"Thank's, Bro!" Mark turun dari mobil Guanlin. "Jangan lupa nanti malem ke rumah gue."
Guanlin hanya mengacungkan jempolnya dari dalam mobil lalu melesat pergi.
Mark berjalan masuk dengan tergesa. "Maaf, saya terlambat banget. Pasien saya sudah pada nunggu?" tanya Mark pada seorang perawat.
"Untungnya jadwal pasien anda dipindah jadi siang semua. Tapi ... sepertinya anda kedatangan tamu. Di ruangan anda dokter Lucas sedang menemani tamu anda."
Mark menautkan kedua alisnya bingung. Tidak biasanya ia mendapat tamu tanpa pemberitahuan. Tapi kemudian dia berjalan menuju ruangannya.
Tadi pagi rencananya jam 8 Mark sudah selesai membawa barangnnya ke apartemen. Tapi Guanlin telat datang karena ada urusan dulu di restorannya.
Mark membuka pintu, terlihat Lucas langsung berdiri. "Nah, Mark cepetan nih. Gue buru-buru barusan dipanggil." Tunjuk Lucas sambil mengangkat telfonnya.
"Daddy Mark udah datang, Om Lucas pergi dulu ya."
Mark melirik ke arah Sean yang sedang tersenyum ke arahnya. Lalu memutar kepalanya mengikuti Lucas yang keluar dari sana. "Sominya dimana?"
"Nemuin dokter Eunwo!"
"Eh, ini maksudnya gimana? Cas!"
Pria bertubuh bongsor itu sudah menghilang di balik tembok. Mark memilih masuk dan duduk di samping Sean. Sejak Mark masuk anak itu terus menyunggingkan senyum lebar membuat Mark salah tingkah.
"Daddy."
Mark mematung, pria itu sedikit terkejut mendengar ucapan Sean yang tidak terduga.
"Dokter Lucas bilang Om dokter mau jadi Daddy Sean." Polosnya.
"Sean, jangan panggil Om kaya gitu ya. Nanti mama Sean–"
"Om dokter gak mau jadi Daddy Sean?" Sean menatap Mark sedikit berkaca. "Sean nakal ya? Jadi gak ada yang mau jadi Daddy Sean."
"Bukan gitu, ta–"
"Om gak suka Sean karna Sean nakal kan? Sean mau jadi anak baik, kok. Janji."
"Sean, bukan gitu maksudnya. Kalo Sean panggil Om Daddy nanti–"
"Sean janji jadi anak baik." Tangis Sean pecah begitu saja, Mark yang kebingungan langsung memeluk Sean dengan perlahan. Entah suasana hati Sean yang sedang buruk, atau memang Mark salah berbicara sehingga membuat anak kecil ini menangis.
"Sean gak nakal, Sean anak baik kok. Om mau jadi Daddy Sean. Jangan nangis lagi ya." Tangannya mengusap punggung Sean.
"Jangan nangis lagi, Om mau jadi Daddy Sean." Paniknya saat tangis Sean tak kunjung reda. "Ini Daddy, oke?"
Mark menciumi kepala Sean beberapa kali. Perlahan Sean mengangkat kepalanya, menatap Mark dengan mata yang sembab.
"Tapi Sean nakal." Isaknya.
"Sean gak nakal kok. Siapa yang bilang Sean nakal? Nanti O–Daddy marahin." Ucap Mark lalu mengusap air mata Sean dengan jari tangannya.
Ia kembali memeluk Sean. "Jangan nangis lagi ya." Terasa Sean mengganggukan kepalanya di dada Mark.
"Yes, Dad!"
***
Eunwo datang menghampiri Somi dengan tergesa setelah keluar dari ruang operasi. Dengan senyum lebar ia duduk di samping Somi, namun senyumnya memudar seketika saat Somi berbalik setelah menerima telfon. Wajahnya terlihat pucat.
"Ada masalah?" tanyanya hati-hati.
Somi diam sambil menunduk, mencoba mengumpulkan kesadarannya dan mengontrol emosi. Ia tidak ingin meledak di hadapan Eunwo yang mungkin tidak tau apa-apa.
"Kita bicara lain kali, aku masih ada urusan."
"Tunggu." Eunwo mencekal lengan Somi yang hendak pergi. "Ada apa? Cerita biar aku tau dan bisa bantu kamu."
"Kak, aku harus pergi."
"Bilang dulu sama aku baru aku lepasin, Som. Jangan kaya gini, kita udah seperti keluarga bukan?"
Keluarga? Somi berdecih. Maksudnya mungkin mantan calon keluarga, bahkan Somi tidak jadi menikah dengan Henry sepupu Eunwo. Makin dipikir hidup Somi ini sangatlah miris.
Ia pernah dijodohkan dengan Henry namun batal menikah karena Henry yang amat brengsek. Lalu baru-baru ini ia mengetahui fakta tentang dirinya yang pernah bertunangan dengan Lee jongsuk.
Selama di Kanada ia bahkan tidak pernah bisa kencan dengan siapapun. Almarhum Gongyo dan papanya selalu ketat terhadap Somi. Anehnya beberapa bulan setelah Gongyo meninggal papanya menjodohkan Somi dengan orang yang bahkan tidak Somi kenal. Kalau tau akhirnya begini dulu ia tolak saja perjodohan itu.
Bagaimanapun juga Somi tidak ingin membahas atau memberi tau siapapun yang tidak terlibat tentang masalah ini. Benar-benar aib yang sangat memalukan, membatalkan pertunangan serta batal menikah. Itu bukan suatu yang patut dibanggakan.
Sungguh kehidupan yang menjengkelkan. Kanada atau Korea semuanya sama saja.
Somi berbalik sambil menarik nafas panjang. "Aku gak tau apa yang keluarga Law mau. Tapi tolong jangan ganggu keluarga aku lagi, udah cukup aku dipermaluin diacara pernikahan dulu. Sekarang apa harus keluarga Law fitnah papa dan nendang dia dari perusahaan gitu aja?"
"Ah, satu lagi." Somi menatap Eunwo tajam. "Aku bakal ganti dokter buat Sean. Jadi Kak Eunwo gak perlu repot-repot nemuin aku atau Sean lagi."
"Som, kamu jangan ambil keputusan pake emosi."
Somi tidak menghiraukan, ia berjalan menuju pintu diikuti Eunwo, saat membuka pintu Somi sedikit terperanjat mendapati Sean berada digendongan Mark. Pria berkacamata itu terlihat diam kebingungan.
"A–aku gak bermaksud nguping." Mark terbata.
"Sean ayo kita pergi." Tanpa mengindahkan ucapan Mark, ia mengambil Sean dari pangkuan Mark lalu berjalan pergi.
Rasanya Somi semakin tidak sanggup bertatap muka dengan Mark. Pria itu tau terlalu banyak kisah memalukan Somi, entah masalalu bahkan sekarang. Padahal Somi mempunyai sedikit harapan tentang Mark. Mulai sekarang ia harus menguburnya kembali.
"Bye, Daddy! Daddy bye!"
Sean melambaikan tangannya ke arah Mark. Melihat reaksi Eunwo yang datar Mark langsung pucat pasi. "I–ni gak seperti yang anda pikirin. Saya gak berusaha rebut posisi anda sebagai ayah Sean."
"Kenapa ngomong gitu ke saya? Kamu gak perlu jelasin apa-apa. Dia bukan anak saya dan saya gak ada hubungan apa-apa sama Somi." Dinginnya.
Mark tercekat. Apa maksud ucapannya? Padahal baru saja Mark mendengar mereka membahas soal pernikahan yang batal. Bagaimana bisa wajah seperti Eunwo bisa sejahat itu menelantarkan dan tidak mengakui Sean.
Rasanya Mark sangat ingin memukul wajah pria di hadapannya ini dengan keras.
"Kamu boleh deketin Somi, kamu juga boleh jadi Daddy Sean."
"Anda gampang banget nyerahin Sean sama orang lain." Mark mengepalkan tangannya. "Meskipun anda gak menikah dengan Somi, seenggaknya Sean masih darah daging anda!"
Mark menunjuk dada Eunwo dengan mata yang penuh dengan amarah.
"Wait! Kayanya ada kesalah pahaman di sini." Eunwo mengerutkan keningnya sambil menggaruk kepala. Kebingungan.
"Saya beneran bukan ayahnya Sean, saya sama Somi cuma sebatas temen Gongyo sekaligus dokter yang rawat Sean." Jelasnya.
"Terus soal pernikahan tadi apa maksudnya?" Mark ikut bingung sendiri.
"Sebaiknya kamu tanya aja sama Somi. Saya gak ada hak buat cerita apa-apa soal masalah pribadinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ahjussi 2 - Memories - [LENGKAP]
Fiksi PenggemarDisarankan untuk baca Ahjussi yang pertama dulu. "Tidak ada yang permanen di dunia ini - termasuk permasalahan kita." Kutip Charlie Chaplin (14 May 2020)