10

122 28 156
                                    

Bersikap seolah semuanya baik-baik saja itu lebih menyakitkan, daripada harus merasakan sakit dalam kesendirian.

****

Hari ini, Shinta akan memulai harinya seperti biasa. Ia ba waktungun pagi, bergegas membersihkan diri, memakai perlengkapan sekolah. Mulai dari seragam, sepatu dan tak lupa pula Shinta memakai bando pita berwarna biru dengan corak tultul di kepalanya.

Tak lupa pula Shinta sedikit memoles wajahnya dengan sunscreen setelah itu ia tindih dengan bedak tabur. Sedikit memoles bibir ranumnya dengan lipbalm yang memiliki varian aroma strawberry. Sempurna.

Shinta berjalan keluar untuk menemui mamanya-Riska, yang sedang sarapan bersama keluarga kecilnya yang baru.

Di meja makan sudah ada suami Riska, adik kandung Shinta dan juga adik tiri laki-lakinya yang masih berusia 3 tahun. Shinta melihat pemandangan itu, membuat ia merindukan seseorang yang sampai sekarang belum pernah bertemu setelah kejadian lima tahun yang lalu.

Flashback on

"Ayah! Ayo kejar Shinta."

Anak kecil yang sedang berlari kecil di sebuah taman komplek rumahnya sembari membawa boneka sapi mini dan juga balon berbentuk pesawat.

"Kalau ayah bisa tangkap Shinta, jangan lari lagi ya."

"Siap!"

Mereka berdua terus main kejar-kejaran. Shinta berlari sambil tertawa, takut tertangkap oleh ayahnya. Hingga tidak sadar, Shinta menabrak tubuh seorang wanita cantik memakai setelan baju berwarna maroon.

"Aduh!" Shinta meringis kesakitan, ia juga jatuh ke atas tanah.

Wanita yang baru saja menabraknya itu berjongkok di hadapan Shinta.

"Makanya kalau lari itu lihat ke depan sayang, bukan ke belakang." Wanita itu mengangkat tubuh mungil Shinta. Mendudukannya di atas kursi taman, sembari memberikan plester pada luka yang terdapat di lututnya.

"Udah lebih baik?" tanya wanita itu pada Shinta.

"Udah, makasih ya mama," jawab Shinta senang sembari memeluk tubuh wanita di hadapannya.

Ternyata wanita tersebut adalah mama Shinta.

"Hayo! Putri kecil ayah udah ketangkap," ujar seorang pria dari arah belakang dengan memeluk tubuh Shinta, membuat sang empu terkesiap.

"Aaaa! Mama tolongin, Shinta!" teriak Shinta ketika ayahnya berhasil menangkapnya.

"Eits, tunggu dulu! Mama punya hadiah buat kamu."

Mata Shinta berbinar mendengar kata 'hadiah'.

"Hadiah apa, Ma?" Shinta begitu antusias.

"Hadiahnya adalah ... mama sama papa harus gelitikin, Shinta." Wanita itu menggelitik bagian perut Shinta, membuatnya merasa sangat geli.

"Ayo, gelitikin, Shinta." Pria yang juga ayahnya itu ikut menggelitiki bagian punggung Shinta. Ia merasa geli lebih hebat dari sebelumnya.

Mereka tertawa bahagia. Sebuah keluarga yang sempurna. Sudah di anugerahi seorang putri yang memiliki paras cantik, pandai, selalu diberi kebahagiaan. Sungguh bahagia.

Flashback off

Tanpa di duga, cairan bening dari matanya berhasil jatuh membasahi pipinya. Cepat-cepat ia menghapusnya.

Aku, Kamu dan Luka [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang