Dua bulan hari-hari ikman dihabiskan bersama misa. Hari ini mereka pergi jalan-jalan ke sebuah taman yang tidak jauh dari rumah misa.
“ikman, aku ga tau benar atau salah membiarkan rasa ini tumbuh dan menguasai diriku tapi…. “ baru saja misa ingin mengungkapkan rasa cinta nya kepada ikman, datanglah seorang wanita.
Dia senyum kearah ikman. Lesung di pipi nya makin menambah ke indahan senyumannya.
“hei! Maaf aku telat yah” kata wanita itu.
“ngga, santai aja. Oh iya, kenalin ini misa, misa kenalin ini Lara”kata ikman.
“hai misa, aku lara senang bisa ketemu kamu” kata lara.
“hai, aku misa” jawab misa.
“ra, ini misa. Aku kerja sama dia. Dan ini lara, pacar aku sa, kita sekampus” kata ikman.
Misa diam. Hatinya hancur seperti disayat pelan-pelan.
“ik, aku cape. Aku mau pulang” kata misa.“tapi sa, lara…” jawab ikman.
“aku mau pulang” kata misa.
“yaudah ik, aku gapapa kok. Biar aku temenin kalian juga yah” sahut lara.
“gausah” jawab misa.
“yaudah ra kamu langsung pulang aja yah, hati-hati” kata ikman.
Ikman mendorong kursi roda misa pelan-pelan sambil melihat ke belakang memastikan lara baik-baik saja. Ikman kesal dengan sikap misa yang cuek dan terlihat ga peduli dengan lara. Ikman memang tidak peka.
“ik, ayo buruan jalan” ucap misa.
“iya sa” sahut ikman.
Mereka berdua sampai di rumah misa. Sekarang jam 7 malam tapi tante aini belum juga pulang. Di rumah besar itu hanya ada misa dan ikman. Hening. Ikman terpaksa memulai pembicaraan.
“ngomong-ngomong pembantu disini pada kemana sa?” tanya ikman.
“pulang kampung” jawab misa singkat.
“sa, kok kamu cuek sih. Kamu kenapa si hari ini gitu banget?” tanya ikman.
“udah deh kamu ga akan ngerti” –misa.
“iya aku ga akan ngerti kalo kamu ga jelasin. Aku manusia biasa, ga akan tau apa-apa kalo ga di kasih tau” –ikman.
“kok kamu bentak aku sih?” –misa.
“aku ga bentak kamu, aku cuma heran ko bisa-bisanya kamu cuek sama lara tadi” –ikman.
“mending kamu pulang aja” kata misa.
“sa….” -ikman
“pulang” jawab misa pelan.
“aku ga bakal biarin kamu sendiri” kata ikman lembut.
“pulang… pulang !” bentak misa sambil menangis.
“oke, aku pulang, sorry ya sa” jawab ikman sambil melangkah menuju pintu keluar.
Ikman memang tidak peka. Bingung terhadap sikap misa yang mendadak berubah seratus delapan puluh derajat. Baru saja ikman menutup pintu, terdengar suara orang jatuh dari dalam rumah misa.
Gubraakkk
“misa… “ ikman langsung berlari kembali ke dalam rumah.
Ikman kaget melihat misa yang sudah terjatuh dari kursi roda dan tidak berdaya.