Seorang pemuda dengan wajah bak pahatan dewa perlahan melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar sang saudara.
Ia mendudukkan dirinya pada tepian kasur lalu menepuk pelan pipi adik laki-lakinya secara perlahan. "Bangun, bunda sudah buatin kita sarapan," ujarnya.
Sudah tiga kali ia mengatakannya, tapi tetap saja adiknya tidak merespon. Ingin menepuk kembali pipi adiknya, namun tiba-tiba saja matanya menangkap bulir keringat yang jatuh dari dahi yang lebih muda.
Wajah tidur adiknya tiba-tiba saja berubah, menjadi raut wajah gelisah dengan air mata yang tiba-tiba saja turun menuruni pipinya. Bergumam entah apa dengan suara parau-nya.
"Hei, ba—"
"JANGAN! JANGAN GUGURKAN!"
Yang lebih tua terperanjat kaget ketika sang adik tiba-tiba saja bangun hingga terduduk dari tidur gelisahnya. Dengan wajah penuh air mata, dan tangan yang bergerak seakan sedang mencoba menahan seseorang.
"Kenapa? Mim—"
GREP!
Tubuh yang lebih tua tiba-tiba saja dipeluk dengan erat. "Kak... takut..."
Walau penasaran, namun setidaknya sebagai kakak yang baik ia akan menenangkan adiknya terlebih dahulu lalu bertanya kemudian.
Ditepuknya pelan punggung sang adik sampai yang lebih muda merasa sedikit lebih tenang.
Bertepatan dengan itu, pintu kamar terbuka. Ternyata itu bunda, yang sepertinya berniat ingin memanggil mereka berdua sebelumnya.
"Asahi, adeknya kenapa?"
Sang kakak, Asahi menggeleng pelan. Ia sendiri juga tidak tau kenapa, tapi sepertinya adiknya ini mendapati mimpi yang sangat buruk ya?
"Hei, kenapa?" tanya sang bunda yang entah sejak kapan sudah berada di sebelah si bungsu.
Hening, tidak ada yang menjawab. Hingga tak lama kemudian sang bunda menghela nafas. Baiklah kalau anaknya tak mau bercerita, mungkin memang privasinya.
"Yasudah kalau tidak mau cerita, ayo turun keba—"
"Haruto... mimpi buruk bunda..."
***
Yoonbin mengolesi roti di tangannya dengan selai coklat di atas meja. Setelah roti yang ia olesi terkumpul menjadi empat, ia segera meletakkan kembali selai tersebut lalu duduk pada tempatnya semula.
Padahal ia sengaja mengoleskan selai roti dengan lama agar bisa diberi pujian oleh istrinya, tapi tetap saja percuma.
Entah apa yang dilakukan pasangannya tersebut dikamar sang anak hingga harus mengambil waktu yang cukup lama.
"Ekhem, udah lama nungguin ya?"
Yoonbin mendongak, lalu menggeleng kemudian. "Tidak, tenang saja."
Istrinya tertawa lalu iseng untuk mencuri kecupan di pipi kirinya. Sontak hal tersebut membuat kedua anaknya yang melihat ingin muntah ditempat.
"Kenapa lama banget? Padahal cuma manggil anak-anak sarapan," tanya Yoonbin setelah memberikan seluruh anggota keluarganya roti yang ia siapkan.
"Ngga tau, Haruto tiba-tiba aja minta dipeluk sama disiapin seragamnya karena habis mimpi buruk."
Yoonbin terkekeh, sedangkan Haruto tertawa kikuk. "Manja banget habis mimpi buruk minta dipeluk. Dulu papa mimpi buruk malah dicubit sama bunda kamu tuh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] sebelum akhir | harukyu
Fantasy❛❛Dasar gila, reinkarnasi itu jelas tidak nyata!❞ Berlatarkan pada tahun dua ribu tiga puluh delapan. Bagaimana jadinya jika semesta kembali mempertemukan dua orang yang dulunya saling mencinta namun dalam keadaan, perasaan dan jiwa yang berbeda...