Keesokan harinya , Haico datang pagi-pagi sekali untuk mengantarku ke Toko. Aku sudah ready Tuk berangkat .
Tapi aku hanya bisa terpaku berdiri di teras rumah menyaksikan Haico keluar dari mobil, lalu gadis itu tersenyum padaku, ia langsung masuk ke dalam rumah untuk menemui ibuku sambil membawa bingkisan.
Bagaimana aku enggak terpana? Kali ini ia memakai atasan baju tidur dan celana pendek saja..ah , mulai lagi gadis ini memakai outfit minimalis.
"Ayo Bang, nih kuncinya..!" ucapnya sambil menyerahkan kunci mobil padaku.
Entah kenapa, melihatnya berbaju seksi seperti ini, aku sudah enggak marah lagi,, mungkin karena Haico memakainya hanya di depanku saja .
Jujur saja aku suka melihat ia memakai baju tidur minimalis seperti itu.
Bisa membuat otakku fresh dalam menyambut aktifitas setiap harinya.
Karena aku bisa melihat aslinya Haico tanpa dibuat-buat.
Ah,, enggak sabar aku ingin segera menghalalkannya.
"Bang,, buruan ! Malah senyum-senyum enggak jelas gitu !" seru Haico.Senyumku saat ini hanyalah untukmu sayang..
"Bang, lo kenapa sih ? Senyum terus dari tadi ?" tanyanya lagi.
"Lo belum mandi, ya ?" godaku.
"Iya,, memang kenapa? Lagian, pagi-pagi disuruh Ayah nganter Abang ke Toko.. Males buat mandi..!" ucapnya sambil menguap.
Ya,, ampun indahnya melihat calon istriku menguap di pagi hari, rasanya saat ini aku seperti suami Haico saja he..he..
Bisa melihat Haico di pagi hari, full dengan segala tingkah seorang istri yang sedang bangun pagi..
Ah,, ngelantur kemana aku ini ?!
"Kak pita, gimana Bang ?" tanya Haico.
Aku memang belum sempat cerita kepadanya tentang ini.
"Hemmm.. Sudah selesai Co,, gue udah ngomong sama dia buat enggak nerusin hubungan ini lagi." jawabku.
"Terus reaksinya gimana, Bang ? Kak Pita nangis enggak ?" tanyanya serius seperti merasa bersalah pada Pita.
Aku hanya mengangguk.
Kudengar Haico menghela nafas sejenak.. Sepertinya gadis ini sungguh menyesali hal ini terjadi.
"Apakah kita berdua jahat ya, Bang ?" tanyanya lagi.
"Jawabannya hanya satu,, mungkin gue dan Pita enggak berjodoh."
Jawabku singkat sambil ku usap kepalanya.
"Kita lupain masa lalu, terus kita sambut masa depan.. Ok manis.." lanjutku lagi mengajak Haico untuk tersenyum.
Gadis itu pun tersenyum, nampaknya dia mengerti atas penjelasanku yang singkat tentang Pita.
Haico mengerti bahwa aku enggak ingin membahasnya berlarut-larut.
Karena nanti hanya akan menimbulkan banyak pertanyaan yang akan membuat hati menjadi sakit.
Itulah yang aku sukai dari Haico..
Dia sangat menghargai keputusan orang lain, tanpa berusaha kepo terlalu dalam.
"Co....!" panggilku.
"Ya.....!" jawabnya.
Aku hanya melempar senyuman khas ku padanya.
"Apaan sih, Bang ? Pagi-pagi aneh banget sih ?" ucapnya.
"Gue mau nikah sebentar lagi.."
"HAH !! NIKAH !! Ama siapa ? Kok mendadak gini.. Terus hubungan kita ?" tanyanya panik.
Aku tertawa melihatnya.
"Bang,, Plisss.. Jangan aneh-aneh deh bercandanya !!" ucapnya sambil memukul bahuku.
"Eit.. Gue lagi nyetir nih, duh Co !! Ha..ha.."
"Lagian sih..! " Haico pun cemberut.
"Sumpah ini tuh enggak lucu tahu !!" lanjutnya lagi.
"Tapi gue enggak bercanda kok. Gue serius mau nikah. Kalo bisa sih besok,, tapi kan ngurus surat-suratnya enggak bisa di percepat.." kataku.
Haico masih murung, nunduk, lesu..
Sisi sebagai adik di dirinya kembali muncul. Hanya menerima dengan ikhlas atas ucapan dari Abangnya.
Aku tersenyum melihatnya.
"Minta KTP, akta kelahiran juga ya,, nanti siang gue mau ngurus ke kelurahan. "
" ih,, buat apa ? "
"Lo mau nikah enggak sih ?" tanyaku.
"Maksudnya?"
"Ya, kalau nikah kan harus pakai KTP sama akta lahir Co ! Untung lo udah legal ha..ha.." ujarku tertawa.
"Bang,, enggak lucu tahu sumpah ! Gue baru tahu loh, melamar perempuan pakai cara model gini !" ujarnya sedikit kesal.
Karena hubunganku dengan Haico sudah terjalin kuat sejak dulu, makanya aku bisa leluasa bercanda dengannya.
"Memang maunya dilamar pakai cara apa sih?" tanyaku.
"Yang romantis dikit gitu.. " jawabnya merajuk.
"Eh,, tapi enggak apa-apa deh. Buat gue, Abang gercep melamar seperti ini aja udah bikin gue happy." ucapnya tersenyum.
Itulah Haico, dia enggak pernah menuntut apapun.
"Ya, udah ..Abang sekarang tinggal ngomong sama Ayah mengenai lamaran ini. " tanyanya lagi.
"Udah dong,, Ayah bilang, suruh secepatnya." jawabku bangga akan sikapku.
"Beneran ! ..." ucapnya menatapku dengan kagum.
"Kenapa Ngelihatin gue gitu ?! Kagum ya ? " godaku.
Haico menatapku dengan sungguh-sungguh.Asal kamu tahu , Co.. Kalau bisa, aku nikahin kamu sekarang juga.. Batinku.
"Akhirnya sampai juga kita di Toko. Kamu enggak usah turun ya, langsung pulang aja ..malu tuh, belum mandi." pintaku sambil mencubit pipinya.
Padahal bukan alasan karena belum mandi ...
tapi aku enggak suka orang melihat keseksian calon istriku.
"Bang.. I love you ." ucapannya sangat membikin aku ingin menciumnya.
Terkadang aku aneh dengan diriku sendiri. Aku enggak bisa mengontrol 'adrenalin cinta' yang ada di dalam tubuhku apabila di dekat Haico.
Atau kalau dia sedang merajuk manja padaku, seketika otakku ingin langsung memeluknya.
Ku cium pipinya...
"Aku juga sayang sama kamu, Co." bisikku padanya.
Kata-kata baku terlontar saja dari mulutku..
Mungkin sudah saatnya, aku mengakhiri berkomunikasi menggunakan ' bahasa Abang adik ' ini.
Akan ku tutup memori itu dan ku ganti berkomunikasi layaknya sepasang kekasih yang akan segera menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEXIEST SISTER 2
FanfictionCerita kali ini menjelaskan bagaimana kelanjutan hubungan Haico dan Azof dan bagaimana caranya Azof memutuskan hubungannya dengan Pita dengan caranya sendiri tanpa harus melukainya.