10

83 17 9
                                    

"Ah, ketemu juga akhirnya. Apa kabar?"

Kalimat itu terus terngiang bahkan ketika sekarang Aidelle sudah bersiap untuk tidur. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi, namun kedua matanya belum bisa tertutup akibat otaknya yang terus mengulang kalimat sederhana yang berefek fatal bagi dirinya.

Ezra Allens.

Laki-laki yang pernah mengisi hari-harinya beberapa tahun silam.

Laki-laki yang pernah membuat dirinya begitu ceria kemudian membuat dirinya begitu terluka.

Laki-laki yang pernah menjadi kenyataan terindah sekaligus mimpi terburuk setelahnya.

Aidelle mengusap wajahnya kasar. Ia merasa gelisah dan juga ketakutan. Ketika Ezra akhirnya pergi dari hadapannya karena seseorang yang Aidelle yakini sebagai rekan kerjanya memanggil, gadis itu tidak dapat menikmati makanannya sama sekali.

Bahkan ketika Hazel mengajaknya untuk menikmati secangkir kopi sembari menunggu sampai jalanan sedikit lowong, Aidelle menolak dengan alasan yang terkesan tidak bijaksana.

"Sorry Zel. Gue langsung balik aja, mau rebahan,"

Walaupun Aidelle yakin Hazel tidak masalah dengan alasan yang ia lontarkan, namun ia merasa malu sendiri karena alasannya yang tidak cukup keren untuk wanita dewasa seperti dirinya.

Aidelle kembali membuka handphone-nya. Menelusuri room chat antara dirinya dengan Gani. Terpekur selama beberapa saat sampai akhirnya ia kembali mengunci handphone-nya dan melemparkan benda panjang itu ke sebelahnya.

"Damn! I thought I'm already fine," pikirnya kesal.

Aidelle kembali meraih handphone-nya lalu memutuskan untuk membuka sebuah proposal berisi pekerjaan yang tadi siang sempat membuatnya ngantuk.

Gadis itu berharap, efek mengantuk yang ia rasakan tadi siang, dapat ia rasakan kembali sekarang. Baru semenit gadis itu membaca dokumen, matanya terasa berat dan akhirnya menutup ketika ia baru saja membaca kalimat pertama.

-----------

"Gue kemarin ketemu sama Aidelle, Gan. Lo berdua masih diem-dieman sampe sekarang?"

Sabtu pagi, Hazel dan Gani bersepeda bersama menyusuri kota. Setelah mengayuh sepeda cukup jauh, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk beristirahat di sebuah kedai kopi yang lengang oleh pengunjung. Sambil menghisap rokok, Gani hanya mengangguk malas menjawab pertanyaan Hazel.

Hazel yang baru saja menyalakan rokoknya, kembali menyenderkan punggung ke sandaran bangku dengan alis mengkerut. Tidak menyangka bahwa kedua orang yang ia kenal ini ternyata cukup kekanakan karena masih belum bertegur sapa hampir seminggu ini.

"Kenapa?" Tanya Hazel keheranan.

"Gak tau. Gue bingung gimana ngomongnya sama Aidelle,"

"Telfon doi buat minta maaf?"

Gani menatap Hazel datar kemudian lelaki itu menggeleng pelan.

"It's really complicated, Zel. You wouldn't understand,"

Hazel akhirnya menghela napas setelah mendengar jawaban Gani. Ia cukup tahu diri. Walaupun ia mengenal keduanya, namun Gani dan Aidelle memiliki cerita dan rahasia di antara mereka sendiri dan Hazel tahu batasan.

"Gue gak akan ikut campur masalah lo berdua. But I guess you should know this. Kemarin, pas gue lunch bareng, ada cowok yang nyapa Aidelle. Gue gak tahu cowok ini siapa, tapi gue merasa gak asing sama dia," Hazel berbicara sambil menatap Gani yang masih sibuk dengan rokoknya.

The Unexpectedly Expected [Baekrene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang