Resmi Memaafkan

23 7 7
                                    

Langsung ku bantingkan badan ke atas kasur rasanya lelah sekali setelah seharian penuh menyusuri London lagi, ku putuskan tuk beristirahat saja. Untung saja Dinda sudah tidak satu kamar lagi dengan ku jadi tidak ada yang bawel ketika aku mementingkan istirahat dari pada mandi tentunya setelah perjalanan penuh seperti hari ini.

Berharap tak ada yang mengganggu tidur ku sekalipun itu hanya sebatas mimpi, aku hanya ingin benar-benar melepas rasa lelah.

Brukkkkk....suara tumpukan buku itu terjatuh, aku merasa tengah kesal saat ini dia menabrak ku tidak menolongku bahkan tidak ada maaf yang terucap darinya, menyesal rasanya pergi sendiri tanpa di temani Dinda. Aku terus berjalan menyusuri panjangnya jalan tiba-tiba sebuah mobil berwarna silver melewatiku dan brushhhh....sekarang bajuku yang menjadi korban, semakin membuat kesal saja tanpa ada rasa bersalah sedikitpun mobil itupun pergi begitu saja, aku terus memaki meski dia sudah tidak terlihat lagi. Brukkkkk.... sialnya kali ini malah aku terjatuh hanya tersandung sebuah batu kerikil saja aku terkejut dan ternyata posisiku sudah berada di atas lantai saat ini, aku terlempar dari Atas tempat tidurku sehingga membuat aku terbangun.

###

"Nay....Nayla". Suara Dinda tengah sibuk mencari keberadaan ku.

Pagi ini aku terlambat bangun, tidurku semalam terasa sebentar dan masih kurang kalo saja aku bisa menghindar dari hari ini aku lebih memilih menghindar dan melanjutkan tidurku.

"Dimana sih ni anak". Omel Dinda

Dia terus mencari ku dan kejamnya aku membiarkan dia terus mencari.

Tak lama dari itu aku keluar dari kamar mandi bergegas tuk bersiap.

Dinda menatapku dengan tatapan sedikit kesal, mungkin dia kesal karena dari tadi aku tidak pernah menyahuti panggilannya dan mungkin dia juga kesal melihat aku yang baru keluar dari kamar mandi dan belum bersiap, baiklah Dinda tidak apa jika kamu kesal aku akan memaklumi akan hal itu.

Dinda membiarkan aku berlalu begitu saja sambil terus memerhatikan langkahku.

Setelah beberapa menit mungkin Dinda sudah bosan menungguku dia memberiku kode dengan membunyikan suara alarm di ponselnya, sialnya aku jadi terburu-buru mendengar suara itu.

###

Tidak ada pemandangan lain yang lebih layak untuk di lihat setiap paginya selain dari kokohnya sebuah gedung pencakar langit dan dua mahasiswa yang setiap paginya telah bersiap di lorong kampus hanya untuk meneriaki dengan sebutan looser, kampungan, dan juga perebut popularitas orang. Sarapan pagi yang tidak patut untuk di telan sampai saat ini aku masih membiarkan teriakan itu menjadi penghias langkahku setiap pagi menyusuri lorong kampus.

Dinda selalu ingin mencakar wajah cantik Alexa tapi selalu ku tahan dan menyuruhnya untuk membiarkan saja jujur aku mencari aman dari pada nantinya muncul permasalah, bagi aku Alexa tidak pernah penting sedikitpun apalagi apa yang dia lontarkan terdengar menjijikan.

"Tau gak sih nay tiap pagi itu rasanya pengen aja aku cakar-cakar tuh wajahnya Alexa, dia selalu bilang kalo kamu kampungan padahal mulutnya jauh lebih kampungan, hanya karena sebuah popularitas dia menyerang kamu habis-habisan setiap pagi, emang kamu gak kesel apa". Umpat Dinda yang sedari tadi menahan emosi

"Kesel sih ada, tapi kan buat apa juga di ladenin bagi saya itu gak penting aja gitu".

Aku terus berusaha menenangkan Dinda dan juga diriku sendiri, memang bukan hal baru ini udah terlanjur menjadi kebiasaan, jadi biarkanlah hidup harus di nikmati anggap saja hal ini salah satu lika liku kecil yang harus di lewati.

###

Aku menyodorkan buku itu kehadapan nya, pria yang tengah berdiri di hadapanku  Dia menoleh lalu mengambilnya.

"Kenapa". Tanya nya singkat tapi aku paham

"Saya mau kak hasby baca halaman terakhir buku ini, dan berharap kakak bisa jaga buku ini dengan baik".

Pria ini terlihat agak kebingungan dengan maksudku.

"Ya mungkin selama ini saya sudah melampaui batas ternyata menahan amarah itu bukan solusi terbaik, saya mau mulai sekarang saya tidak terikat dengan masalalu itu, yang pernah terjadi di antara kita itu salah iya saya paham, saya juga paham kita bukan takdir yang bisa menjadi satu, kita juga bertemu bukan untuk bersama".

"Tapi kan nay". Potong kak hasby

"Setiap orang pasti mempunyai kisah di masalalu tapi cukup jadikan itu sebagai kenangan, masa depan kita belum tau akan seperti apa tapi kita harus bisa meraihnya dengan cara yang baik".

"Saya paham maksud kamu, mungkin kamu memang benar masalalu memang biarlah menjadi masalalu lagi pula hidup terus berjalan, kita tidak pernah tau siapa yang akan menggandeng kita nantinya. Tapi nay, perihal perasaan itu tidak pernah bisa di bohongi maaf kalo saya lancang tapi jika ada kesempatan saya mau menjadikan masalalu kita sebagai titik tumpu untuk indahnya masa depan kita, jujur sampai saat ini saya masih terus menerus mengharapkan kamu nay dan tidak bisa berhenti untuk tetap berharap".

"Kita masih bisa bersama dengan layaknya kita yang sekarang tidak perlu ada ikatan apapun, cukup di jalani dengan semestinya saja, kak hasby sekarang ini dosen saya ketika kita di lingkungan kampus. Tapi, jika di luar itu mungkin kita bisa menjadi seorang teman lagi".

"Hanya teman nay?".

Aku mengangguk mengiyakan akan hal itu

"Baiklah nay, maafkan saya atas segala kesalahan saya terhadap kamu".

"Sudahlah kak, jangan pernah bahas perihal siapa yang salah karena sebenarnya yang salah itu adalah apa yang pernah terjadi di antara kita".

"Tapi kenapa kamu menyalahkan akan hal itu nay".

"Jika hal itu tidak pernah ada maka belenggu di diri saya dan rasa bersalah pada diri kak hasby itu tidak akan pernah ada, dan jika hal itu tidak pernah terjadi mungkin kita masih tetap dekat layaknya seorang teman".

Pria itu hanya mematung saat ini aku tidak tau apa yang ada di pikirannya tapi yang bisa aku tangkap ada sedikit kecewa di sana.

"Sudahlah bersikap semestinya, dan terimakasih sudah mau menjaga saya selama saya di rumah sakit". Ucapku sambil tersenyum kecil menghilangkan rasa canggung.

Akupun pergi meninggalkan pria itu, apapun yang ingin aku keluarkan sudah tersampaikan tanpa emosi sedikitpun.

-----------------–-------------------------------------------------------

Alhamdulillah up lagi nih
Terimakasih buat yang sudah mau mampir, jangan lupa vote dan komentarnya 🌿

Follow juga Ig: hilmats_15

Sebatas waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang