"Arwen" papa memanggil dengan suara parau nya yang khas. Ya, dia papa. Pria tua dengan kerutan wajah yang sudah menggambarkan usianya. Ia sudah sangat berusaha kuat selama ini membesarkan aku seorang diri. Ya... Aku tidak pernah bertemu dengan mama, ia meninggal sesaat setelah aku dilahirkan , begitu cerita dari papa. Selama ini aku hanya bisa melihat mama dari fotonya, dan ia... Cantik. Sangat cantik.
Biar aku gambarkan seperti apa mama. Ia memiliki rambut coklat gelap ikal, sama seperti rambutku, mata coklat terang yang lembut, bulu mata lentik, dan kulit seputih salju. Dari fotonya nampak ia begitu lembut seperti seorang putri. Putri yang anggun.
Berbeda sekali dengan aku, gadis berandal yang tidak bisa diatur. Ha! Kalian pasti menganggap aku seperti mama... Tidak seperti itu kawan. Aku sudah sangat sering membolos sekolah, mencuri buah di tetangga sebelah, merokok, tidak pulang dan segala kenakalan remaja.... Eits, kecuali sex. Aku belum pernah melakukannya, sumpah demi apapun.
Oke, aku berlebihan. Aku tidak peduli pakah kalian percaya pada perkataanku atau tidak, tapi itulah yang terjadi. Papa membesarkan aku dengan keras sekali. Ia selalu bilang bahwa aku harus bisa melindungi diriku sendiri dari apapun. Ia mengulang nasehat itu hingga ku hafal dimana tanda baca titik dan komanya. O iya tambahan, ia juga selalu bilang "nanti jika papa sudah tidak ada, siapa yang akan melindungimu"
Aku yakin kalian pasti pernah mendebgar itu entah dari orang tua kalian atau orang tua dari teman atau orang tua mana pun. Klasik. Memang.
"Papa ingin mengenalkan seseorang padamu" pria itu mengikuti papa di belakangnya. Pria dengan tubuh tinggi tegap dan bersayap. Apa? Tunggu.. Bersyap?! Aku mengerjapkan mata, dan sayap itu sudah tidak nampak lagi. Ah, halusinasi bodoh.
"Dia Theo..." Papa melanjutkan ketika sadar aku tidak merespon. Hanya terpaku melihat sosok di belakangnya. Matanya tajam, alis yang tebal dan tulang rahang yang kuat. Ralat, kaku. Ia sama sekali tidak menampakan wajah ramah.
"Dia akan menjagamu, melindungimu... Anggap saja seperti bodyguard"
Apa?! Pandanganku terarah pada papa sekarang. Apa-apaan? Bukannya ia selalu menanamkan bahwa aku harus bisa melindungi diri sendiri? Dan aku bisa. Aku pernah melumpuhkan 1 preman, mematahkan hidung kakak kelasku, dan membuat lebam mata tetanggaku karena mereka menggangguku. Sekarang apa alasannya aku perlu seorang bodyguard?
"Tapi pa___"
"Arwen, ini bukan permintaan, ini perintah."
"Aku hanya mau tahu kenapa aku perlu dia" aku menunjuk pria itu, yang lebih mirip seperti patung dari pada manusia kareana ia hanya berdiam diri. Membatu.
"Ini demi kebaikanmu Arwen." Baik. Baik. Itu berarti memang aku tidak perlu tahu alasannya. Tidak, papa tidak mau aku tahu alasanya. Aku memandang pria itu dan papa bergantian, merasa teremehkan!!
YOU ARE READING
Arwen
FantasyCihh!! ia merasa teremehkan. Dari sekian banyak tugas, kenapa harus dia yang mendapatkan tugas receh untuk menjaga manusia?! menjaga manusia!!! bisa dibayangkan? Di saat teman-temannya bertarung untuk menjaga keseimbangan bumi, dan ia hanya mengiku...