17. Siapa?

6.4K 931 262
                                    

Happy Reading
***

"Lah Ibu, emang kenapa kalo saya sudah menikah? Sekolah juga tidak melarang 'kan?"

Thea menatap guru BK dan Kepala Sekolah di depannya. Berita tentangnya kalau sudah menyebar ke seluruh sekolah.

"Tapi kamu masih di bawah umur? Kamu juga tidak memberi tahu sekolah kalau kamu menikah." ujar Pak Kepala Sekolah, sebut saja Pak Botak karena dia tidak memiliki rambut sama sekali di kepalanya.

"Kata siapa saya masih di bawah umur, Pak? Saya sudah memiliki KTP, saya juga udah puber." Thea membalas. Gadis itu tidak ada takut-takutnya sama sekali. "Saya juga sebenarnya sudah kasih tau sama Bu Kiran kalau saya izin mau menikah. Ibu gak kasih tau?"

Bu Kiran yang duduk di sebelahnya tersentak, dia melirik anak didiknya. "Maaf, s-saya lupa."

Thea mendengus pelan, "Saya tidak salah berarti."

"Lalu, kenapa kamu tidak undang kami?"

"Saya nikahnya di Korea, Pak. Bapak mau meluangkan waktu Bapak yang sangat padat itu? Karena saya baik, jadi saya tidak mengundang Bapak dan guru-guru lainnya."

"Beruntung kamu anak Pak Leon, kalau tidak sudah saya pecat kamu jadi murid saya."

"Astaga, Pak. Bapak itu kenapa jahat banget sama saya? Saya itu murid paling santuy loh, Bapak tega ngeluarin saya?"

"Ada saja jawaban kamu." Pak Botak mengeluarkan sebuah kertas. "Saya skor kamu tiga hari, kalau sudah kamu boleh menemui saya lagi. Sama orang tua kamu."

"Pak, Mama sama Papa lagi di luar kota. Sebulan lagi baru pulang."

"Ya terserah kamu mau bawa siapa lah, yang penting ada walinya."

Thea mengangguk, dia menerima amplop berwarna coklat dari Pak Botak. Gadis itu melirik Bu Kiran, "Bu maaf kalo saya tidak sopan, Ibu yang kasih tau Oliv kalau saya menikah? Dia gak bakalan tau kalau gak ada yang kasih tau. Ibu juga masih satu saudara sama Oliv kan? Keponakan Ibu kurang didikan ternyata."

Gadis itu beranjak lalu berjalan keluar ruang Kepala Sekolah. Dia berjalan menuju kelasnya yang tengah jam kosong karena seharusnya Bu Kiran yang mengajar. Tapi sepertinya Guru muda itu masih di sidang di ruang kepala sekolah.

"Wah..bawa duit nih? Bagi-bagi lah buat kita." suara Galang terdengar saat Thea baru saja masuk kedalam kelasnya. Suaranya terdengar meledek.

"Mau duit?" tanya Thea datar.

"Iya lah, ya kali gue gak butuh duit." jawab Galang santai.

"Gimana kalo kita ngepet aja? Gue yang jaga lilin, lo yang jadi babinya. Nanti lilinnya gue tiup biar lo di amuk warga."

"Ck! Sadis amat. Gini-gini gue masih berstatus temen lo, Ya."

"Tapi gimana dong, gue gak anggep lo temen."

"Jahat banget."

"Bodo amat."

Thea mengambil tas miliknya lalu menggendongnya. Gadis itu menatap Mars yang terus menatapnya.

BAD LUCK? (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang