Bimbang

17 12 0
                                    

Pagi ini ku sambut hari dengan penuh semangat, aku terbangun dari tidurku di waktu sangat pagi berbeda dari biasanya. Hari ini, aku membantu Dinda merapikan seisi hotel tidak lupa juga aku turut menyiapkan sarapan pagi, ya meski kami sudah tau akan ada pelayan yang nanti masuk dan merapikan tapi aku dan Dinda tetap saja merapikannya setiap hari.

"Udah sehat kamu nay". Ucap Dinda yang masih khawatir dengan keadaan ku

"Sudah, jadi boleh ya aku bantu kamu". Jawab ku

"Emmmm....selagi tidak keberatan sih boleh-boleh saja rasanya (sambil tersenyum ke arah ku)".

"Ya enggaklah, lagi pula nanti badan saya bakalan sakit kalo tiap pagi tidak pernah di gerakan".

Aku dan Dinda pun bergegas membereskan semuanya, setelah selesai ku lanjut dengan membersihkan diriku sendiri, sarapan pagi, dan siap untuk kembali ke kampus.

Aku tidak yakin hanya saja kenapa ada tatapan aneh dari Dinda kepadaku, apa ada yang salah dengan penampilan ku kali ini. Ku urungkan niat untuk mempertanyakan perihal tatapan itu pada Dinda karena dia terlalu antusias menarik ku keluar, dirinya sangat bersemangat pagi ini entah ada apa, lagi-lagi Dinda berhasil membuatku bertanya-tanya.

###

Tengah asik menyusuri lorong kampus tiba-tiba saja ada dua orang wanita menghampiri dan menghalangi jalan kami, Dinda membisikan padaku bahwa wanita ini adalah Alexa dan temannya. Untung saja Dinda telah menceritakan semuanya kepadaku, aku heran sebenarnya Alexa ini siapa mengapa dia menyalahkan kehadiran ku menghancurkan popularitas dia di kampus, padahal niat ku belajar jauh-jauh dari Indonesia dengan niat untuk mencari pengetahuan bukan untuk mencari lawan apalagi hanya sekedar mengejar popularitas.

Aku tak banyak meladeni ucapan Alexa karena jika aku ladeni seluruhnya yang ada malah akan memperkeruh suasana dan memperburuk keadaan.

###

Sepulang dari kampus Dinda langsung mengajakku kembali ke hotel, aku mengekor saja meski sebenarnya aku ingin kembali menyusuri keindahan London. Namun, apalah dayaku tak bisa berbuat banyak selain dari itu pula aku harus mulai menghargai perhatian Dinda terhadapku, masih tak bisa ku bayangkan jika kenyataan memisahkan aku dengan Dinda kelak apa yang akan terjadi, apa aku masih bisa berdiri di atas tanah dengan kekuatan sendiri, rasanya tidak mungkin terlalu sulit untuk semua itu.

Sampai di hotel Dinda malah langsung sibuk menyiapkan makan dan obat untuk ku, katanya sudah waktunya aku untuk minum obat dua sangat perhatian benar-benar peduli padaku hanya saja aku menyayangkan semua dia lakukan karena uang.

Setelah semua selesai aku bangkit dari duduk dan meraih sebuah tas yang isinya pakaian ku sewaktu di rumah sakit, sebelumnya Dinda pernah menawarkan diri untuk merapikannya tapi aku tolak dengan alibi biar aku yang membereskan.

Cukup mengejutkan mengapa di dalam tasku ada buku tampaknya buku itu tak asing di pandangan ku, ku ambil dan benar saja ternyata buku keramat ku. Aku mulai terheran kenapa bukunya bisa ada di dalam tas bukankah buku ini ada pada kak hasby, apa aku lupa tapi seingat ku aku tidak mengambilnya.

Kuputuskan untuk mencari jawaban Dinda pasti tahu tentang ini.

"Din, mau tanya dong".

"Tanya apa nay".

"Emang sewaktu saya sakit siapa saja yang jenguk?'.

"Cuma aku sama M.r hasby".

Cukup kaget mendengar nama itu, pantas saja buku ini bisa ada di tas rupanya kak hasby yang bawa, apa mungkin dia lupa atau sengaja meninggalkan buku ini.

"Kenapa emangnya nay". Tanya Dinda lagi

"Eh, itu beneran M.r hasby jenguk gak enak banget saya masa di jenguk dosen".

Dinda menjelaskan semua kejadian yang terjadi bahkan dia mengatakan bahwa dosennya itu tampak terpukul saat melihat kondisi terburuk ku terbaring lemah dengan selang influs yang terpasang bukan hanya itu saja bahkan pria itu rela tidak tidur beberapa malam hanya untuk memastikan keadaan ku.

Setelah semua yang di katakan Dinda aku bergegas pergi dan membaringkan tubuhku di atas tempat tidur, menyimpan buku itu di atas sebuah nakas di dekat kasur ku, berharap bisa terlelap.

Bukannya terlelap malah pikiranku kini melayang entah kemana, memikirkan pria itu. Apa aku harus memaafkannya maksudku dia tidak sepenuhnya bersalah, kemungkinan akupun tidak akan terus menerus di hantui rasa sakit jika sudah memaafkannya.

"Berpikirlah lebih positif lagi diriku Ku mohon, sepertinya aku memang benar-benar harus memaafkan kak hasby terlebih aku masih lama berada di London dan terus menerus harus bisa bertatap dengan nya, jalan terbaik sih memang harus memaafkan". Oceh ku sembari menutup kedua mata dengan lenganku.

"Semua orang tak akan ada yang paham dengan keadaanku, sakit harus berpura-pura bahagia, sakit harus terus menerus merasa tersiksa".

--------------------------------------------------------------------

Alhamdulillah bisa up lagi

Selamat membaca😊
Jangan lupa vote dan komentarnya

Follow juga Ig: hilmats_15

Sebatas waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang