where should we go?

23 5 0
                                    

Jef

Gue panik kalang kabut kala mendapati Ghea lagi meringkuk memeluk jaket yang entah punya siapa, di halte tua yang udah nggak beroperasi lagi.

"Ghe? Heh? Ada apa, lu kenapa?" adalah kata pertama yang terucap begitu gue turun dari mobil dan menghampiri dia. Ghea nggak membalas apa apa, angin berhembus makin kencang, sel sel otak gue mendesak meminta jawaban tentang situasi ini, tapi si pemilik jawaban keliatan nggak berminat melontarkan apapun.

"kita masuk ke mobil dulu ya? Yuk?"

Ghe berdiri kemudian mengeratkan jaket dipelukannya. Gue Cuma bisa berjalan dibelakang dia, karena ya. as long as you know. Jef itu cupu.

Mobil gue berjalan menembus macet ibu kota, melewati kereta waktu yang entah kenapa jadi berjalan sangat lambat, bising suara kendaraan yang masuk melalui celah jendela di sisi kiri Ghea bahkan nggak bisa membungkam pertanyaan yang kian lama kian meradang di otak. Gue nggak bisa kaya gini. Jef nggak bisa hidup dalam jutaan pertanyaan.

Gue harus bahas ini.

"Ghe"

Gue melirik sedikit. Si pemilik nama melirik sebentar sebelum akhirnya menutup kaca mobil.

Eh, nggak gitu maksud gue.

"Buka aja gapapa Ghe"

"Nggak kok, emang mau gue tutup" ujarnya. Kedua tangannya menyilang di depan badan, mengelus lembut jaket yang dari awal udah bersandar dibahunya, Dingin

"Ghe"

"Ghe"

"Ghe"

Gue meilirik sekilas kala menemukan dia lagi terkekeh kecil memandang gue. Lah?

"Apa si jef"

"Tadi kenapaaa? Hm?" Tanya gue mencoba mengubah intonasi supaya dia nggak mendadak sedih lagi. Jujur pada titik ini gue rada geli sih sama diri sendiri kenapa nggak bisa biasa aja.

Ghea membuang pandangannya keluar , sebelum akhirnya dia cerita panjang lebar. Ya, she did it. Dia cerita kalau pacarnya selingkuh, tapi dia nggak bisa minta putus, dia nggak mau putus. Dan pacarnya juga nggak mau putus. Tadi mereka berantem, perihal mau dibawa kemana hubungan ini. Everything was too complicated, bahkan gue yang mendengar aja pusing sama hubungan dia.

"Kenapa dia nggak mau mutusin lo? Dia egois dong namanya? Kenapa lo nggak mau putus, padahal lo tau betul dia udah selingkuh, selingkuh ghe. Gue aja tau kalo selingkuh itu hal yang paling fatal dalam hubungan. Gue yakin lo pasti tahu dan paham betul kalo begini keadannya lo bukan lagi prioritas dia"

"Gue tahu jef, damn it. Tapi gue nggak bisa. Gue udah terlalu tergantung sama dia. Gue sayang banget sama dia, gue nggak tahu apakah akan ada orang lain yang bisa gantiin dia atau enggak kalau seandainya gue lepasin dia. He is different. Gue nyaman banget sama dia, gue mau dia"

"so, what did he said when you say that you already know the truth is"

"Dia bilang dia nggak akan minta putus duluan. Karena dia tau kalau dia salah, and he wont make me more hurt. Dia bilang, tugas dia udah selesai buat nemenin gue. Jujur, dia ada saat gue lagi kebentur sama dunia, nggak bisa bangkit sendiri. And he there, had an arms. Sekarang gue udah membaik, I hold my own happiness. Walaupun nggak setiap hari, tapi at least Im not craving for happiness again. Gue bisa sendiri tanpa dia. Dan blah blah blah, lainnya yang jujur malah bikin gue makin sakit hati. Dia bilang dia bakal stay"

"Because?"

"Ya karena dia dari awal ternyata ada karena dia fikir dia resphonsible atas gue. Dia fikir dia bertanggung jawab nemenin gue nyelesaiin semuanya. Padahal nggak itu yang gue mau. Bukan jawaban itu yang gue harapkan dari dia"

"Jadi jawaban apa yang lo harapin?" Tanya gue diujung persimpangan jalan.

Hening, nggak ada jawaban. Gue melirik ke arah dimana dia duduk memastikan apakah perempuan ini nggak tiba tiba tertidur atau apa, kan bisa aja?.

"Lo nggak tau jawabannya?"

Jef diem nggak lu

Kalimat di otak gue membungkam mulut gue sendiri. Kayaknya gue udah terlalu banyak nanya.

Malem yang sangat larut membuat Lalu lalang kendaraan nggak seramai seharusnya, ya walaupun masih ramai.

jujur gue nggak tahu harus membawa perempuan yang lagi patah hati kemana, cause i don't have a lot of girl friend.. i never really be 'one call away' for someone, it's been so long too since i had a girlfriend, and if i have, gue nggak mungkin ngehibur dia yang lagi patah hati juga cause might be the reason why her heart is broken is me?? right??.

i don't know, i have no idea, man. she seems so broke dan cuma jadi penonton membuat gue amat sangat terlihat kacau sebagai human being.. nggak bisa membantu apapun, even comforting word wouldn't came out from my mouth.

"Ekhm" gue berdeham pelan kala kala saat gue mulai berbicara tenggorokan gue serak "kita.. mau kemana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About 2:00 AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang