mulai sekarang

18 10 8
                                    

Pukul 03:00 tumben aku bisa terbangun di jam segini tanpa berpikir panjang ku ambil air wudhu dan ber tahajud mengadu semuanya pada sang Kholiq rasanya lebih melegakan, dada ini sudah tidak lagi sesak, pikiranku pun sudah lebih baik.

Sekarang aku tidur sendirian, Dinda sudah ku sewakan satu kamar berhadapan dengan kamar ku, awalnya dia menolak tapi aku kan pandai memaksa intinya semua hal yang ingin aku dapat harus ku dapat, selain pelupa aku juga sedikit egois.

Setelah selesai solat aku kembali kepikiran tentang kak hasby, sepertinya aku memang harus memaafkannya itu lebih baik dari pada aku harus terus menerus menghindar, masalah gak akan pernah selesai jika terus menerus di hindari.

###

Pagi ini Dinda tetap jadi chef andalanku, aku dan Dinda terbilang sangat jarang makan makanan yang di siapkan pihak hotel dengan alasan lebih suka makan masakan Dinda yang gak kalah rasanya. Selain itu, masakan Dinda sudah terjamin karena aku bisa lihat dengan mata kepalaku sendiri cara pembuatannya.

Memang terbilang aneh untuk apa kita menyewa hotel jika masih makan hasil masakan sendiri, tapi yasudah lah jangan hiraukan pandangan itu, karena apapun yang terjadi kita yang rasakan.

Sausai sarapan aku dan Dinda bergegas untuk ke kampus (tentunya aku juga sudah mandi pagi).

###

Gedung pencakar langit itu sudah tampak di depan mataku, seperti biasa aku dan Dinda menyusuri lorong untuk ke kelas dan sepertinya seniorku alexa dan temannya (jujur aku lupa dengan nanya temannya😊😉) punya kebiasaan baru mencegahku di tengah jalan aku berpura-pura tidak melihat dan tak menghiraukan panggilannya, maaf bukan tidak sopan hanya sedang tak ingin ada masalah baru saja.

Kak hasby berjalan melewati ku dan Dinda dia berusaha ramah dan tersenyum ke arahku (bukan maksud kepedean) aku berpikir mungkin ini salah satu langkah awal untuk memaafkannya dengan membalas senyum juga padanya.

Dinda merasa sedikit heran dengan situasi yang baru saja terjadi, dia mencoba mencari jawaban padaku tapi maaf Dinda biar aku simpan jawaban itu sendiri.

###

Dinda yang masih merasa penasaran kini berubah jadi mis kepo dengan melontarkan berbagai pertanyaan, kataku sudahlah "lebih baik duduk saja".sambil memegang kedua pundak wanita berambut pirang itu.

"Baiklah nay, kau berhasil membuat temanmu ini penasaran tingkat tinggi".

Aku hanya membalasnya dengan senyum, memang ada hal yang aneh denganku pagi ini, kurasa tidak semua baik-baik saja berjalan seperti biasanya.

"Lihat saja aku akan tahu tentang kejadian pagi ini" ancam Dinda

"Saya baru tau ternyata kamu ini kepo juga ya Din ( sambil tertawa kecil)".ledekku

Melihat Dinda yang masih antusias dengan berbagai pertanyaan jahatnya aku hanya tersenyum dan dindapun tampak menyerah karena tidak mendapat jawaban apapun.

"Eh nay, aku boleh nanya gak sih?". Celetuk Dinda

Aku hanya mengangguk tentu saja selama ini tidak ada yang pernah melarangnya u tuk bertanya.

"Emang sebelumnya kamu udah kenal sama m.r hasby?".

Pertanyaan semacam menjebak ini, maksudnya apa lagi malah bertanya perihal itu, tapi gak salah juga sih soalnya kan Dinda gak bertanya yang macem-macem.

"Iya kenal". Jawabku singkat

"Pernah Deket, atau gimana sih".

"Kenapa jadi tanya kaya gitu kamu".

"Ya aku aneh banget gitu ko pas kamu di rumah sakit Mr. Hasby sekhawatir itu".

"Ya mungkin karena dulu kita kenal, dia juga kakak kelas aku sewaktu SMP, SMA,  Kakak tingkat di Kampus, dan sekarang jadi dosen aku di sini". Kelasku

Dinda tak melanjutkan pertanyaannya, karena Mr. Hasby masuk kelas dan menyampaikan materi, hari ini aku mengikuti kelasnya secara full dan berusaha menghilangkan rasa ingin bangkit dan berlari, jujur saja rasanya aku muak lama-lama di sini. Tapi, ya mungkin ini awal yang baik untuk bisa memaafkan.

Sebatas waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang