30

174 8 0
                                    

Untuk yang terakhir kalinya. Maafkan aku. Dan aku akan mencoba mengikhlaskanmu bersama dia.

Note : Part ini mungkin sedikit panjang, jadi diharapkan membaca dalam keadaan santai dan senggang ya. Karena kalau dibaca putus-putus kalian nggak akan nyaman bacanya.

****

Semua orang tengah menunggu di depan ruang UGD, rasa cemas, takut, khawatir bercampur jadi satu. Orang tua Shinta, ibunda Ihsan, Sarah, Fadia, Ihsan, serta teman-temannya dan juga sahabat Shinta berada di sana. Menunggu dokter keluar dari ruang UGD. Tak lupa juga, ada Dea yang berada di samping Ihsan.

Perasaan Ihsan benar-benar resah, ia takut jika akan kehilangan Shinta untuk selamanya. Ia merasa bersalah karena masih belum membahagiakannya.

"San, gue mau ngomong sama lo." Terdengar nada serius dari Fadia. Ia mengangguk dan beranjak mengikuti Fadia yang membawanya ke taman rumah sakit.

Sedangkan yang lainnya, mereka menunggu kabar baik dari dokter yang menangani Shinta.

****

"Kenapa, Kak?" tanya Ihsan to the poin.

"Shinta kenapa bisa kayak gitu? Pasti ini gara-gara lo dan pacar baru lo itu kan," tuduh Fadia.

Ihsan menoleh ke arah Fadia, menaikkan sebelah alisnya.

"Gue? Kakak kalau ngomong bisa nggak, nggak usah asal nuduh."

"Gue nggak nuduh, cuma karena semenjak Shinta putus sama lo dia jadi nggak seceria dulu. Dan di setiap malam dia selalu nangis nyebut nama lo. Bahkan sampai detik ini, Shinta belum bisa ngelepas lo sama cewek lain. Yang Shinta tunjukin ke lo kalau dia bahagia itu cuma cara dia nutupi kesedihannya. Lo nggak akan tau rasanya gimana Shinta dan menutupi setiap lukanya," geram Fadia ingin sekali rasanya ia mencakar wajah Ihsan saat itu juga.

Yang dimarahi pun diam tak membalas. Ia hanya mendengarkan amarah Fadia padanya.

"Selama ini gue masih baik sama lo, masih anggap lo seperti adek gue sendiri. Tapi apa yang lo buat ke Shinta? Lo udah bikin celaka. Dan gue nggak bisa toleransi lagi sama lo. Kalau sampai Shinta kenapa-kenapa, gue nggak akan pernah maafin lo."

"Lo itu cowok yang nggak bisa dipegang janjinya, lo itu munafik, pengkhianat, cowok brengsek, cowok nggak punya hati. Gue benci sama lo, San," hardik Fadia, puas meluapkan emosinya pada Ihsan.

Jujur Fadia ingin sekali rasanya memarahi Ihsan lebih dari ini, ingin mencabik-cabik tubuhnya. Walaupun Shinta itu hanya adek sepupu, namun kasih sayangnya sama seperti adek kandungnya sendiri.

Ia tidak rela jika Shinta kenapa-kenapa nantinya. Berharap kalau adek sepupunya itu baik-baik saja dan semoga selamat.

"Gue ingetin sama lo, jangan pernah deketin adek gue lagi." Setelah itu Fadia meninggalkan Ihsan sendiri dengan kebisuannya.

Ihsan masih diam membisu, sempat terpaku ucapan Fadia yang begitu marah terhadapnya. Ia duduk lemas di kursi taman, tatapannya kosong, kepalanya menduduk dengan menopang menggunakan kedua tangannya.

"Maafin aku, Shin. Aku tau aku salah. Dan aku mohon sama kamu bertahan dan cepat sembuh, aku tau kamu kuat," ucap Ihsan lirih.

Dari kejauhan terlihat Dea yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan antara Ihsan dan juga Fadia. Dea melihat jelas dari sorot mata Ihsan kalau ia sangat mencintai Shinta.

Mungkin dia sudah salah telah masuk ke dalam hubungan mereka. Seharusnya dia sadar dan belajar dari masa lalu. Dulu, dia sudah merebut kebahagiaan Shinta bersama Ari hingga mengakibatkan Ari harus pergi ke luar negeri dan mereka berdua tidak ada yang mendapatkan Ari.

Aku, Kamu dan Luka [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang