0.5

8.9K 1.2K 60
                                    

❝Hidup bukan hanya perihal tentang cinta dan uang, tetapi bagaimana cara untuk bertahan hidup disekeliling orang yang mencoba mengabaikanmu❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Hidup bukan hanya perihal tentang cinta dan uang, tetapi bagaimana cara untuk bertahan hidup disekeliling orang yang mencoba mengabaikanmu❞

▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒

Aku berjalan ke rumah Ibu Cha dengan earphone di telingaku. Aku Mencoba untuk mengabaikan ekspresi jijik yang dilemparkan oleh Ibu Cha saat aku mendekat ke arahnya.

"Apa ini? Kau habis di tabrak atau apa sampai pipimu lebam?" Ibu Cha merampas kantong plastik yang kupegang kemudian pergi meninggalkanku.

Aku menghela napas lalu masuk ke dalam kamarku dengan nyeri di perut. Membersihkan diri; lalu mengenakan baju lengan panjang, seperti biasanya untuk menyembunyikan luka di lenganku.

Aku kemudian pergi keluar untuk berjalan-jalan sebentar dengan memakai earphone dan berusaha untuk tidak mendengar kebisingan dunia yang kejam ini.

Ting!

O8xxxxxxxxx

Temui gua di tepi laut.

Aku meneguk ludah kasar. Siapa ini? Apa ini Haechan? Astaga.. Apa lagi kali ini yang ingin dia lakukan. Apa menganiayaku tadi pagi tidak cukup? Dan sialnya kenapa Haechan juga bisa berada di Busan?

Aku berjalan sesuai tempat yang Haechan perintah. Langkah demi langkah kecemasanku semakin meningkat.

Aku tahu bahwa diriku tak seharusnya mengikuti ajakan Haechan untuk bertemu, Tapi sayangnya jika tidak kuturuti itu akan jauh lebih rumit nantinya.

Haechan itu kaya dan untuk membuatku untuk semakin sengsara sangatlah mudah baginya apalagi menyingkirkanku yang tidak mempunyai apa-apa.

Aku sudah sampai di tepi laut dan kembali mengecek ponselku. Tanpa aku sadari aku sudah mendapatkan notif dari nomor yang sama.

O8xxxxxxxxx

Tunggu disana. Jangan kabur
kalo lo kabur liat aja nanti.

"Sejauh apapun aku ngejauh darinya, kenapa Haechan selalu bisa nemuin aku?"

Aku mematikan ponselku lalu duduk di pasir laut yang dingin; menikmati angin semilir malam mengenai pori-pori wajahku.

Menikmati angin semilir seperti ini rasanya ingin sekali diriku tak terlihat dan menghilang.

Ketika aku melihat bayang-bayang muncul di depanku, aku mencabut earphone dan berdiri; berbalik secara perlahan-lahan mencoba untuk menyiapkan fisikku.

Tanganku gemetar, berusaha sebaik mungkin untuk menutupi kecemasanku.

Haechan sudah datang tetapi dia hanya diam dengan topi hitam yang menutupi matanya. Aku berharap Haechan tidak menyakitiku kali ini.

"Sejauh apapun lo pergi dari gue, gue bakalan tetep nemuin lo." tatapannya semakin tajam, tangannya mulai terulur ingin menyentuh suraiku.

"Tolong jangan sakiti aku.."

Di seperkian detiknya Haechan tertawa lalu kembali memukulku. Dan aku tak tahu mengapa satu pukulannya kali ini membuatku tak berdaya.

Baiklah, aku rasa aku akan tidur di sini.

🌼🌻🌼

"Udah bangun! Gimana? Apa ada yang sakit?" Seorang pria jangkung bertanya padaku. Sorot matanya menampakkan kalau dia agak khawatir.

"Aku baik-baik aja. Makasih udah nanya," Kemudian diriku baru tersadar kalau aku sedang berbaring di atas kasur yang sangat asing bagiku.

"Aku tahu apa yang kamu pikirin. Enggak, aku bukan orang jahat," Ia mengulurkan tangannya. "Sungchan"

Aku menerima uluran tangannya, "Aku Hara," Aku mencoba tersenyum tapi pipiku sangat sakit, kurasa pipiku memiliki memar yang cukup parah.

Pria yang bernama Sungchan itu tersenyum. Tiba-tiba aku tersadar bahwa langit terlihat cerah yang menunjukkan Siang telah datang menyapa, dan aku harus pergi bekerja part time.

"Aku harus perㅡakh!"

Sungchan tampaknya mendengar rintihanku dan kembali membaringkanku lagi. "lebih baik kamu istirahat dulu sebentar, kalo udah agak baikan aku bakalan nganter kamu pulang. Aku janji"

"Siapa yang bawa aku ke sini?" Tanyaku bingung.

"Aku. Soalnya semalem aku liat kamu tidur di pinggir laut. Aku takut kamu kenapa-napa soalnya pipi kamu ada bekas lebam mangkanya aku bawa ke hotel tempat aku nginap"

Lagi-lagi aku berterima kasih padanya. Kemudian ponselnya berdering buru-buru, ia mengangkatnya. Setelah sambungannya terputus ia kembali mendekatiku.

"Maaf Hara, Aku harus pergi buat ngurus surat pindahan. Kamu boleh nunggu aku di sini kalo kamu mau," kemudian ia berlari dan pergi dari kamar ini.

To be contuned..

bully, lee haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang