Ketika Akhirnya Kembali Bersama

813 66 9
                                    

"Mau gue anterin sampe dalem ga?"
"Heh. Adachi. Gua udah 19 tahun kalo lu lupa."
"Yah... Tetep aja."
"Atau lu mau masuk aja? Ketemu Ayah gua sekalian."
"KETEMU CALON MERTUA?!"
"Yuto blegug. Jangan teriak juga wanjir."
"Gue belum siap, Nu. Sumpah dah."

Gimana Yuto ga siap?

Rambutnya cukup untuk membuat ponytail mini, dan hari ini pun ia sedang menguncir rambutnya. Coba bayangkan bagaimana reaksi calon mertuanya?

"Ahaha. Becanda kali. Santai aja. Yaudah. Kalo gitu, gua masuk, ya?"
"Peluk dulu dong."
"Idih. Manja banget bocah."

Meskipun mulut berbicara dusta, hati tidak bisa berbohong. Setidaknya mereka berpelukan selama hampir semenit karena Yuto mengelus kepala Minwoo.

"I know you need time for all of this... this what happened in your family. I believe you guys can through it together. Just tell me if you need me... or us, our friends."

Minwoo tersenyum mendengarnya. Entah kenapa, perkataan Yuto membuatnya semakin bersemangat untuk bertemu dengan keluarganya.

Ia tidak bisa bertanya tentang perubahan Wonwoo pada ayahnya sendiri. Ia memerlukan bundanya, Mingyu, untuk menjawab semua pertanyaan yang ada selama hubungan Minwoo dengan Wonwoo membaik.

Ia hanya bisa menunggu kapan bundanya akan membaik dan pada akhirnya bisa sadar.

Saat itulah Minwoo benar-benar kembali pada Mingyu.

Setelah saling mengucapkan selamat tinggal, Yuto mengarahkan motornya menjauh dari rumah sakit sedangkan Minwoo melangkahkan kakinya masuk ke gedung.

Minwoo sudah hampir seminggu bolak-balik ke rumah sakit. Ia benar-benar ingin menjaga bundanya juga. Tapi bagi Wonwoo, Wonwoo tidak mau usaha kuliah Minwoo terganggu, sehingga Wonwoo memohon Minwoo untuk ke RS ketika Minwoo tidak ada tugas.

Bahkan, Wonwoo saat itu mengharapkan Minwoo dapat mempercayainya untuk menjaga Mingyu, sehingga Minwoo tidak perlu kuatir.

"Sore, Yah."
"Ah. Sore, Kakak..." Wonwoo yang sedang menggendong adiknya yang belum diberi nama ini pun menghampiri Minwoo.

"Apa yang bisa Ayah bantu bawa?"
"Hehe. Gausah, Yah. Aku bisa kok. Ayah udah makan?"
"Belum. Ayah mikirnya mau makan entar maleman kalo pemeriksaan malam bunda selesai."
"Ini aku bawa makan kok, Yah. Ayo, Ayah makan dulu. Aku udah makan sama Yuto tadi. Biar adek sama aku dulu."
"Ahh.. Terima kasih, nak."

Seperti yang disarankan Yuto, beberapa hari ini, mereka sehari sekali pergi ke kapel yang tersedia di rumah sakit tersebut. Tapi sebelumnya memang Wonwoo sudah melakukannya. Ia setidaknya akan ke pojok doa. Dia akan berdoa disana, sementara baca-bacaan yang ia baca akan menguatkannya.

Karena Minwoo membawa Adiknya ia akan berdiam di kursi jemaat dan ikut bernyanyi kecil dengan paduan suara yang sedang menyanyikan nyanyian jemaat. Membawa adiknya tenang di gendongannya, terkadang adiknya tertidur.

Wonwoo dan Minwoo mungkin saja memang tidak religius, tapi doa-doa yang mereka panjatkan itu mereka harapkan atas nama Mingyu, sehingga pertolongan-Nya dapat turun ke dalam keluarga mereka terkhusus untuk kesembuhan dan pemulihan Mingyu.

...

"Loh? Kamu tuh jurusan seni atau jurusan elektro, sih, Nu?"
"Jurusan listrik, Yah. Tapi kalo bisa dicombine mah kenapa enggak, kan?"

Setelah beres mengembalikan adiknya ke tempat bayi, Wonwoo mempertanyakan kegiatan kuliah Minwoo hari ini. Yang mana Minwoo mengikuti praktikum yang malah dia permainkan untuk diri sendiri. Menciptakan sirkuit balap mobil-mobilan yang kabel-kabelnya ia susun menjadi gambaran-gambaran kecil seperti misalnya bunga, atau daun.

Remember, Love || MEANIE (WONGYU) | IDN ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang