6

87 19 50
                                    

Ini akan menjadi hari kedua bagi Aidelle menghabiskan harinya sendirian. Setelah malam di Paralayang, Hazel tidak menampakkan batang hidungnya lagi. Aidelle bahkan tidak menghubungi laki-laki itu karena selain ia tidak menyimpan kontaknya, Aidelle juga merasa bahwa Hazel masih perlu waktu untuk menenangkan dirinya sendiri.

Namun, perasaan bersalah masih menggelayuti Aidelle, bahkan ketika ia bersiap tidur semalam.

"Duh, apa gue salah ngomong ya? Gue tega banget apa kemarin ngomong ke Hazel? Jadi gak enak deh gue, apa dia marah ya sama gue? Ck, elo sih, Del, baru juga punya temen baru yang seru, eh malah sok-sokan lo nasihatin. Emang lo paling bener jadi listener sejati aja, gak perlulah sok-sok nasihatin orang seolah-olah hidup lo udah paling lurus." omel Aidelle pada dirinya sendiri sambil becermin. Gadis itu membuang napasnya kasar.

Sejujurnya, saat kemarin ia terpaksa pergi sendirian untuk melanjutkan rencana liburannya, Aidelle merasa kesepian. Mungkin selama menghabiskan waktu dengan Hazel yang tidak pernah kehabisan bahan obrolan, ia jadi terbiasa dengan kehadiran laki-laki itu.

"Kok gue kayak kangen? Eh gak, gak mungkin. Ini tuh bukan kangen, tapi jadi sepi aja, ya kan? Gak mungkinlah, Del. Masa baru beberapa hari pergi bareng, kayak berasa udah deket setahun. Udah ah mending sarapan aja, udah gila nih gue pasti."

Seusainya ia mengomeli diri sendiri di depan cermin, Aidelle segera membereskan barang bawaannya dan mengenakan tas ranselnya. Ia menarik napas dalam kemudian membuka pintu kamarnya dengan cepat, dan saat itu pula ia mendapati seseorang tengah berdiri di hadapannya menyebabkan ia terkejut setengah mati.

"Ha-Hazel?!" pekik gadis itu.

Laki-laki itu sudah berdiri dengan tas ransel, kaos yang di padankan dengan kemeja tipis serta celana pendek, juga sepatu casualnya dan tak lupa topi yang selalu dipakai oleh laki-laki itu selama menghabiskan waktu dengan Aidelle. Hazel tersenyum tipis dengan wajah yang sedikit lebih cerah dan bahagia dari biasanya.

"Hai! Jalan-jalan yuk?" ucapnya. Aidelle yang masih terkejut dengan kemunculan Hazel tetap diam di tempatnya sampai akhirnya laki-laki itu menarik tangan Aidelle agar segera keluar dari kamarnya.

Aidelle menarik lengan yang di genggam oleh lelaki itu dengan raut heran tercetak jelas di wajahnya.

"Lo udah gak marah sama gue?" tanyanya hati-hati.

"Gue gak marah sama lo kok, Del." jawab lelaki itu ringan, menatap lekat wajah gadis di sampingnya.

"Tapi kan kemarin lo gak muncul, gue kira lo marah sama gue."

Hazel terkekeh sambil mengusak puncak kepala Aidelle dengan gemas. Aidelle dengan segala kepanikan tidak berdasarnya selalu berhasil menghibur Hazel sejak pertama mereka bertemu.

"Siapa yang marah sih? Suka suudzon lo mah,"

"Lah terus kemarin kenapa lo gak muncul?" cecar Aidelle yang sekarang tengah mengikuti langkah Hazel ke arah lift.

"Recharge energy, Del. Lumayan menguras energi ya abis brainstorming hidup sama lo," ujarnya yang dilanjutkan kekehan ketika dilihatnya Aidelle masih memandangi dirinya dengan kerutan pada keningnya.

Gadis itu masih belum dapat mencerna omongan Hazel barusan, apalagi setelah lelaki itu mengusak puncak kepalanya menyebabkan ia menjadi salah tingkah sendiri.

"Gue gak apa-apa kok, gak usah merasa bersalah gitu ah." tukas Hazel dengan nada jenaka.

Ucapan Aidelle malam itu benar-benar membuat Hazel berpikir tentang hubungan yang selama ini ia jalani dengan Talulla. Mungkin benar, walaupun ia memberitahu semua orang bahwa ia tulus dan ikhlas menjalani hubungannya dengan Talulla, sebenarnya ia ingin bahwa semua perlakuannya dibalas setimpal oleh Talulla.

The Unexpectedly Expected [Baekrene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang