Maafkan aku. Karena aku melakukan ini, dan jujur saja aku tidak pernah berniat untuk membohongi ataupun menyakitimu.
****
Berbohong adalah suatu kesalahan dalam hubungan. Sebenarnya, ia juga tidak ingin seperti ini. Tapi, hatinya berkata lain. Sedangkan logikanya berkata jika ia masih sayang dia.
Kalian tau nggak, jika kebanyakan cowok itu selalu mengikuti logikanya bukan hatinya. Tapi, Ihsan adalah cowok yang lain dari yang lain. Ia lebih memakai kata hatinya daripada logikanya.
Seperti sekarang ini. Logikanya berbicara jika ia masih sayang mencintai Shinta. Namun, hatinya berbicara jika ia suka dengan Dea.
Lantas, sekarang ia harus memilih yang mana? Antara Shinta ataukah Dea?
"Woi! Diem-diem bae, ngapain lo bos?" Suara Vino membuyarkan lamunan Ihsan. Ia menatap ke arah Vino dengan tatapan mengerikan. Layaknya ingin menerkam Vino saat itu juga.
Vino dan Angga duduk di meja salah seorang siswi di depan Ihsan, Yanuar duduk di sebelah Ihsan dan Tino, ia menyeret salah satu meja di sebelah Yanuar dan ia duduk diatas meja tersebut.
"Lagi galau gue," jawab Ihsan lesu.
"Makanya bos kalau udah punya bidadari secantik Shinta itu, nggak usah coba main belakang," sindir Angga yang begitu keras.
Hati Ihsan begitu sakit kala mendengar sindiran sahabatnya itu. Apa yang dikatakan oleh Angga itu tidak sepenuhnya salah, dan memang sepenuhnya benar.
Tidak tau harus berbuat apa sekarang. Di sisi lain, ia menyayangi Dea. Namun, di sisi yang lain juga, ia menyayangi dan mencintai Shinta bahkan ia tidak tega untuk menyakiti hati Shinta, sekali saja.
Tak sadar, seorang gadis memasuki kelas dan langsung menghampiri Ihsan.
"Pagi, sayang," sapanya berdiri di dekat meja Ihsan.
Yanuar melirik, menatap tak suka kepada Dea. Dia berpikir bahwa wanita dihadapannya ini sudah tidak memiliki urat malu. Pasalnya, Yanuar tau betul ketika Dea menyatakan perasaannya kepada Ihsan. Sampai-sampai sahabatnya itu dengan bodohnya bisa termakan rayuan buaya betina satu ini.
Ihsan menoleh ke arah Dea, tersenyum senang.
"Pagi juga sayang," balas Ihsan.
Jijik. Teman-temannya muak dengan tingkah laku sahabatnya. Bagaimana tidak? Seorang Ihsan yang mereka kenal itu orang yang sangat setia, bucin akut, dingin, cuek terhadap orang lain. Kecuali pada mereka dan Shinta.
Tapi, kali ini sifat itu sepertinya sudah hilang dari diri Ihsan. Temannya pun memutuskan untuk keluar dari kelas. Karena ingin muntah saja jika melihat kebucinan Ihsan dengan Dea. Jika disuruh milih antara kebucinan Shinta dan Ihsan atau Dea dan Ihsan. Mereka lebih memilih Shinta dan Ihsan. Karena tingkat kebucinan mereka itu tidak akan sealay Ihsan dengan Dea.
Ketika teman-temannya pergi, tinggallah Ihsan dan Dea yang berada di dalam kelas.
"Sayang, aku mau hubungan kita jangan diam-diam kek gini. Aku ingin semua orang itu tau kalau aku milik kamu," ujar Dea manja, bergelanyut di tangan Ihsan.
Menghela napas pelan, menatap Dea. "Kamu tau kan, kalau aku masih sama Shinta. Nggak mungkin kalau kita bilang ada hubungan. Yang ada aku nyakitin Shinta, De."
"Iya, tapi kamu bisa kan bilang baik-baik ke dia terus putusin dia secara baik-baik."
Ihsan menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Enggak segampang itu mutusin Shinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Luka [SELESAI]
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Teenfiction *** Kisah yang indah tidak akan selalu baik-baik saja, meskipun di depan orang-orang kita terlihat baik-baik saja seakan tidak memiliki masalah. Bukan berarti mereka bisa berkata demikian tentang kita. Nyata...