01. dumbledore's army

661 64 1
                                    

Ketika Biru pertama kali bertemu dengan Lintang dan Angkasa, ia dibuat kaget oleh ambisi mereka yang ingin membentuk sebuah geng perkumpulan. Masalahnya, bukan geng perkumpulan biasa. Tapi geng perkumpulan untuk berburu penyihir.

Iya, Biru tahu itu terdengar konyol.

Saat mereka SD, memang sedang tenarnya serial film Harry Potter. Lintang dan Angkasa sangat menggemari itu. Terlebih, setiap tahun rilisnya, mereka berdua selalu mengajak Biru untuk menonton bersama.

Biru sih, tak bisa menolak karena dia juga memang menyukai genre film seperti itu.

Tapi yang Biru tak habis pikir, adalah Lintang dan Angkasa ini ingin mengikuti jejak seperti tokoh pemeran di film itu. Seperti menjelajah hutan, mencari barang-barang peninggalan yang diduga horcrux, mencari perkumpulan animagus, dan masih banyak lagi.

Mereka akan pergi ke hutan setiap sabtu siang sepulang sekolah sambil membawa tas besar berisi perbekalan. Rumah mereka yang memang terletak di lereng gunung pun tak membuat orang tua mereka semua khawatir. Lalu, mereka akan berpetualang hingga petang atau hingga salah satu dari mereka merengek lapar.

Bahkan pernah, ketika mereka berumur sepuluh tahun, Lintang memaksa mereka berdua untuk berburu ular di sebuah lubang aneh di kaki gunung. Kata Lintang, lubang itu langsung tembus menuju markas death-eater (Saat itu, Lintang benar-benar menganggap seluruh ular itu adalah Nagini). Padahal, setelah diselidik oleh Biru, itu hanya lubang sarang ular biasa.

Hari itu pun berakhir dengan Angkasa yang menangis karena terpeleset saat menyusuri sungai.

"Kamu sih, Chan! Kan sudah aku bilang itu hanya lubang biasa! Kalau kita digigit ular beneran, bagaimana?" Omel Biru sore itu setengah menangis. Ia tak tega melihat lutut Angkasa yang dipenuhi darah.

Lintang pun meminta maaf dan berjanji tak akan mengajak mereka mencari-cari hal-hal aneh lagi.

...

Setelah kejadian yang membuat Angkasa harus absen sekolah selama dua hari itu, Lintang memutuskan untuk menghentikan kegiatan berpetualang mereka. Sejak saat itu pula, mereka bertiga sudah jarang ke hutan.

"Sepertinya, geng Dumbledore's Army kita harus segera memikirkan rencana baru agar tak menimbulkan keresahan lagi." Ucap Lintang sambil menggaruk-garuk dagunya. Sok serius.

Biru hanya memutar bola matanya jengah. "Geng ini hanya berisi tiga orang, mana bisa disebut sebuah army?"

Lintang mengangguk-anggukkan kepalanya. "Benar juga, kita seharusnya tidak usah memakai nama. Seperti Harry Potter, Hermionie Granger, dan Ron Weasley. Mereka kan tidak memakai nama, iya tidak? "

Biru berdehem menanggapi. Ia memilih diam saja menanggapi imajinasi-imajinasi liar Lintang yang tak kunjung selesai.

Angkasa yang sudah trauma dengan segala tingkah konyol Lintang pun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku gak boleh main ke hutan lagi sama Mama, kapok."

Lintang mendesah pelan. 

"Yah, padahal sebentar lagi, seri ke tujuh akan dirilis." Lintang cemberut.

...

Namun, ambisi Lintang tentang semua itu akhirnya hilang ketika mereka memasuki SMP dan ia yang bertemu Mark untuk pertama kali.

Mark benar-benar berhasil membuka mata seorang Lintang, dan mengeluarkannya dari dunia fantasinya.

"Dumbledore's Army? Nama konyol macam apa itu?" Ucap Mark setengah tertawa menanggapi cerita dari Lintang.

Biru | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang