"Jadi beneran nih kita pindah rumah?" tanya Changbin yang kini sedang membereskan beberapa pakaiannya untuk ia masukkan ke dalam koper besar berwarna hitam
Bangchan mengangguk tanda jawaban. Tanpa menatap Changbin, Bangchan juga sibuk dengan barang barangnya
"Bang, jawab gue kek!" kesal Changbin karena ia tak mendengar suara Bangchan yang menyahuti pertanyaannya. Tentu saja, Changbin sibuk dengan barangnya dan jawaban Bangchan hanya menganggukkan kepala saja. Mana mungkin Changbin bisa tahu
"Iya kita pindah rumah. Kenapa nanya sih?" kesal Bangchan yang mulai menarik resleting kopernya. Dia sudah siap membereskan semuanya. Tinggal membawanya saja ke lantai bawah dan berkumpul dengan yang lain
"Ya cuma nanya aja sih. Biar gak hening hening amat suasananya, hehe," kekeh Changbin yang juga sudah siap dengan barangnya. Changbin menghela napas lega sembari mengusap peluhnya yang mengalir cukup deras di pelipis kepalanya
Berbenah seperti ini juga memerlukan cukup banyak tenaga. Karena barang barang mereka lumayan banyak juga
*Kring kring*
Keduanya sontak menoleh kearah sumber suara. Ponsel Bangchan bergetar diatas meja tandanya ada panggilan masuk. Bangchan segera mengambil ponselnya dan berjalan keluar kamar
Fyi, Changbin dan Bangchan adalah teman satu kamar
"Ampun Bang Lino!! Gak sengaja tadi beneran. Sumpah demi anjing gue, beneran gak sengaja!" teriak Hyunjin dari luar kamar. Terdengar suara derap langkah kaki yang nyaring bersahutan membuat kebisingan di seisi rumah
"Anjir lu, Jin! Gue udah bela belain jadi sandaran bahu buat lu tidur, kenapa malah lu ilerin? Baju mahal gue bukan lap kotor ya njir!" teriak Lino tak kalah kerasnya. Mereka kini sedang bermain kejar kejaran di ruang tengah, tempat dimana mereka biasanya berkumpul bersama
"Yaudah deh Bang, ntar bajunya gue cuci. Santai Bang, jangan pukulin gue!" Hyunjin berusaha menenangkan Lino yang kelewat marah dengannya
Lino jika sudah mode maung sangat menyeramkan, bahkan Bangchan yang notabene nya member tertua yang paling ditakuti, kalah dengan kemarahan Lino
"Beneran ya, jangan bohong! Nanti dosa Tuhan marah," ucap Lino yang kini mulai tenang dan berhenti mengejar Hyunjin. Lino memilih duduk di sofa sembari menanti teman temannya untuk bersiap
Hyunjin dan Lino kini bisa bersantai karena mereka sudah mempersiapkan semuanya sejak lama. Jadi mereka hanya menatap santai teman temannya yang heboh membereskan barang
Di sisi lain, Jisung sedang duduk bersimpuh di dalam kamarnya. Ia menunduk menyembunyikan wajahnya dibalik tudung hoodie merah yang ia kenakan
Tangannya mengepal kuat, tubuhnya bergetar. Bahunya naik turun tidak karuan. Suara tangis terdengar...
"Hiks...hiks...."
Felix yang kebetulan melewati kamar Jisung mendadak bingung dengan tingkah Jisung yang seperti itu. Dengan rasa khawatir, Felix menghampiri Jisung dan berjongkok menyetarakan tinggi badannya dengan Jisung
"Lu kenapa? Lah kok nangis?" tanya Felix kebingungan. Selama ini Jisung tidak pernah menangis. Hm, ralat. Jisung pernah menangis ketika ia salah mengucapkan kalimat pada saat presentasi di kampusnya
Dan juga ketika ia hendak makan dan tak sengaja makanannya terjatuh, ia pun menangis. Memang hatinya terlalu hello kitty
"Gi..gimana ka..kalau ntar gue ka....kangen sama kamar i...ini?" tanya Jisung dengan suara terpotong potong akibat isak tangisnya. Felix menatap Jisung dengan aneh
"Yaelah, gini doang aja lu nangis. Dah, turun! Mereka udah nungguin kita dibawah," tutur Felix dan menarik Jisung dengan tidak sopannya. Lebih tepatnya menyeret Jisung untuk keluar dari kamar
"Sudah siap? Ayo kita berangkat!" ucap Bangchan memimpin di depan. Bangchan merasa memiliki tanggung jawab besar pada mereka. Karena ia yang tertua diantara lainnya, Bangchan harus bisa menjadi pemimpin sekaligus kakak yang baik untuk mereka
Mereka semua menyeret koper masing masing dan segera keluar dari rumah lamanya. Rumah yang tak terlalu besar itu kini harus mereka tinggalkan. Karena rumah itu akan dipergunakan untuk keperluan penting Mr.Bang alias ayahnya Bangchan
Dan Bangchan juga teman temannya itu dipindahkan di rumah yang lain, letaknya lebih jauh dari daerah kota. Bahkan rumah barunya nanti adalah area pedesaan
Setelah semua memasukkan barangnya di garasi, Bangchan yang mengambil alih untuk menyetir mobil. Dirasa semua sudah siap, Bangchan menyalakan mesin mobilnya
"Tunggu, Bang!" cegah Changbin dan membuat Bangchan menoleh kearahnya
"Kenapa, Bin?"
"Dua adik kita mana?" dan yang benar saja mereka melupakan Seungmin dan Jeongin
"Lah iya juga, dua bocah itu kemana dah?" ucap Hyunjin sembari menoleh ke arah belakang, yaitu tepatnya kearah rumah lamanya
"Itu mereka!" ucap Hyunjin lalu keluar dari mobil menghampiri Seungmin dan Jeongin yang masih berdiri diam di depan pintu utama rumah
"Woi bocah! Ngapain disana? Cepet masuk!" teriak Hyunjin namun keduanya tetap diam tak bergerak barang sedikitpun
Hyunjin yang melihat itu mengernyit bingung. Ia lambaikan tangan kanannya di depan wajah kedua adiknya itu
"Heh! Jangan ngelamun! Kerasukan ntar," ucap Hyunjin. Namun alangkah terkejutnya Hyunjin ketika jari telunjuk Seungmin tiba tiba mengarah ke suatu tempat. Seungmin tak berkata sepatah katapun, matanya menatap lurus kearah tunjukan tangannya itu
"A-apa sih? Jangan serem serem gini napa!" kekeh Hyunjin, walaupun sebenarnya Hyunjin juga merasa takut dengan perubahan sikap Seungmin tiba tiba
"Lihat disana, Bang!" ujar Jeongin tiba tiba
Dengan ragu, Hyunjin menolehkan kepalanya ke arah belakang, menampakkan mobil yang akan membawa mereka semua ke rumah baru itu
"Disana...siapa perempuan itu?" tanya Seungmin dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi
"Pe-perempuan?" bulu kuduk Hyunjin meremang. Perkataan Seungmin benar benar membuar Hyunjin tak bisa berkata apa apa lagi
Pasalnya....
"Seungmin, disana gak ada siapa siapa."
Cr: frdina_
______________________________________Jangan lupa vote dan komennya yah abis baca...
KAMU SEDANG MEMBACA
Knock Knock
Horror"Suara ketukan pintu itu selalu terdengar di jam 2 pagi." _________________________________________ (New story' nih,genre?horor dong cuy,hasil collab gw sma @frdina_) Happy reading:)