Lelah

61 25 6
                                    

Empat tahun itu berlalu, kini aku tinggalkan kota kelahiran ku demi pendidikan yang lebih, bunda dan kak Ferry menyuruhku untuk melanjutkan kuliah di London yang kemudian aku setujui. Rasanya rindu semakin menumpuk saja, aku kembali mengingat semua tempat-tempat yang berada di indonesia, ingin pulang rasanya, tapi tahan dulu selesaikan dulu pendidikan ku ini.

"Nay, bangun udah pagi nih segera bergegas," Perlakuan yang setiap hari Ku terima.

Dinda temanku di tempat ini, kita sama dari Indonesia, dan kuliah di kampus yang sama.

"Apaan sih Din?, ini masih pagi banget kali kenapa aku harus di bangunin sepagi ini?".

"Ayolah Nayla," Pintanya sambil mengangkat kedua tangan sebagai tanda permohonan.

"Oke, kebiasaan pasang wajah memelas gitu sih gak adil deh"

Dinda hanya tertawa mendengar ucapan ku.

"Mandi gih, lanjut sarapan," Perintahnya

Aku tidak pernah paham mengapa dia sangat peduli padaku, dia teramat baik sudah mau menjadi temanku dan tinggal bersamaku.

"Udah, mandi sana jangan kelamaan mikirnya nanti telat," Ucapnya di tambah dengan senyum yang manis.

Beruntung banget aku bisa bertemu dengan Dinda, gadis yang ... cantik, berkulit putih, dengan perawakan tinggi dan rambut yang pirang itu, aku pernah bertanya kepadanya perihal warna rambut, jawabannya simple dirinya hanya ingin terlihat percaya diri diam di London.

Selagi aku bersiap Dinda tengah merapikan ruangan, memang wanita hebat segalanya dia bisa lakukan meski dalam waktu yang sempit, kalo aku kayaknya gak bakal sempet sih.

"Nay!, udah belum ayo sarapan" Ajak Dinda

"Iya Din, udah ko" Jawabku

Kami berdua sarapan bersama, setelah menghabiskan sarapan pagi ini kami bergegas berangkat ke kampus.

                              
                               ###

Mentari menyongsong pagi dengan begitu cerahnya, aku dan Dinda menyusuri sepanjang jalan, sepulang dari kampus kami sepakati untuk jalan-jalan. Memang menyenangkan sekali rasanya semua pikiran ini menjadi terasa lebih lega dengan sendirinya.

Kami mampir di sebuah tempat makan yang bernama chicken cottage, salah satu restoran yang menyediakan makanan halal di London, kami makan berdua di tempat ini, karena memang pada kenyataannya aku selalunya berdua dengan Dinda, dari sebelum aku memejamkan mata hingga aku kembali membuka mata, hanya Dinda yang selalu di sampingku, kadang aku ngeluh tapi Dinda selalu dukung ku.

Sepertinya tak akan ada waktu yang cukup untuk bisa berhenti memuji Dinda.

Dinda yang tersadar dari tadi aku tatap, akhirnya menengok kiri kanan dan memerhatikan keadaan nya.

"Nay, aku ada yang salah yah?" Tanyanya

Aku hanya menggelengkan kepalaku dengan ekspresi seolah-olah tak mengerti dengan pertanyaannya.

Dinda semakin bingung, lucu sekali raut wajahnya jika tengah kebingungan, ingin tertawa terbahak tapi aku tahan takutnya nanti orang-orang terfokus ke arah kami.

"Udah si, tuh makanan Dateng juga" Pintaku

"Habisnya nay, kamu liatin aku kayak gitu banget sih, jadinya aku gak PD nih sekarang" Ucapnya

"Itu mah kamunya aja yang kepedean, lagian siapa yang liatin kamu please deh Dinda ... Dinda," Lanjut ku

Kami menyantap hidangan dengan begitu lahap.

Setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan kami berdua menyusuri indahnya craven cottage, tempat yang luar biasa dan tentunya memang benar-benar indah.

Perjalanan melelahkan kami telah usai, kami bergegas kembali ke hotel.

Dinda langsung bersih-bersih, dan aku memilih untuk merebahkan tubuhku sejenak di atas kasur.

                               ###

Drrrtttt ... drrrtttt ... drrrtttt ponselku bergetar aku raih lalu ku lihat nomornya dari Indonesia, siapa yang menelpon ku selarut ini.

Tanpa berlama-lama aku angkat saja telponnya dan ternyata jihan, tuhan aku sangat merindukannya terakhir kami bicara yah ... saat kejadian di kantin, itu pun via telpon.

"Assalamualaikum nay"

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"

"Nay, apa kabar?"

"Alhamdulillah sehat, kamu juga apa kabar?"

Perbincangan kami sangat lah ringan mulanya, hingga akhirnya dia bercerita dia akan di lamar oleh seorang pria kakak tingkat di kampus. Aku diam tidak bersuara karena ku yakin pria itu adalah kak Hasybi, Jihan kan tidak pernah dekat dengan pria manapun selain kak Hasybi.

"Nay, kamu dengerin aku kan?" Kejut Jihan membuatku tersadar

"Eh iya Han aku dengerin kok, selamat yah aku ikut bahagia"  Ucapku

Perbincangan kami tak usai sampai situ saja, Jihan menjelaskan segala hal kejadian yang terjadi setelah kepergianku. Aku hanya mendengarkan dengan tak banyak berkomentar jujur saja hatiku masih terasa sakit saat ini, mendengar Jihan yang sebentar lagi akan di lamar oleh pria yang jelas itu pasti kak Hasybi, jika aku banyak bicara takutnya air mata akan menghujaniku malam ini.

                                ###

"Good morning sister" Ucap Dinda

"Morning too" Balas ku

"Kenapa tuh muka, ko sembab sih kayak abis nangis aja kamu nay?, kamu nangis yah semalam?" Tanya Dinda yang mulai khawatir dengan keadaanku.

"Atau kamu sakit?" Ucapnya lagi

"Lagian kok tumben banget jam segini udah bangun, gak harus di bangunin aku dulu" Cerocos Dinda

Tak ada satu patah katapun yang bisa aku ucapkan, karena Dinda terus saja berbicara, andai saja dia tahu bahwa saat ini aku ingin menghentikannya agar tidak lagi bicara, tapi apalah dayaku hanya bisa tersenyum kecil menikmati perhatiannya.

                              ###
Ali Hasybi Alfirdausi, mengapa Tuhan menghadirkan mu dalam hidupku, mengapa Tuhan membiarkan kamu menggores sejarah dalam hidupku, mengapa Tuhan tega membiarkan dirimu menyakitiku, menyiksaku dengan perasaan yang tak wajar ini padamu.

Rasa lelahku mencintaimu dalam diam hanya akan terbayar dengan sakit, kini kau akan bersanding dengan wanita lain, aku terlalu bodoh saja masih mengingat 7 tahun yang telah berlalu itu, kau pastinya sudah membuangnya dan menguburnya dalam-dalam sehingga tak ada lagi kesempatan yang menjadi mungkin.

"Nayla Al zahida jangan bodoh karena cinta" Ucapku dalam hati

Malam ini aku tidak bisa memejamkan mataku, jika malam ini aku tidak bisa tidur besok pagi aku akan habis di omelin Dinda pasti, tadi saja wajahku sembab Dinda sebegitunya.

Sudahlah, lekas tidur Nayla jangan memikirkan Ali Hasbi alfirdausi yang jelas-jelas tak memikirkan mu, pria itu hanya menghiasi masalalumu bukan untuk mendampingi masa depanmu, cepat terlelap Nayla ada yang kan mengkhawatirkanmu jika kamu tak kunjung tidur.

__________________________________________________

"Ku pikir jarak akan membuatku mampu melupakanmu, akam mampu membantuku tak lagi tahu tentangmu, nyatanya tidak jarak masih tetap membawa tentangmu kemanapun aku pergi dan dimanapun ku berada".

Sebatas waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang