Kita akan lenyap satu persatu?
***
Malam semakin larut, mereka tampak sangat lelah mecari Mega. Dia setiap bibir danau. Bahkan perahu yang mereka lihat tadi digunakannya untuk mencari Mega ke tengah danau. Richa merasa begitu terpuruk. Kejadian ini benar-benar tak terduga sama sekali. Tubuh Richa melemas membuat dia harus terduduk di atas tanah dalam keadaan basah. Matanya sedikit bengkak. Rasa dingin tak lagi dia pedulikan meski bibirnya beberapa kali bergetar. Semua pun ikut duduk di dekat Richa. Menatap danau itu dengan tanda tanya besar di kepala mereka.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Heru sambil memeluk tubuhnya. Heru adalah laki-laki yang rentan dengan penyakit sehingga dia sudah terbatuk beberapa kali karena terserang flu.
"Aku tidak mengerti permainan apa yang dikatakan Om Rama pada kita," jelas Richa menatap Heru dan Ratih secara bergantian.
"Di mana buku itu?" tanya Ratih sedangkan Adrian dan Toni hanya memerhatikan mereka.
"Aku tak tahu," jawab Richa dengan datar dan beberapa menit tersadar ponsel di dalam sakunya telah basah dan rusak.
"Bagaimana kau tak tahu! Kau yang memegang bukunya!" ucap Ratih sedikit menaikkan nada bicaranya.
"Hanya karena buku bodoh itu sekarang Mega telah hilang!" balas Richa membuat Toni maju untuk memutus tatapan tajam yang dilayangkan Ratih dan Richa, satu sama lain.
"Sudahlah! Buku itu ada bersamaku," ucap Toni membuat Richa menatap ke arahnya.
"Aku telah membuang buku itu bagaimana kau menemukannya?" tanya Richa yang membuat Ratih semakin kesal karena tingkah Richa itu.
"Aku menemukannya kembali di tengah danau bersama Adrian," jelas Toni.
"Bagaimana pun buku itu mempunyai jawaban, kita tak tahu Mega masih hidup atau pun tidak," sambung Adrian.
Mendengar itu membuat Richa menunduk dalam. Dia tahu betul kalau Mega tak tahu berenang. Richa berdoa semoga Mega masih hidup. Meski menatap kenyataan di mana mereka mencari Mega ke seluruh penjuru tapi tak ditemukan.
Suara burung hantu seakan bersahut-sahutan. Suatra itu menambah kesan menyeramkan pada hutan ini.
Srekk
Suara itu berhasil membuat mereka kembali menoleh ke arah belakang lalu menatap satu sama lain. Bagai Dejavu, takut terjadi sesuatu, mereka akhirnya berpegangan tangan dengan erat. Ratih dan Richa yang tadinya bertengkar kini terlihat menyalurkan rasa takut mereka melalui genggaman tangan mereka yang semakin lama semakin erat. Toni, Adrian, Ratih, Richa, dan Heru begitulah urutan mereka saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIRAUT SIRAH [REVISI]
Terror[Horor|Misteri] [Revisi] [Banyak Part tambahan] "Ketika kematian hanya sebuah permainan dan lelucon tampak mengerikan" Rasa penasaran mengantarkan ke enam remaja masuk ke dalam sebuah permainan. Tak disangka permainan itu membawa teka-teki menuju...