Mengejar Istri

973 94 10
                                    

"Meledakkan gedung ini? Ini yang kau maksud?"

Wonwoo menyuruh Jihoon untuk menampilkan layar proyektor.

Orang-orang yang tidak dikenal dan sudah dipastikan bahwa itu suruhan Junhong pun dikumpulkan di suatu ruangan dengan semua barang bukti bom rakitan.

"Seokmin, bawa mereka ke kantor polisi."

"APA?! KE KANTOR POLISI? APA KAU GILA?!"
"Hah? Aku? Gila? Yang benar saja. Makanya. Jadi anak itu berbakti sama orangtua. Jadi orangtuamu tidak akan memintaku untuk mendisiplinkanmu. Kau perlu belajar menjadi orang yang patuh pada orangtuamu, Anak muda."

Dengan santainya, Wonwoo meninggalkan mereka yang sudah diproses oleh orang-orang bawahan Seokmin.

"Bos Wonwoo!"
"Iya, Ji. Kenapa?"
"Ini."

Jihoon menunjukkan layar hp nya pada Wonwoo dan hasilnya Wonwoo sedikit melotot.

"Kau ini. Kenapa tidak bilang dari tadi?!"
"Maaf, Bos. Aku pun baru saja membukanya. Coba Bos cek. Mungkin ada banyak pesan atau telpon."
"Kau jahat, Ji. Ah.." Wonwoo panik langsung membuka hpnya dan perkataan Jihoon benar. "Padahal aku sudah menyuruhnya untuk menelpon saja ke kalian kalau ada yang penting. Kenapa dia kirim pesan..."
"Mungkin dia takut, Bos. Takut kalau mengganggu atau semacamnya. Mingyu memang seperti itu orangnya."
"Ah. Baiklah. Kalau begitu, urus ini, ya?" Wonwoo kabur dari Jihoon.
"Bos mau kemana?"
"Mau mengejar istriku, lah, mau kemana lagi memangnya?"

"Istri, huh?"

...

"Selamat Sore, Suster."
"Selamat Sore, Tuan Kim. Hari ini dokter Chang cukup sela, jadi Tuan bisa langsung masuk saja ke dalam. Mari, saya akan membawa berkasnya."
"Terima kasih, suster Liu."

Mereka pun berjalan berdua menuju ruangan praktik dokter Chang.

"Suster Liu hari ini tidak tugas di ruang rawat, kah?"
"Oh. Tidak, Tuan. Ada teman yang ingin bergantian jadwal, jadi hari ini saya menemani dokter Chang."
"Ah. Begitu."
"Mari masuk, Tuan Kim."

"Permisi, Dokter Chang. Tuan Kim datang."

Dokter Chang menghampiri dengan wajah garangnya.

"Dasar kau! Sudah dua bulan, Kim Mingyu. Dua bulan!"
"Ahaha.. Iya.. Maafkan aku."
"Jika kamu ga ngasi tau alasannya, cari dokter lain."
"Yaudah aku cari dokter lain."
"Ih jangan, dong."

Mingyu tersenyum lalu berpelukan dengan Mingyu.

"Tapi aku baik-baik saja, Shinhwa.. Sungguh.."
"Tetap saja, Mingyu. Haish. Kalau gitu, mari kita ukur berat badanmu."

Mingyu pun mengukur berat badannya dengan diawasi oleh Shinhwa.

"Bagaimana?"
"Benar juga. Berat badanmu naik. Dan akhirnya kamu berada di berat normal."
"Tuhkan. Hehe."
"Sekarang kita tes kolesterol, gula, dan darah, ya?"
"Ya, Dokter."

Setelah selesai melalukan pemeriksaan awal, Mingyu dipersilakan merebahkan diri di ranjang karena Shinhwa akan mengambil peralatan lain.

"Jadi?"
"Ya. Kondisi tubuhmu menjadi normal. Kamu memang terlihat berisi sekarang. Dan juga hasil pemeriksaan tadi bagus. Aku benar-benar bahagia."
"Bukankah seharusnya aku yang bahagia?"
"Heh. Aku kan dokter dan juga temanmu, gimana bisa aku ga bahagia?"

"Tapi, perihal kelahirannya nanti..."
"Kita akan melihatnya nanti, oke? Ku harap kamu bisa tenang."

Mingyu mengangguk mengerti.

"Lagipula aku kangen keponakanku ini, huhu. Harusnya waktu itu kita cek jenis kelaminnya."
"Hehe. Iya."

"Ngomong-ngomong.. Apa rahasiamu menjadi membaik?" Shinhwa berkata sambil mengoleskan gel dan mulai menggerakkan peralatannya.
"Suamiku kembali."
"Apa maksudmu?"
"Jeon Wonwoo."
"Jeon Wonwoo? Kembali? Dan kamu sudah mengakuinya sebagai suamimu?"
"Jika boleh jujur, aku takut, Shinhwa. Tapi, ia benar-benar kembali. Ia mengalami kecelakaan dan berujung amnesia. Ketika ia datang—"

Remember, Love || MEANIE (WONGYU) | IDN ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang