Duri itu datang, untuk merusak hubungan kita. Dan aku akan mencabut duri itu agar dia tidak terlalu masuk kedalam sebuah hubungan yang ingin dia hancurkan.
****
Berjalan sendirian di sepanjang koridor kelas XI yang tepatnya di lantai dua SMA Tribakti. Dengan tatapan kosongan sambil memegang tas ransel berwarna tosca miliknya.
Semua sapaan dari teman-temannya bahkan dari adik kelas yang mengenal dirinya, tidak ada satupun yang ia respon.
Hanya berjalan dan pandangannya menatap kosong ke depan. Sampai dengan ia melewati kelas XI IPA 2, ia melihat dari arah yang berlawanan empat orang cowok yang sedang berjalan ke arahnya, oh lebih tepatnya ke arah kelas mereka.
Shinta berhenti dengan tepat di depan sang kekasihnya berdiri, manik matanya bertemu dengan manik mata Ihsan, tatapan keduanya terkunci dengan Shinta sedikit mendongakkan kepala ke atas. Karena tinggi badan Ihsan dengan Shinta terpaut jauh.
"Maafin aku yang nggak bisa jelasin semuanya ke kamu selama aku pergi kemarin," ucap Shinta dalam hatinya dengan menatap mata manik Ihsan dalam.
Dengan wajah datar dan dinginnya, Ihsan menatap Shinta sambil memegangi satu tali ransel miliknya dengan satu tangan lainnya ia masukkan ke dalam celana seragam.
"Sampai detik ini aku masih nunggu penjelasan kamu, Shin. Tapi jika suatu hari nanti tidak ada toleransi lagi. Maafin aku karena harus bertindak yang nggak pernah aku dan kamu inginkan," ujar Ihsan dalam hatinya.
Ketiga temannya dan juga siswa-siswi yang berada di sana, bagaikan kambing congek yang melihat drama Korea. Yang dimana pemeran cewek dan cowoknya sedang menatap satu sama lain.
"Mau sampai kapan ya bos tatap-tatapannya?" Tino yang membuyarkan tatapan Ihsan pada Shinta dan sebaliknya.
"Udah mau bel lho, lo kagak mau masuk kelas, San?" tanya Angga.
Tanpa menjawab ucapan Angga, Ihsan melenggang pergi melewati Shinta begitu saja tanpa ada percakapan atau hanya sekedar ucapan selamat pagi darinya
Merasa diacuhkan oleh Ihsan, hatinya terasa begitu sakit. Ia memejamkan matanya sambil mengambil napas lalu membuangnya pelan. Setelah itu masuk ke dalam kelasnya yang bersebelahan dengan kelasnya Ihsan.
****
Bel masuk sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi, guru pengajar kelas XI IPA 1 pada jam pelajaran pertama, belum juga datang ke kelas.
Suasana kelas riuh karena tidak ada pelajaran berlangsung setelah bel sekolah. Murid-murid kelas XI IPA 1, mereka sibuk dengan urusan masing-masing.
Ada yang mendengarkan musik menggunakan earphone di pojok kelas, menulis puisi dikala jam kosong pada buku khusus, berumpi ria di belakang kelas, itu sih biasanya dilakukan oleh cewek-cewek centil, eksis yang ada di kelas itu. Para cowok ada juga yang sedang bermain game Mobile Legend di belakang pojok kiri kelas.
"HELO, EVERYBODY!! BABANG TINO MAU BAWA KABAR BAIK UNTUK KITA SEMUA DI KELAS INI," teriak Tino di depan kelasnya.
Teman-teman kelasnya pun diam dan memperhatikan Tino.
"Emang kabar apaan, No?"
Syila Aruna. Bendahara kelas XI IPA 1 yang tiada tandingnya ketika menagih uang kas kelas. Dia sih cewek, tapi tenaganya kek cowok. Luar cewek, dalam cowok. Udah deh nggak tau bagaimana modelannya jika seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Luka [SELESAI]
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Teenfiction *** Kisah yang indah tidak akan selalu baik-baik saja, meskipun di depan orang-orang kita terlihat baik-baik saja seakan tidak memiliki masalah. Bukan berarti mereka bisa berkata demikian tentang kita. Nyata...