Na, Injun udah datang?" tanya Lintang begitu berdiri di samping Biru.
Biru menggeleng.
"Injun kan kalo bareng Kak Lukas suka mepet bel masuk." jawab Biru.
Lintang kemudian mengangguk.
"Mama bawain roti isi nih, ada tiga. Katanya buat aku, kamu, sama Njun. Buat sarapan yaa."
Sebuah senyum cerah terbit di wajah Biru. Surai lembutnya bergerak pelan karena angin bertiup, lalu anggukan kepala diberikan oleh Biru.
...
"Biru, Biru di dinding, diam-diam merayap,"
"Datang seekor Asa,"
"Hap!"
"Lalu di tangkap!"
Biru masih melanjutkan acara 'memakan roti isi buatan Mama Lintang', ketika Angkasa tiba-tiba datang dengan lagu anehnya. Sempat hampir tersedak, tapi Biru dengan cepat mengontrol tubuh Angkasa yang tiba-tiba memeluknya.
"Sa, kamu tadi dicariin Mama, katanya kenapa ponakan gantengnya sekarang jarang ke rumah." Ucap Lintang masih mengunyah.
"Dih, nyariin tapi gak dibikinin roti isi!" Angkasa duduk di kursi kosong sebelah Biru. Lalu menyandarkan kepalanya pada pundak sahabatnya.
"Biru~ suapin dong~" rengek Angkasa pelan sambil membuka mulutnya.
Biru menurut, lalu menyuapkan roti isi miliknya.
"Nih, buat kamu semua."
"Hehe, makasih Biru~"
"Sa, Kak Mark udah di kelas?" tanya Lintang begitu menyelesaikan roti isinya.
Ngomong-ngomong, Biru, Rendra, dan Lintang itu berbeda kelas dengan Angkasa. Dan kebetulan, kelas Angkasa itu bersebelahan dengan kelas Lukas dan Mark.
"Gak tau, tadi waktu aku keluar cuma papasan sama Kak Lukas."
"Njun, bagi air dong!"
"Hih! Dasar gak modal!" namun Rendra tetap menyerahkan botol berisi air minumnya kepada Angkasa.
"Sa! Tadi malem, Kak Haidar ngechat Nana loh!" ucap Lintang sedikit berteriak. Membuat Biru melotot kaget lalu mengisyaratkan Lintang untuk segera menutup mulut.
"Haidar? Haje maksud kamu?" tanya Angkasa.
Lintang mengedikkan bahu acuh. "Gak tau juga aku."
"Kata Nana, Kak Haje mau ngajak Nana ke cafe depan sekolah nanti siang."
Angkasa menoleh ke arah Biru, lalu menemukan wajah tak enak Biru. Sedetik kemudian, Biru menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Hehe, siapa tahu Kak Haidar emang lagi butuh bantuan." ucap Biru pelan. Lalu menatap wajah datar Angkasa.
Angkasa mengedikkan bahunya kemudian, "Ya udah sih, tinggal ketemu aja."
Biru meringis melihat itu. Suasana tiba-tiba mendadak canggung. Semuanya terdiam, fokus pada pikiran masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru | Nomin
FanfictionNamanya adalah Biru. Ia adalah seorang pemuda berusia tujuh belas tahun dengan surai lembut berwarna langit cerah. Tanpa alasan dan tanpa rekaan. Indahnya, itu adalah sebuah turunan. Biru benci jika harus dipanggil 'Biru'. Katanya itu nama yang ka...