Jan lupa tinggalin jejak. Satu suara sangat berarti buat aku.
Happy reading
Waktu-waktu yang ditunggu akhirnya tiba. Alena sekarang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke Yogyakarta. Alena pergi dengan menggunakan baju bebas.
Kata buk Neni, mereka pergi lebih awal. Sampainya disana, mereka akan jalan-jalan terlebih dahulu untuk memfreskan pikiran masing-masing yang mungkin sudah lelah karena terus belajar dan berfikir.
Saat ini Alena sedang mempersiapkan barang-barangnya untuk dibawa ke Yogyakarta. Alena memasukkan baju-baju mainnya serta baju seragamnya untuk tinggal disana nanti.
Jam 4 pagi Alena sudah mulai sibuk dengan semuanya. Sebenarnya, bisa saja Alena bangun jam 5 pagi dan mempersiapkan semuanya. Namun tidak, Alena berencana sebelum pergi dia mengunjungi makam keluarganya terlebih dahulu. Sehingga, pagi-pagi Alena harus bangun agar tidak telat. Sebab, arah makam keluarga Alena dengan sekolahnya tidaklah searah.
"Baju udah, botol air udah, apalagi ya?" Pikir Alena.
"Oh iya, hampir lupa." Ujar Alena dengan menepuk pelan keningnya. Dengan segera Alena berdiri dan kembali masuk ke dalam kamarnya. Alena mencari keberadaan barang yang tadi malam di pegangnya.
Alena mengangkat bantal lusuhnya, dan ketemu. Alena tersenyum senang. Barang berarti itu hampir saja lupa dibawanya. Alena memeluk kertas yang berukuran 4R itu. Lalu memejamkan matanya melepaskan rindu yang begitu besar.
"Ma, pa, Al, doain Alena ya. Semoga Alena bisa dapat juara lagi. Dan, Alena bisa membuat kalian semua disana bangga sama Alena. Doain semoga Alena bisa jadi orang yang sukses ya." Ucap Alena menatap kertas yang dipegangnya itu.
Alena menghembuskan nafasnya pelan, lalu berdiri dan kembali menuju tasnya tadi.
Alena pergi dengan menggunakan dua buah tas. Satu tas sekolahnya, dan satu lagi tas pemberian buk Ita tadi malam.
Alena mengabarkan peristiwa bahagia itu kepada buk Ita. Buk Ita begitu senang. Dan, tiba-tiba malam tadi buk Ita datang dengan membawakan tas besar ini, serta berbagai macam makanan dan satu buah handuk yang sengaja dibelinya.
Alena begitu senang. Setelah itu, buk Ita membantu Alena untuk membereskan barang-barang yang akan dibawa ke Yogyakarta.
Tas pemberian buk Ita digunakan untuk menaruh pakaian, makanan, handuk dan barang lainnya. Sedangkan tas sekolahnya khusus untuk buku pelajaran. Buku yang dibawa Alena begitu banyak. Memang, Alena hanya mengikuti lomba satu mata pelajaran. Tapi, materi yang harus dikuasainya benar-benar subhanallah. Buku-buku paket, LKS, dan contoh-contoh soal dikumpulkan oleh Alena.
Alena melihat jam di atas mejanya, ternyata sudah pukul setengah enam. Tanpa menunggu lama, Alena segera menyandang tas kecil, dan menjinjing tas besarnya menggunakan kedua tangnnya. Alena mengunci rumahnya itu. Sebelum berangkat, Alena singgah terlebih dahulu ke rumah buk Ita. Dia ingin menitipkan kunci rumahnya kepada buk Ita. Sekalian ingin berpamitan kepada buk Ita dan pak Irwan.
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam." Jawab buk Ita dengan celemek di tubuhnya. Sepertinya buk Ita sedang memasak.
"Ayo masuk Alena!" Ajak buk Ita dengan senang. Alena mengangguk. Lalu mengikuti buk Ita memasuki rumahnya.
"Pagi pak." Sapa Alena saat melihat pak Irwan yang duduk sambil membaca koran.
"Pagi juga Alena. Selamat ya. Bapak bangga banget sama kamu."
"Iya pak. Makasih ya."
"Jadi, kamu mau berangkat sekarang Alena?" Tanya buk Ita yamg ikut bergabung dengan membawa air dan beberapa cemilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena Life Struggle ☑️
Fiksi UmumSelesai Tahap revisi "Ma, Pa, katanya mau ngasih Alena hadiah. Apa ini hadiah yang kalian maksud? Ninggalin Alena sendirian di dunia ini, menjadi anak sebatang kara? Kenapa kalian gak ajak Alena juga? Hikkkssss...." Ini bukan tentang cerita cinta. B...