Acceptance

12.3K 959 97
                                    

Ragu. 

Namun kali ini Taehyung membiarkan langkah membawanya pergi. Setiba di bar tempat pertama kali bertemu dengan Jeongguk, Diedarkannya pandangan ke setiap sudut ruangan tapi sosok yang dicari tidak ada di sana.

Pikiran bodoh, bukan?

Untuk sejenak, Taehyung memejamkan mata seraya mengatur nafas yang tidak beraturan karena habis berlari. Bodoh sekali berlari ke tempat ini. Namun tepat saat itu, ia merasa dekapan seseorang dari belakang.

Taehyung hafal, betul-betul hafal dengan bau parfume ini. "Jeon."

"Kau merindukanku?"

Tidak ada jawaban.

"Jangan menghindar lagi, Tae. Aku mengerti dirimu. Aku dapat melihat kau yang ingin dicintai." Bisik Jeongguk dengan suara rendah.

"Hentikan, Jeon. Jangan bersikap seolah kau tahu dan memahami diriku." Kembali mengelak. Taehyung hendak melepas rengkuhan lengan Jeongguk, namun tak berhasil.

"Menyiksa diripun ada batasannya, Tae."

"Aku--" Taehyung tercekat.

Lama. Mereka berdiri diam dalam keadaan seperti itu.

Beberapa saat kemudian, Jeongguk membalik tubuh Taehyung agar menghadapnya, "Being selfish isn't always a bad thing. It's okay to think only about your happiness."

Masih tidak mengeluarkan kata. Taehyung memalingkan wajah ke arah lain, tidak ingin bersitatap dengan onyx Jeongguk. Jujur, dirinya tak mampu merangkai kata karena tenggorokan serasa berat. Mata yang mengembun membuat pandangannya memburam. Ia pun menggigit sedikit bibir bawah untuk menahan tangis agar tak tumpah.

"It was difficult, right? When you were not who you are."

Pertahanannya runtuh. Untuk kali pertama dalam hidupnya, tangisan Taehyung keluar di depan orang lain, dan itu Jeongguk.

"Jangan menahannya lagi." Jeongguk menarik kepala Taehyung, sehingga pria itu menangis tersedu di dalam dekapannya.

" Jeongguk menarik kepala Taehyung, sehingga pria itu menangis tersedu di dalam dekapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benar.

Dirinya.

Dirinya hanya bermain peran.

Selama ini, Taehyung memakai topeng kebohongan tak kasat mata untuk menutupi sisi lain dirinya, orientasinya. Kebohongan yang terlihat jujur. Kebohongan yang memberi ketenangan semu, namun membuahkan sebuah kegelisahan nyata.

Taehyung takut. Ia terlalu takut untuk mengungkapkan. Ia takut akan menghancurkan martabat dan kehormatan keluarga besarnya. Sebagai seorang anak, dia harus menjaga nama baik keluarga, kan?

Tapi, Taehyung memang tak bisa memilih. Ia tak bisa memilih untuk mencintai wanita. Walaupun ia telah mencoba, ia tetap tak bisa. Rasa itu tak bisa tumbuh, ia lebih suka didominasi oleh sosok tegas bergender sama.

Dirinya memang jahat, kan? Jennie adalah sosok wanita yang sangat baik dan berhati lembut, namun dengan tega ia berbohong pada wanita cantik itu. Cinta? Bukan cinta sebagai pasangan yang ia rasakan. Taehyung hanya menganggap Jennie sebagai adik sendiri, tak lebih.

Dan bohong jika dirinya tidak tertarik dengan Jeongguk. Sungguh ia tak pernah melupakan sosok itu setelah kali pertama mereka bertemu. Namun lagi-lagi dirinya yang pengecut memilih untuk melupakan dan pergi.

Bahkan saat mereka bertemu kembali, Taehyung memilih mengelak. Ia mencintai sosok itu, namun ia juga mencintai keluarga besarnya. Sekali lagi, ia harus menjaga nama baik keluarganya, bukan?

Tangan hangat Jeongguk mengusap punggung Taehyung yang menangis kencang, "It's okay, Tae. I'm with you."

Taehyung meremat erat kemeja Jeongguk. Kenapa dunia ini dipenuhi aturan? Kenapa harus ada batasan? Kenapa harus dikelompokkan?

Beberapa lama kemudian, tangisan Taehyung mulai melemah. Jeongguk mendongakkan wajah memerah dan basah itu, menatap hangat. Ibu jarinya mengusap air mata yang membuatnya ikut sesak.

Netra keduanya saling terkunci cukup lama, dan perlahan Jeongguk mengikis jarak diantara bibir mereka hingga menempelkan sempurna.

Tak ada lumatan.

Mereka saling memejamkan mata, menyalurkan perasaan masing-masing dan waktu seolah berhenti berputar.

.

.

.

Sesampai di kamar hotel, Jeongguk menyelimuti Tahyung yang tengah berbaring di atas kasur. "Tidurlah, Tae."

"Jangan pergi." Taehyung meremat lengan Jeongguk.

"Aku tidak kemanapun."

Taehyung memeluk lengan Jeongguk, tak ingin melepaskannya. "Jangan pergi lagi."

Ungkapan itu membuat Jeongguk tersenyum lembut menenangkan, "Aku selalu disampingmu, Tae."

Ucapnya disusul mendekap tubuh Taehyung dan mengelus surai hitam dengan sayang.

"Tidurlah." Sambungnya lagi.

Taehyung tiba-tiba saat membuka kelopak matanya yang telah tertutup, "Aku mencintaimu, Jk."

"Aku juga mencintaimu." Netra mereka bersitatap dengan pandangan memuja, tak ada nafsu di dalamnya. 

Chu~

Sebuah senyuman tulus terukir indah di bibir Taehyung setelah mengecup bibir Jeongguk tanpa permisi. Tadi adalah ungkapan cinta yang pertama kali ia tujukan pada seseorang.

Ini bukan ilusi semata, kan?

.

.

TBC

.

Gemes lagi kan, uwu. Tapi netizen jeli sekali, sampai notice cemiti di celana.😅 

😅 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Let Me In ╬ KOOKV [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang