part. 10

1.8K 186 0
                                    

________
Jangan lupa Vote dan Komen, seperti biasa jadilah pembaca yang bijak.

🌷Happy Reading🌷.

___________

"

Cepat habiskan sarapanmu, bukankah kau terlambat."

"Eoh. Ya " Naera pun menuruti perkataan Yoongi, ia mengambil tempat disamping Yoongi. Setelah dirinya duduk Yoongi pun beranjak pergi.

"Ssaem, kau tidak ke sekolah? Kenapa mengenakan pakaian itu?"

__..____

Tanpa menjawab pertanyaan Naera, Yoongi langsung pergi meninggalkan Naera sendirian diruang makan.

...

Terlihat sebuah bangunan yang telah usang dengan tembok yang banyak terdapat lumut dan tumbuhan liar serta lantai kotor dengan beberapa keramik yang telah hancur.

Seorang pria keluar dari mobil berwarna hitam yang tadinya telah ia parkir di depan bangunan tersebut. Sesaat turunnya seorang pria, dua orang berjas hitam dengan tubuhnya yang tegap dan kekar telah mempersilahkannya masuk meski tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Sesampainya ia disana, ia melihat seorang pria paruh baya dengan tubuh yang terikat tali tengah duduk dikursi serta mulutnya yang ditutup dengan lakban. Penampilan yang terlihat lusuh, dan beberapa luka disekujur tubuhnya.

Pria itu pun berjongkok guna menatap pria tersebut. Tersenyum smirk tepat di depan sang pria paruh baya, dengan tanpa aba-aba ia langsung membuka lakban tersebut secara kasar.

"Ahh," pria tersebut pun meringis. Menatap sinis pada pria yang berada di depannya itu.

"Dimana dia?" pria tersebut pun hanya mendecih sinis, hal itu membuat sang pria merasa geram lantaran diremehkan.

"Katakan dimana dia, bajingan!"

"Dia sudah mati!!" jawabnya tanpa rasa bersalah sedikit pun, seakan-akan ia tengah menantangnya.

"Baiklah," pria itu sedikit menjauh darinya dan mulai mengeluarkan sesuatu dari balik saku celananya. —sebuah pistol.

"Penawaran untukmu," ujarnya sembari memainkan pistol yang tengah berada di tangannya.

"Beritahu aku dimana dia sekarang! Maka kau akan bebas. Namun, jika kau masih bungkam maka—" ucapan pria itu terpotong.

"Sampai mati aku akan tetap bungkam." sahut pria itu.

"Tidak. Bukan kau, tapi anak dan istrimu yang akan mati. Tepat di depan matamu," pria itu menyeringai, menampilkan senyum liciknya.

Sebab ia tahu, setiap pria yang telah berkeluarga pun akan tetap mempertahankan anak dan istrinya meski nyawa taruhannya. Ia melihat pria tersebut agak Mempertimbangkan keputusannya.

"Bagaimana?"

"Ah, kutemukan jawabanmu. Mike!" panggilnya pada salah satu anak buahnya.

"Bawa anak dan istrinya kesini!"

"Tidak perlu," sahutnya, menatap serius pada pria di depannya dengan tatapan memohon.

"Aku akan memberitahumu, tapi jangan bawa anak dan istriku kesini." pintanya. Pria itu pun tersenyum puas.

"Baiklah, katakan Choi Junghe."

"Pergilah ke Ilsan!"

"Ada apa disana?"

My Teacher Is MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang