"Terkadang aku sedih ketika ada orang yang menceritakan kebahagiaan suasana keluarganya. Mungkin aku iri."
🌻🌻🌻🌻
Sepulang sekolah Amel tidak langsung pulang kerumahnya. Dia harus mencari pekerjaan untuk kehidupan karena Ayahnya pasti tidak akan memberinya uang untuk sehari-hari janganku untuk belanja biaya sekolah saja dia harus membayarnya sendiri.
Pagi menjelang siang. Siang menjelang sore. Sore menjalan malam. Malam menjelang pagi. Begitulah roda kehidupan berputar. Di sore hari Amel berjalan menyusuri toko dan cafe semoga bisa mendapatkan pekerjaan tapi tak ada satupun yang mau menerima Amel karena masih bersekolah walaupun sudah menjelaskan bahwa bisa membagi waktu untuk sekolah dan bekerja.
Amel tidak menyerah jika hari ini tidak dapat mungkin besok atau lusa ada yang mau menerimanya. Angin sore yang menerpa wajah cantik membuatnya nyaman. Setelah berjam-jam berjalan akhirnya sampailah di sebuah rumah yang besar bergaya Eropa yaitu rumah keluarga Ragil.
"Pak, buka pagarnya" teriak Amel ke satpam yang sedang berjaga.
"Iye non sebentar" satpam yang berjalan ke arah pagar, setelah pagar terbuka Amel langsung masuk tapi saat sampai di depan pintu dia melihat ada mobil ayahnya yang artinya sudah pulang. Saat membuka pintu suara tegas seseorang langsung menghentikannya.
"Dari mana kamu. Jam segini baru pulang." Tanyanya
"Aku dari sekolah Ayah." jawab Amel
"Dari sekolah jangan alasan kamu mana mungkin ada sekolah yang pulang sampai sore seperti ini. Kamu mau bohongin saya iya!?." Yah yang bersuara tadi adalah Ayah Amel Dion saputra Ragil. Seorang yang terkenal di kalangan pebisnis.
"Be-ner yah aku da-ri se-ko-lah" ujar Amel gugup sambil menunduk tidak berani menatap Ayahnya.
"Sekarang ganti baju lalu makan dan jangan lupa bersih rumah ini. Mengerti kamu!?." tanpa mendengar jawaban dari Amel, Dion langsung pergi ke ruang bekerjannya.
Amel yang melihat ayahnya pergi hanya bisa pasrah setiap hari selalu saja seperti ini diperlakukan tidak layak tapi dia bersyukur setidaknya masih ada perhatian yang diberikan untuknya.
Ternyata masih ada sedikit perhatian dari ayah. batin Amel
Amel langsung kekamarnya. Setibanya di kamar dia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan bersiap ke dapur untuk makan sesuai perintah ayahnya. Setelah selesai makan dia langsung membersihkan rumah. Kalian pasti bertanya apakah tidak ada pembantu!? Jawabanya adalah ada bahkan sangat banyak tapi meskinpun begitu dia harus membantu para pembantu kata ayahnya"Mansion ini sangat besar jadi kamu harus membantu mereka dan ingat masih untung saya tidak mengusir kamu jika tidak mau tinggal di mana" seperti itu tutur ayahnya.
Sebenarnya Amel ingin menolak tapi benar juga kata ayahnya. Sudahlah terima saja, Amel membersihkan rumah menyapu, mengepel, mencuci piring dan masih banyak lagi. Semua pembantu ingin membantu Amel tapi jika mereka ketahuan oleh tuan mereka maka akan langsung di pecat.
Di dapur
"Apa yang lo buat!? " tanya seseorang yang mengagetkan Amel. Amel yang kaget langsung membalikan badanya melihat seseorang di ambang pintu dapur.
"Ehh! Amel sedang membersihkan dapur. Ada apa?" tanya Amel melihat seseorang tersebut berjalan menuju kulkas yang berada di dekat Amel.
"Gue mau ambil minuman. Lo jaga kesehatan jangan terlalu capek nanti nyusahi lagi." Ujarnya langsung pergi menuju ruang tamu, mungkin terkesan tajam namun tersirat kata yang membuat Amel tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Teen FictionSeorang gadis berjalan dengan tatapan kosong dan air mata yang terus mengalir dari mata indahnya. Mengingat kejadian di mana dirinya diusir oleh keluarga sendiri. Dirinya ditampar, dihina, dituduh, diperlakukan tidak layak, bahkan dianggap sebagai p...