Saatnya Piknik!

846 71 9
                                    

"Minumnya ada di tas jinjing merah, Mas. Udah dibawa?"
"Kayanya sih tadi mas lihat yang warna merah gitu. Berarti harusnya sudah, kan?"
"Aku juga pikir gitu. Habisnya tas merahnya ga ada disini."
"Kalau begitu udah mas bawa. Mungkin aja. Ah sudahlah, Gyu. Kalau misalnya ga ada kan kita bisa beli aja di sekitar situ."
"Okelah."
"Yuk. Sini, pegangan sama Mas."

Menjelang kehamilannya yang sudah cukup tua ini, Mingyu malah tiba-tiba ingin berpiknik di taman. Tadinya ia ingin mengajak anak-anak teman dari Wonwoo, yaitu anaknya Jeonghan, Jihoon, dan Seokmin, juga keponakan Hansol  yang sedang tinggal di rumahnya.

Namun, rencananya itu tidak berhasil karena anak-anak itu sedang menjalani ujian di sekolahnya. Jeonghan dkk sebenarnya bisa saja meminta ijin pada guru-guru anak mereka, tapi Mingyu bilang kalau sekolah itu penting, sedangkan Mingyu hanya ingin jalan-jalan saja.

Tapi terkecuali Hani. Anak perempuan yang cantik itu bersikeras untuk bisa ikut Mingyu piknik. Akhirnya Jeonghan pasrah dan ikut mereka berpiknik.

Sebenarnya, Mingyu sudah mulai merasa tidak enak pada kondisi tubuh. Ia sering lemas dan lebih mudah kelelahan dibandingkan biasanya. Terkadang Yoonseung membantu Mingyu memasak karena tangan Mingyu gemetaran. Oleh karena itu, saat ini Wonwoo perlu menggandeng tangan Mingyu agar istrinya itu tidak mengalami sesuatu yang tidak diinginkan, meskipun dokter sudah memberikan obat untuk menguatkan daya tahan tubuh Mingyu.

Sesampainya di taman, Jeonghan, Jihoon, dan Hani sudah duduk di tanah dengan alas karpet. Hani yang melihat Mingyu langsung berlari dan memeluk Mingyu. Anak itu benar-benar merindukan si adik kecil yang tidak lama lagi akan lahir.

Sementara Mingyu dan Hani bermain di atas karpet, Jeonghan membantu Wonwoo untuk mengambil bawaan di mobil, sementara Jihoon menemani Mingyu dan Hani.

Ingin bertanya tentang Hansol dan Seokmin? Mereka ditinggal di kantor untuk berjaga-jaga.

...

"Tuan Muda. Mereka ada di taman Destiny."
"Bagus. Apa kau bisa melakukannya hari ini?"
"Untuk itu, saya bisa mengurusnya, Tuan Muda."
"Hm. Lakukan apa yang harus kalian lakukan."
"Tuan Muda yakin akan membiarkan apapun yang akan aku lakukan?"
"Tentu saja. Aku benar-benar harus menghabisinya agar ia tau rasanya sakit."
"Setelah itu, jangan lupa untuk menyiapkan bayarannya, Tuan Muda."
"Itu aman. Kau bisa mengurusnya nanti. Lakukan dulu, baru akan ku bayar jika kau sudah selesai."
"Baik, Tuan Muda. Kami akan melakukannya."
"Jika kali ini gagal juga, tidak ada gunanya aku berada di sel jelek ini."
"Siap, Tuan Muda."

...

"Bunda Jeon. Hani bolos sekolah, loh."

Ia bangga karena bolos? Anak dan papanya sama saja, pikir Mingyu.

"Bukannya kamu harus ujian?"
"Iya Hani hari ini ujian. Tapi Hani kan mau main sama Bunda Jeon.. sama dedek juga."

Hani yang masih kecil itu mengerti kalau dia sudah tidak lagi punya ibu. Istri Jeonghan meninggalkan mereka berdua karena termakan omongan manis pria lain. Jeonghan tau perselingkuhan istrinya pun karena Hani yang melapor, Saat itu, Hani membantu ibunya mencari hadiah, tentu saja Hani berpikir kalau apa yang ia pilih ini akan disukai oleh Papanya. Tapi, ternyata barang itu diberikan kepada pria lain. Entah ibunya bodoh atau gimana, ia berciuman mesra dengan pria itu di depan Hani.

Pantas jika Hani merasakan perubahan ibunya dalam kesehariannya. Yang tadinya ibunya sibuk untuk bermain dengan Hani, beberapa waktu ini ibunya malah sering memainkan hpnya bahkan suka bepergian meninggalkan Hani karena ia bilang ia ada urusan penting. Jeonghan yang saat itu masih sabar akhirnya menitipkan Hani pada Mingyu ketika istrinya pergi.

Hingga suatu hari, Jeonghan berlibur hanya berdua dengan Hani. Saat itulah Hani menceritakan tentang perubahan ibunya dan apa saja yang ibunya lakukan di belakang Jeonghan. Seminggu setelahnya, Jeonghan berhasil bercerai dengannya dan Hani menetap dengan Jeonghan. 

Bagaimana bisa Jeonghan mendapatkannya? Mari berterimakasih pada Wonwoo.

Karena keadaannya, Hani tidak berusaha untuk tidak meminta adik pada Papanya, meskipun Jeonghan tau kalau Hani sangat menyukai anak kecil.

Tidak lama, kabar kehamilan Mingyu sampai di telinga Hani. Anak kecil itu setiap beberapa hari sekali akan menginap dan menemani Mingyu. Bahkan Yoonseung sampai mengingat anak perempuan itu cukup sering datang ke supermarket.

Mingyu saat itu juga bersyukur dengan kedatangan Hani, karena dengan itu, Mingyu tidak perlu kuatir akan bertemu Wonwoo.

"Tapi Hani sudah belajar, kok. Belajar matematika dan bahasa inggris."
"Susah, nggak?"

Wonwoo nimbrung pembicaraan mereka ketika ia selesai membawa bawaan.

"Susah, lah, Om Wonwoo. Bayangin aja angka-angkanya banyak."
"Tapi kamu bisa belajarnya?"
"Bisa, dong. Kan aku anaknya papa, jago matematika."
"Ahaha. Iya juga, sih, ga kaget juga Om Wonwoo."

Mereka tertawa mendengar penuturan Hani pada Wonwoo. Wonwoo pun duduk di sebelah Mingyu, memangku dagu di bahu sang istri dan mengelus perutnya.

"Om Wonwoo sekarang nempel, ya sama Bunda?"
"Iya dong. Kan Bunda istrinya, Om."
"Ga kaya dulu."
"Ga kaya dulu gimana, Hani?"
"Ih. Dulu tuh Om Wonwoo galak."

Orang dewasa selain Wonwoo tersentak. Mereka benar-benar menghindari topik ini karena Mingyu sangat tidak menyukai jika hal ini diungkit.

"Oh? Om Wonwoo dulu galak ya? Galak gimana emangnya?"
"Pokoknya galak, deh. Mararh-marah mulu. Panas kuping Hani dengernya."
"Trus--"

"Mas..." Mingyu berusaha menghentikan topik itu untuk dibicarakan.
"Iya? Kenapa?"
"Tas merahnya ga ada ya?"
"Oh. Iya. Gada tas merahnya. Ada apa?"
"Aku haus banget, Mas."
"Yaudah. Aku beli minum di minimarket itu dulu ya?"
"Saya aja, Bos." Jihoon menawarkan diri.
"Gausah gausah. Kalian disini aja sama Mingyu ya?"
"Oh. Ya, Bos."

Wonwoo pun beranjak dan segera mengarahkan dirinya ke mini market seberang jalan.

Sembari Mingyu menyiapkan makanan, Jeonghan mengajak Hani sebentar untuk berbicara tentang yang baru saja hampir dibocorkan oleh Hani.

Ketika tatapan Mingyu dan Jihoon bertemu, Jihoon bergumam...

"Hampir saja."

Mingyu hanya terkekeh kecil, meskipun sebenarnya tadi ia sudah panik.

Tapi kali ini saatnya agak menguntungkan bagi Mingyu, sehingga Wonwoo langsung mengikuti keinginan Mingyu. MIngyu tidak peduli jika nantinya mereka akan membicarakannya, yang penting saat ini jangan dulu karena ada Hani.

"Kak Jihoon."
"Ya?"
"Gimana kabarnya sekarang?"
"Oh. Dia... dia sudah tumbuh besar. Dan jika aku mendengar kabar dari teman-temannya, ia semakin pintar dan dewasa."
"Ah... Aku seneng dengernya. Andaikan aku bisa menyampaikan salam rinduku padanya."
"Maafkan aku."

Mingyu tersenyum membayangkannya.

"Astaga."
"Kenapa, Mingyu?"
"Aku lupa tissue. Juga kurang sirupnya."
"Coba hubungin Bos Wonwoo."
"Gabisa. Ini... hp nya disini."
"Kalau begitu. aku akan menyusul Bos Wonwoo."
"Gapapa. Aku aja. Aku yang tau sirupnya yang mana."
"Kalau begitu, biar aku anter. Ada Jeonghan yang liatin kok."
"Oke, kalau begitu."

"Kak Jeonghan! Kami mau nyusul Mas Wonwoo ya?"
"Oke oke. Aman, Gyu."

Karena menjaga Mingyu, Jihoon harus memastikan lampu hijau untuk penyebrang jalan kaki menyala hijau dan menyala merah untuk para pengemudi kendaraan. Tanpa menunggu waktu lama, lampu hijau pejalan kaki pun menyala. Jihoon berjalan di depan Mingyu sambil Mingyu berpegangan pada pakaian Jihoon bagian belakang.

Tanpa JIhoon sadari, sebuah mobil melaju cepat. Mingyu yang melihatnya langsung mendorong Jihoon ke pinggir jalan, dan ia berusaha menghindari mobil itu.

Remember, Love || MEANIE (WONGYU) | IDN ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang