SIRAUT SIRAH [15] [END]

45 38 3
                                    

"Sejarah itu nyata"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sejarah itu nyata"

***

Seorang wanita paruh baya duduk di atas kuris rumah sakit. Wajahnya begitu frustasi. Menatap anak satu-satunya itu terbaring lemah di atas kasur. Seorang gadis datang dan duduk menenangkannya.

"Tenanglah Ibu, Richa pasti sadar," ucap gadis itu, Mega.

"Ini sudah hampir sebulan," keluh wanita itu, Wulan. "Entah apa yang terjadi dalam gudang tersebut saat Richa berada di sana," lanjutnya.

"Sampai sekarang itu masih diteliti polisi," jawab Mega.

Saat sedang berbicara mereka dikejutkan dengan sadarnya gadis yang terbaring di sana. Tangis haru terlihat jelas di wajah Wulan. Richa yang baru sadar melototkan matanya.

"Aku masih hidup!" ucap Richa dengan napas memburu. Kerongkongannya terasa begitu kering.

Saat Richa menoleh dia terkejut mendapati Mega berdiri di samping ibunya. Richa berusaha mencabut selang oksigen dari wajahnya dan memeriksa tubuhnya. Tak ada yang terluka kecuali perban di kepala dan di kaki.

"Aku di mana?" tanya Richa keheranan.

"Kau sudah koma selama hampir sebulan," ucap Mega kemudian memeluk tubuh sahabatnya itu.

"Tunggu," kata Richa lalu mencubit kulitnya untuk memastikan kalau sekarang dia tak bermimpi dan benar saja dia merasakan sakit.

"Apa yang terjadi denganku?" tanya Richa.

"Katanya kau izin mencari Bu Asti saat itu, karena kau tak kembali ketua kelas mencarimu dan mendapatimu di dalam gudang dengan keadaan pingsan," kelas Mega yang membuat Richa semakin bingung.

"Kematian itu hanya mimpi?" tanya Richa, lagi.

"Kau kenapa Nak," ucap Wulan sambil menyodorkan segelas air. Richa segra meminumnya dengan habis.

"Aku merasakan sakitnya, bagaimana mimpi terasa begitu nyata," kata Richa.

Richa bahkan tak mengingat kejadian di mana dia pingsan dan dibawa ke ruang sakit yang dia ingat dia terjatuh di gudang dan tersadar di dalam kelas. Jadi selama ini Richa mimpi di dalam mimpi. Mimpi yang begitu panjang dan mengerikan.

Richa menghela napas. Namun saat ingin bercerita, dokter datang bersama seornag suster. Dan dokter itu memiliki wajah yang sama seperti Rama dalam mimpinya. Tunggu dulu, Richa juga masih tak percaya kalau selama ini dia hanya bermimpi. Sungguh di alam mimpi dikhianati terasa begitu sakit apa lagi dalm kenyataan. Ada rasa syukur yang Richa ucapkan di dalam hati.

Wulan dan Mega menyingkir membiarkan dokter memeriksanya.

***

Beberapa menit berlalu, dokter itu sudah pergi. Sekarang Richa bercerita banyak tentang apa yang dialaminya dalam mimpi yang terasa begitu panjang. Richa hanya menceritakannya secara singkat.Wulan dan Mega begitu terkejut mendengar hal itu.

"Mengapa dalam mimpi aku digambarkan seseorang yang jahat," keluh Mega dengan wajah lucu yang dibuat-buat.

Richa benar-benar merasa aneh dengan semua ini. Tapi kenyataan memang berkata lain. Richa masih di sini dikelilingi orang yang mereka sayang.

"Tapi tunggu dulu buku Siraut Sirah itu memang ada," jelas Wulan. Wanita itu membuka laci yang berada di dekat ranjang Richa.

"Kata Adrian kau memeluk buku itu," ungkap Mega.

Dengan perasaan takut Richa memerhatikan buku itu. Benar, buku itu sama persis yang ada di mimpinya. Mulai dari warna dan tekstur permukaan sampulnya.

Wulan memberi buku itu ke tas pangkuan Richa yang sekarang sudah terduduk. Dengan sedikit gemetar Richa mengambil buku itu dan membukanya dengan mudah. Richa menghela napas karena buku itu tak memerlukan darah untuk membukanya sepeti di dalam mimpi. Richa masih merasa ngilu bagaimana dia mati di alam mimpinya. Tiu snagat mengerikan untuk dikenang.

Tertulis Siraut Sirah yang berarti Siraut adalah pisau kecil yang tajam dan Sirah mengartikan kata merah dan tanah kuburan baru.

"Itu adalah sejarah," ucap Wulan sambil iktu membuka lembar pertama,"Ibu pun pernah bermain juga," lanjutnya

Dengan senyum merekah Mega terlihat antusias.

"Bagaimana kalau kita bermain juga?" seru Mega membuat Richa berpikir sejenak lalu mengangguk.

Mimpi adalah mimpi dan Richa berharap mimpi itu tak terulang kembali. Wulan kemudian menyodorkan beberapa buah segar dan makanan ke arah Richa. Gadis itu baru tersadar kalau dia tenryata sangat lapar. Richa terlihat begitu antusias. Mimpi itu cukup dia yang merasakan.

Adrian mengintip dari pintu ruangan Richa dengan tersenyum. Senyum yang sulit diartikan.

"Permainan baru saja dimulai," gumam Adrian lalu berlalu.

~THE END~

Alhamdulillah sesuai deadline wkwkwk
Walau smepat ngedrama dengan drafku yang terhapus😌

Semoga kalian puas dnegan cerita ini. Kritik dan saran kalian aku tunggu


SIRAUT SIRAH [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang