2. Sebenarnya kamu siapa

2.8K 500 128
                                    

"Kak, ini ada larangan ngga boleh masuk loh?"

Yedam menoleh, mengikuti kemana arah jari Doyoung menunjuk. Benar, ternyata ada garis polisi yang sudah menghiasi pagar rumah besar dihadapannya sekarang.

"Tapi ini kayanya udah dirusak sama orang deh. Lihat aja nih warnanya juga udah butek banget," ujar Jeongwoo sembari menarik-narik garis polisi berwarna kuning yang sudah berdebu tersebut.

"Yang gue bingung, katanya cuma rumah terlantar biasa. Tapi kenapa harus dikasih garis polisi?" tanya Doyoung lagi dan lagi.

Yedam mencoba mengingat-ingat sejenak.. "Kalau kata bunda gue, dulu pernah ada yang bunuh diri dirumah ini."

Mendengar penjelasan dari Yedam, nyali Haruto langsung ciut seketika. Bahkan kakinya sudah lemas banget ini yatuhan...

"Kak, balik aja ya please? Papa sama bunda gue nanti nanyain."

Sontak ketiganya menggeleng setelah mendengar apa yang Haruto katakan barusan. Enak saja, padahal mereka sudah capek-capek nyari alasan yang tepat kalau ditanya kenapa baliknya malam.

"Lemah banget sih. Kita kan juga ngga bisa lihat ngapain takut!"

Tepat setelah berkata seperti itu, Yedam segera membuka paksa garis polisi dihadapannya lalu membuka kunci pagar dengan besi yang sudah ia rancang sebelumnya.

Ia sendiri juga sebenarnya tidak tau kenapa bisa sampai senekat ini hanya untuk melakukan uji nyali.

Setelah pagar besi berkarat tersebut terbuka. Keempatnya dengan serentak mengambil langkah secara bersamaan menuju bagian dalam rumah.

Ugh, bahkan untuk berjalan menuju pintu utama saja membutuhkan banyak langkah dan waktu. Ternyata orang di zaman orang tua mereka dulu ada yang sekaya ini juga ya?

KRIEEET!

Pintu kayu besar tersebut terbuka, diiringi dengan deritan yang terdengar mengerikan ketika Jeongwoo membukanya.

"Coba cari letak sakelarnya," usul Jeongwoo yang langsung dihadiahi Yedam oleh pukulan manis dikepalanya.

"Ini rumah sudah ngga berpenghuni selama bertahun-tahun. Ya pasti sakelarnya juga ngga bakal berfungsi, bodoh."

Jeongwoo cekikikan, terus dia keluarin tiga senter dari dalam tasnya. Kalau ditanya dapat darimana? Dia pinjam alias maling dari gudang anak pramuka dulu lah, hehe.

Satu senter untuk dia, satu senter untuk Haruto, satunya lagi untuk Yedam sama Doyoung.

"Gamau, gue aja sama Doyoung satu senter berdua!" ujar Haruto.

Mendengarnya, Doyoung sontak menggeleng. "Ngga, gue maunya sama kak Yedam!"

Bahkan belum sempat Haruto kembali mengucapkan pendapatnya. Tiga orang temannya tersebut sudah terlebih dahulu berpencar meninggalkan dirinya sendirian.

Tanpa sadar matanya mulai berkaca-kaca. Ia benar-benar ketakutan sekarang.

"Kasih ibu... kepada beta, tak terhingga sepanjang masa..."

Haruto bernyanyi untuk mengurangi rasa takutnya. Bahkan sepertinya ia sudah tak ragu lagi untuk membawa langkah kakinya menuju sisi lain didalam rumah ini sekarang.

Pertama, ia mengarahkan senternya kesembarang arah. Tanpa sadar senter di tangannya mengarah kesebuah ruangan dengan pintu yang sudah rusak tergeletak dibawahnya.

Walau takut, tapi ia penasaran. Dibawanya langkah kakinya untuk masuk kedalam ruangan yang ternyata berukuran sangat luas tersebut.

"Eh, ada kamar mandinya juga..."

[2] sebelum akhir | harukyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang