1

1.9K 152 1
                                    

tubuhnya membeku saat mendengar kalimat yang dikeluarkan oleh sang dokter,bagaikan bom atom yang siap menghacurkan hidupnya berkeping keping, ah ia lupa jika hidupnya memang sudah hancur, ia yakin jika peyakit ini adalah faktor pendukung lainnya yang akan menghancurkan hidupnya sampai tak tersisa

senyum miris tercetak jelas diwajah pucatnya

"kalau begitu terimakasih dok"

lelaki berkulit tan itu membungkuk singkat dan berjalan keluar meninggalkan sang dokter yang menatapnya sedih

lelaki berjas putih itu bisa ikut merasakan kesedihan dari sang pasien yang baru saja ia periksa. kanker darah atau leukimia bukanlah penyakit yang bisa disepelekan bukan?

disisi lain pemuda berkulit tan itu berjalan gontai kearah mobilnya yang terparkir rapih diparkiran rumah sakit

wajahnya mendongak saat merasa tetesan air jatuh dari langit

"hujan" gumamnya lalu segera masuk kedalam mobilnya

didalam mobil ia tak langsung menjalankan mobilnya, melainkan diam merenung sambil menatap butiran air yang jatuh membasahi bumi

pikirannya berkecamuk, berbagai hal-hal buruk terbayang diotaknya membuatnya semakin takut. ia membayangkan segala kemungkinan buruk yang bisa saja menghampirinya

bunyi notifikasi telponnya memecahkan segala lamunannya, ia melirik ponselnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan

Markeu

kau dimana??

Haechan menghela nafas, jarinya yang bergerak untuk mengetik berhenti ketika panggilan suara masuk

"Halo"

"Halo, kau dimana Chan?" tanya Mark dari sebrang sana

"aku hanya sedang berjalan-jalan hyung, kenapa?"

"tak apa, aku hanya bertanya"

Haechan mengerutkan dahinya dalam saat mendengar suara perempuan diujung sana yang memanggil kekasihnya dengan nada manja

"kau dimana hyung?" tanya Haechan

"aku? aku...aku sedang berada di rumah" 

senyum miris kembali terbentuk diwajahnya, lagi lagi kekasihnya berbohong

"kau bermain lagi?" tanya Haechan sambil menatap lurus kedepan

"tidak. sudah dulu ya" jawab Mark sebelum memutus panggilan sepihak

setelah menyimpan ponselnya Haechan segera melajukan mobilnya membelah jalanan yang basah karena hujan yang mengguyurnya

.

.

.

.

Haechan menatap rumah besarnya dari dalam mobil. orang-orang mengira kehidupan dibalik rumah ini sama indahnya dengan desainnya, namun mereka semua sudah tertipu. ia lebih merasa seperti tinggal di dalam neraka


dengan berat hati lelaki gembul itu berjalanan memasuki rumah tersebut, pemandangan pertama yang tersaji adalah sang ayah, Seo Johnny yang sedang duduk diam dengan mata terpejam di ruang tamunya. jangan lupakan beberapa minuman berakohol dan juga makanan ringan yang berserakkan diatas meja

ia membopong ayahnya yang sudah mabuk ke kamar orang tuanya. setelah berhasil merebahkan tubuh ayahnya Haechan berniat untuk pergi, namun ia mengurungkan niatnya saat ayahnya memegang pergelangan tangannya

"Ten" gumam Johnny

"Ten, jangan tinggal kan aku" racaunya lagi 

"ayah" panggil Haechan, ia menatap ayahnya dengan sedih. ayahnya menjadi seperti ini semenjak ibunya meninggal dunia, meminum minuman keras sampai mabuk, dan bersikap lebih kasar dan agresif

"dimana Ten? aku ingin bertemu dengannya" 

"ayah" 

"Ten" Johnny membuka kedua matanya dan menemukan Haechan yang tengah menatapnya

"kau bukan Ten. DIMANA DIA???!"

"ayah ini aku, Haechan"

"aku tak ingin bertemu denganmu, aku hanya ingin bertemu dengan Ten!" seru Johnny

karena teriakkan Johnny yang sangat kencang membuat beberapa pelayan menghampiri mereka dengan terburu-buru

"tuan muda, aku akan mengurus tuan Johnny disini. tuan bisa beristirahat diatas saja" usul salah satu pelayan

Haechan menatap ayahnya yang mulai mengamuk dengan tatapan sedih dan mata yang berkaca, tubuhnya berjengit kaget saat salah satu gelas kaca terlempar dan jatuh tepat di depannya 

ia memundurkan langkahnya dan berlari kedalam kamarnya dan menguncinya supaya setidaknya suara teriakan ayahnya itu tak terdengar lagi

Last Christmas (MARKHYUCK) //ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang