Chapter 4

21 2 0
                                    



"Kami baru pertama kali melihatnya, mereka seperti mengincar sesuatu dari kami!"

Di hadapan semua Avarosa, si pak tua menceritakan segala kejadian yang di alami sukunya.

Ashe yang duduk berhadapan dengannya pun mengangguk pelan, berusaha memahami semua peristiwa penyerangan suku tersebut.

Mereka semua berkumpul di aula pondok. Avarosa berkumpul untuk mendengar segala kronologi yang mereka hadapi akhir-akhir ini. hampir sama seperti suku-suku lain yang mati terbakar dan banyak dari mereka yang musnah karena tidak pernah mendapatkan perlindungan.

"Suku kami tidak mempunyai seorang Iceborn. sebagian dari kami banyak yang mati, terutama anak-anak. aku.. bahkan... cucuku juga tidak selamat disana. dia masih berusia di bawah 2 musim. aku tidak mengerti mengapa mereka harus menghancurkan semuanya...." ucapnya lagi sambil terisak.

"Bisa kau sebutkan ciri-ciri pasukan yang menyerang sukumu?" tanya Gjura.

si Pak tua masih menunduk.

"Mereka... berseragam hitam, jumlahnya banyak. mereka seperti mempunyai senjata berbentuk es abadi"

True Ice? Ashe agak terkejut.

Tunggu dulu, jika senjata es abadi tersebut adalah sebuah true ice, maka...

"Frostguard" Ashe berucap, semua mata di dalam ruangan langsung menatapnya.

"Kalau mereka memegang True Ice, berarti mereka semua... adalah Iceborn. tapi mustahil ada Iceborn dengan jumlah orang yang banyak" jelas Ashe lagi.

"Iceborn adalah ras langka, kurasa tidak semua suku mempunyai seorang iceborn yang lahir. apalagi.. keberadaan manusia dengan kekuatan Iceborn hampir jarang kita temukan di Freljord" sahut pria bertubuh besar yang duduk di sebelah Ashe, dia bernama Hjelk.

Ashe sedikit memberinya tatapan. "Hjelk, yang kau katakan memang benar, tapi aku masih meyakini ada beberapa Iceborn di Freljord, mereka hanya belum menyadarinya saja"

"Ini pernah terjadi pada suku ku, sekarang sudah tidak ada. mereka telah mati karena mahluk asing" Tryndamere bersuara, semua mata melirik ke arah sang Bloodsworn Warmother mereka.

Mata emerald si Barbar agak kelabu, tapi dia berusaha tetap untuk bersikap bijak menyembunyikan rasa tersebut.

"Freljord mempunyai banyak orang Barbar. kami biasanya bertahan hidup untuk bertarung dan berburu, tapi kebetulan.. di malam itu. ketika ada mahluk asing yang datang, dia langsung membunuh semua petarung-petarung terbaikku. dia berwarna merah, dan juga membawa pedang yang seperti jantung hidup... dia membunuhku dan aku mati di malam itu" kata Tryndamere.

"Tapi.. bagaimana.. kau bisa masih hidup?" tanya salah satu dari mereka.

"Aku tidak mengerti. ketika aku bangkit, aku merasa tubuhku sangat berbeda. dibangunkan oleh amarah yang besar, aku seperti monster yang lapar. dan saat itulah aku menyadari, yang kulihat hanya darah dimana-mana" ucapnya lagi.

Ashe menepuk bahu suaminya, memberi usapan yang lembut. Tryndamere sedikit menoleh dan memberinya senyum kecil, dia selalu tahu Ashe sedang berusaha menghiburnya.

"Aku sudah aman bersama Ashe sejak pertama kali kita bertemu. aku selalu percaya padanya. Freljord tidak akan mati selama masih ada harapan yang hidup. suatu hari, kita akan benar-benar hidup untuk bersatu"

Ashe tersenyum lagi.

"Warmother Ashe, kami sangat berharap banyak padamu. kami tidak ingin lagi hidup dibawah ketakutan, kami akan melakukan apa saja untuk Avarosa" kata si pak tua tersebut, dia langsung bersujud di hadapan Ashe.

For FreljordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang