04

157 31 107
                                    

Masa lalu itu dijadikan pelajaran bukan kenangan.

****

Dalam setiap masa lalu itu pasti ada kejadian atau suatu hal yang sampai sekarang belum terselesaikan. Entah perihal luka atau suatu penjelasan yang menurut pihak lainnya belum jelas dan masuk akal. Dan itulah yang saat ini sedang di rasakan oleh Shinta.

Banyak cara yang telah dilakukan oleh Shinta agar bisa melupakan masalah yang ada di masa lalunya. Akan tetapi, usahanya itu sirna ketika ia bertemu dengan sosok yang pernah mengisi hatinya dulu, sebelum Shinta mengenal Ihsan.

Saat ini ia di bingung kan dengan sebuah pilihan yang tak ingin ia pilih di antaranya: haruskah jujur dengan Ihsan jika sampai saat ini, ia belum sepenuhnya lupa dengan masa lalu karena suatu hal yang belum sempat terselesaikan. Atau harus berbohong kepadanya dan berpura-pura tidak pernah ada suatu hal yang ia tutupi dari Ihsan. Namun, di sisi lain juga ia sudah berjanji bahwa di hubungannya bersama Ihsan akan terus dilandasi dengan kejujuran.

Seorang diri di dalam kelas yang sibuk dengan isi pikirannya sendiri, membuatnya tidak menyadari keberadaan ketiga sahabatnya yang sedari tadi memperhatikan Shinta yang sedang melamun dengan menopang pipinya dengan satu tangan di atas meja.

Ketiga sahabatnya itu saling beradu pandang satu sama lain, seperti saling mengerti isi pikirannya masing-masing.

Alfi menoleh ke arah Novi yang duduk di sebelah Shinta, ia memberikan kode dengan menunjuk Shinta menggunakan dagunya seolah bertanya 'Shinta kenapa?'. Novi mengangkat bahunya acuh.

"Ta," panggil Novi, namun Shinta sama sekali tak berkutik.

"Shinta." Alfi pun ikut memanggil sahabatnya, tapi hasilnya tetap sama. Shinta tidak menghiraukan panggilannya.

"Shinta." Amel menjentikkan jarinya di depan wajah Shinta dan seketika itu Shinta tersadar dari lamunannya.

"Ck! Kenapa sih kalian," ketus Shinta.

"Lah, harusnya kita yang tanya. Lo kenapa ngelamun mulu dari tadi," balas Alfi.

"Iya, kamu kenapa, Shin?" tanya Novi.

Shinta memandangi sahabatnya satu per satu. Sebenarnya ia ragu jika harus menceritakan ini kepada mereka, tapi jika ia pendam sendirian pasti masalahnya akan semakin panjang.

"Apa gue harus cerita ke mereka ya?" tanya Shinta pada dirinya sendiri.

"Ya ngelamun lagi nih anak," ujar Amel menggelengkan kepalanya.

"Ta." Novi menggoyangkan tubuh Shinta.

"Iya, ada apa?"

"Kamu lagi ada masalah ya?" Mereka semua tau jika Shinta saat ini sedang dilanda masalah, tapi ia enggan bercerita kepadanya.

Shinta adalah sosok sahabat yang suka memendam masalahnya sendiri, menyelesaikan masalahnya sendiri, tak mau orang lain membantunya atau mengetahui masalah yang sedang terjadi pada dirinya. Sama halnya dengan Novi. Mereka berdua adalah dua orang yang sama-sama suka memendam masalahnya sendiri.

"Gue tau Lo lagi ada problem, kan? tebak Amel.

Kali ini Shinta tak bisa lagi untuk menutupi masalahnya. Karena memang benar kata orang, bahwa perasaan sahabat akan selalu peka terhadap sahabatnya. Shinta beruntung memiliki sahabat seperti mereka.

"Jadi tuh ceritanya gini ...." Shinta menceritakan kejadian yang ia lihat di restoran kemarin ketika ia jalan bersama Ihsan di mall Royal Plaza, Surabaya.

Mereka bertiga dengan saksama mendengarkan cerita dari Shinta. Betapa terkejutnya mereka ketika apa yang di ceritakannya. Ini sungguh di luar dugaan.

Aku, Kamu dan Luka [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang